Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PERILAKU BULLYING VERBAL PADA PESERTA DIDIK KELAS IX

SMP LKIA PONTIANAK

Kurnia, Indri Astuti, Abbas Yusuf


Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email: [email protected]

Abstract

This research was about Verbal Bullying Behavior to 9th Grade Students of SMP
LKIA Pontianak. The problems in this research are: (1) what are the causes of an
individual being bullied verbally? (2) What are the effects of verbal bullying for
victims? (3) What are the effects of verbal bullying on perpetrators? (4) How is the
BK teacher’s effort in addressing victims of verbal bullying? (5) How is the BK
teacher’s effort in preventing verbal bullying acts committed by the students? This
study aims to describe and find out about the forms of verbal bullying behavior that
occurred to 9th grade students of SMP LKIA Pontianak.Based on the results of this
study, it was shown that verbal bullying to 9th grade students of Pontianak LKIA
Middle School was in a fairly high category. (1) Family factors as the main cause of
individuals doing verbal bullying with the category "fairly high" has a percentage of
70%. (2) Loneliness is the impact of verbal bullying "quite high" with a percentage of
70%. (3) The highest impact for perpetrators of verbal bullying which will be excluded
from school with a percentage of 66% to the "quite enough" category. (4) BK teacher
effort to prevent verbal bullying with the highest percentage of 71% was to create a
social context with the category of "high enough". (5) Efforts of the BK teacher in
overcoming the victims of "quite high" verbal bullying with a percentage of 67% were
by working with the school and parents.

Keywords: Students, Verbal Bullying.

PENDAHULUAN atau mengintimidasi seorang anak secara


Manusia merupakan mahluk yang paling langsung atau tidak.
indah yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Tindakan kekerasan, mengancam atau
Oleh karena itu, mereka diharapkan dapat mengintimidasi lebih di kenal dengan istilah
menjadi manusia yang seutuhnya.Kehidupan Bullying.“Perilaku Bullying dapat ditemukan
bersama orang lain atau lingkungan sosial baik pada anak laki-laki maupun perempuan
ialah lingkungan antar manusia yang meliputi akan tetapi itensitasnya dipengaruhi oleh
pola-pola hubungan sosial yang diharapkan proses sosialisasi yang mereka terima, bukan
dapat memberi pengaruh positif kepada karena adanya perbedaan tingkat keberanian
individu agar mampu mengoptimalkan dan ukuran fisik” Coloroso (dalam Putri,dkk
potensi yang dimilikinya sehingga 2015:1150).Bullyingmerupakan
terbentuklah apa yang dinamakan manusia permasalahan yang menjadi topik yang
seutuhnya.Kenyataannya tidak selamanya hangat diperbincangkan dan belum
lingkungan sosial memberikan pengaruh menemukan titik terang.
positif, pengaruh negatif pun kerap dirasakan Bullying atau penindasan adalah
oleh individu lainnya. Sebagai contoh, dalam kekerasan, ancaman atau paksaan untuk
kehidupan berkeluarga ketika orang dewasa menyalahgunakan atau mengintimidasi orang
melakukan tindakan kekerasan, mengancam lain. Hal tersebut meliputi pelecehan secara

1
lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau yang paling populer”.Ketika peserta didik
paksaan dan bisa diarahkan berulang pada menjadi korban bullying mengakui bahwa
korban tertentu atas dasar agama, mereka sangat terganggu dengaan perlakuan
kemampuan, gender, ras dan lain sebagainya. Bullying.
Biasanya Bullying terjadi bukan karena Berdasarkan hasil wawancara dengan
marah atau terjadinya konflik, akan tetapi guru, Masalah sosial sering terjadi di
biasanya ingin lebih menunjukkan bahwa kalangan sekolah menengah, salah satunya
pelaku Bullying yang paling kuat dan punya seperti yang terjadi di SMP LKIA Pontianak.
hak untuk merendahkan, meremehkan, Beberapa peserta didik mengejek teman
menghina atau bertindak semena-mena pada sekelas dengaan sebutan yang tidak disukai
orang lain. oleh temannya. Akibatnya, siswa yang di
Menurut Tumon (2014:2) “memberi ejek menjadi minder. Alasan yang mendasari
pandangan bahwa Bullying merupakan penelitian mengenai prilaku Bullying Verbal
bentuk tindakan agresif yang terhadap prestasi belajar dikarenakan
permasalahannya sudah mendunia, salah bullying secara verbal dilakukan dengan
satunya di indonesia”. Bullying seakan-akan memberikan julukan nama, celaan, fitnah,
sudah menjadi tradisi yang rutin terjadi penghinaan, kritik yang pedas, gosip dan
sehingga menimbulkan pola diantara orang- sebagainya sehingga bullying dalam bentuk
orang.Bullying bukan saja bisa terjadi karena verbal merupakan kegiatan kekerasan yang
tradisi yang dilestarikan, tetapi juga bisa mudah dilakukan namun tidak kelihatan
terjadi karena ketidaksadaran seorang pelaku, bekasnya. Selain itu, dari fakta yang
korban dan saksi yang berujung terhadap diungkapkan oleh guru di SMP LKIA
tindakan Bullying. Pontianak.
Menurut Edy (dalam Putro, 2015:54) Menurut Lestari (2013:24) berpendapat
menyatakan “Bullying (perisakan) adalah bahwa “Bullying Verbal terjadi ketika
kekerasan dan tindakan kriminal yang harus seseorang menggunakan bahasa lisan untuk
segera ditangani”. mendapatkan kekuasaan atas korbannya”.
Perilaku schoolbullying tidak hanya Bullying Verbal meliputi menggoda,
dalam bentuk fisik yang bisa terlihat jelas, memberikan nama panggilan, membuat
tetapi bentuk bullying yang tidak terlihat komentar seksual yang tidak pantas,
langsung dan berdampak serius. Misalnya, mengejek, dan mengancam.McEachern dkk,
ketika ada peserta didik yang dikucilkan, (2005:51-58) bahwa “Bullying merupakan
diftinah, dipalak, dan masih bnyak lagi tindakan negatif yang dilakukan oleh satu
kekerasan lain yang termasuk dalam perilaku siswa atau lebih dan diulang setiap waktu.
bullying ini. Bullying terjadi karena adanya ketimpangan
Bullying memiliki dampak fisik dan dalam kekuatan/kekuasaan.Sedangkan
psikologis, secara fisik Sullivan (dalam menurutColoroso (dalam Zakiyah dkk,
Damayanti dkk, 2000:27) “menjelaskan 2017:328) juga berpendapat “BullyingVerbal
bahwa perilaku bullying diantaranya adalah adalah bentuk penindasan yang paling umum
dampak yang mengakibatkan sakit secara digunakan, baik oleh anak perempuan
fisik seperti patah tulang, gigi rusak, gagar maupun anak laki laki berupa julukan nama,
otak, luka dimata bahkan kerusakan otak celaan, fitnah, kritik kejam, dan
permanen”. Perilaku bullying yang dirasakan penghinaan.Sejiwa (dalam Muhammad,
olehkorban akan memberikan dampak yang 2009:232) mengungkapkan “bahwa Bullying
tidak baik bagi perkembangan korban.Sebuah Verbal merupakan jenis bullying yang juga
penelitian menurut psikologi Rodkin dkk, dapat terdeteksi karena dapat tertangkap
(2000:14) yang meneliti kelas empat sampai indera pendengaran”.Contoh-contoh Bullying
kelas enam dan ditemukan “bahwa anak laki- Verbal antara lain: memaki, menghina,
laki yang mudah melakukan Bullying karna menjuluki, meneriaki, mempermalukan di
sangat agresif dan yang termasuk anak-anak depan umum,menuduh, menyoraki, menebar

2
gosip, memfitnah dan menolak. terkena Bullying si korban akan minder dan
Berdasarkan beberapa pendapat diatas si pelaku akan merajalela.
maka dapat disimpulkan bahwa Bullying Menurut Astuti (2008:53) berpendapat
Verbal adalah suatu bentuk kekerasan yang bahwa terdapat tujuh faktor penyebab
menggunakan kata-kata, pelecehan, terjadinya bullying yaitu:(1) Perbedaan kelas:
penghinaan, ejekan yang dilakukan oleh senioritas, ekonomi, agama, jender, etnisitas
anak/remaja (peserta didik) baik laki-laki atau rasisme. (2) Tradisi senioritas: senioritas
ataupun perempuan secara berulang kali. yang diartikan salah dan dijadikan alasan
Muhammad (2009:232) berpendapat untuk melakukan Bullyingpada junior
“bentuk Bullying Verbal sebagai berikut; kadang-kadang tidak berhenti dalam suatu
memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, periode saja. (3)Senioritas: sebagai salah satu
memalukan didepan umum, menuduh, perilaku Bullying seringkali pula justru
menyoraki, menebar gossip, memfitnah dan diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian
menolak”.Astuti (2008:22) juga berpendapat yang bersifat laten. (4) Keluarga yang tidak
“bentuk Bullying Verbal sebagai berikut; rukun: ketidak harmonisan orangtua dan
pemalakan, pemerasan, mengancam, ketidak mampuan sosial ekonomi merupakan
menghasut, berkata jorok pada korban, dan penyebab tindakan agresi. (5) Situasi sekolah
menyebarluaskan kejelekan korban”. yang tidak harmonis atau diskriminatif.
Sucipto (2012:4) juga berpendapat (6) Karakter individu/kelompok seperti:
“bentuk Bullying Verbal seperti berteriak, dendam atau iri hati, adanya semangat ingin
meledek, mengata-ngatai, name calling, menguasai korban dengan kekuasaan fisik
mengumpat, memarahi, dan memaki”. dan daya tarik seksual. (7) Persepsi nilai yang
Jadi secara keseluruhan dapat salah atas perilaku korban: korban seringkali
disimpulkan bahwa bentuk Bullying Verbal merasa dirinya memang pantas untuk
itu seperti memaki, berkata kotor, menjuluki diperlakukan demikian (dibully).
nama korban karna aneh atau lucu dan Rudi (2010:6) juga berpendapat bahwa
sebagainya. “perilaku Bullying terjadi karena beberapa
Novianti (2008:5) juga berpendapat faktor yaitu: siswa baru disekolah, latar
bahwa “Ciri-ciri perilaku korban Bullying belakang sosial-ekonomi, latar belakang
merupakan anak-anak yang pendiam, budaya atau agama, warna kulit atau warna
pemalu, memiliki sedikit teman, rendah diri, rambut, faktor Intelektual”. (1) Faktor
dan kurang percaya diri”. Mereka Keluarga adalah Anak-anak yang tumbuh
diperlakukan buruk karena terlihat lemah dan dalam keluarga yang agresif dan berlaku
tidak mau melawan Sebagian anak menjadi kasar akan meniru kebiasaan tersebut dalam
korban Bullying karena mereka terlihat kesehariannya. Kekerasan verbal yang
berbeda atau “aneh”, misalnya beda agama, dilakukan orang tua kepada anak akan
beda suku, terlalu tinggi atau terlalu pendek, menjadi contoh perilaku. (2)Faktor
warna kulit, bentuk tubuh terlalu kurus atau Kepribadian adalah Salah satu faktor terbesar
gemuk, bahkan bisa disebabkan oleh nama penyebab anak melakukan Bullying adalah
yang dianggap lucu atau sulit untuk tempramen. Tempramen adalah karakteristik
dilafalkan. Sedangkan menurut Rudi atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
(2010:5) “Ciri-ciri perilaku pembully, antara emosional. Beberapa anak pelaku Bullying
lain; mencoba untuk menguasai orang lain, sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas,
hanya peduli dengan keinginannya sendiri, perhatian, atau memperoleh barang-barang
sulit melihat sesuatu dari sudut pandang yang diinginkannya.
orang lain dan kurang ber-empaty terhadap Menurut Simbolon (2012:235)
perasaan orang lain”. Mengemukakan Faktor penyebab terjadinya
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat bullying yaitu faktor internal dan eksternal.
disimpulkan bahwa Ciri-ciri Bullying ini bisa “Sebagai faktor internal adalah: (a)
merubah sifat dan tingkah seseorang yang karakteristik kepribadian, (b) kekerasan yang

3
dialami sebagai pengalaman masa lalu, (c) dapat membuat korban menderita, karena
sikap keluarga yang memanjakan anak masalah emosional dan perilaku”. Sedangkan
sehingga tidak membentuk kepribadian yang menurut Cauce dkk, (dalam Hidayati,
matang.Faktor eksternal yang menyebabkan 2012:45) “Bullying memiliki efek yang
kekerasan adalah: (a) lingkungan, dan (b) sangat negatif, seperti munculnya problem
budaya”. kecemasan, depresi, dan mengalami
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat penurunan kemampuan belajar
disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku Berdasarkan pendapat diatas maka dapat
Bullying yaitu karna seseorang itu pernah disimpulkan bahwa yang terkena Bullying
dibully, merasa terpopuler, merasa banyak akan mendapatkan efek yang sangat negatif,
teman, hidup dikalangan orang-orang yang akan mengalami stres yang berkempanjangan
kasar dan terlalu dimanja tapi didikannya dan bisa emosional yang tak terkontrol (labil)
salah. karna selalu dibully.
Menurut Olweus (dalam tumon, 2014:8) Upaya Guru BK dalam Mencegah
mengemukakan “bahwa penyebab seseorang Tindakan Bullying, Novianti (2008:7)
yang dibully adalah orang yang yang mengemukakan strategi penting yang
memiliki keterbatasan fisik, karna seorang dilakukan untuk mencegah Bullying adalah
yang memiliki keterbatasan fisik ini adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan
sasaran empuk bagi pelaku bullying tersebut, pengawasan yang baik untuk anak/peserta
karena orang dengan karakter tersebut didik. (2) Adanya komunikasi yang baik
merupakan orang yang tidak mampu antara orangtua dan guru. (3) Menciptakan
melawan apapun terhadap perlakuan bullying konteks sosial yang mendukung dan
yang dilakukan oleh pelaku”.Nurhidayah menyeluruh yang tidak mentolerir perilaku
(2012:43) juga berpendapat “bahwa agresif dan kekerasan. (4) Guru memberikan
seseorang menjadi korban bullying karna contoh perilaku positif dalam mengajar,
mereka memiliki penampilan yang berbeda melatih, membina, berdoa, dan berbagai
atau memiliki kebiasaan yang berbeda dalam bentuk reinforcement lainnya.
berprilaku sehari-hari, misalnya ketinggian, Upaya guru BK dalam Mengatasi
kependekkan, memiliki berat badan yang Korban Bullying Verbal, Jadi menurut
berlebihan dll”.“Pada umumnya seseorang Simbolon (2012:239) mengemukakan
yang menjadi korban bullying adalah orang “bahwa sebagai guru pembimbing kita harus
yang cantik, menarik, anak orang berada, membantu korban bullying dengan cara
kurus, tampak lemah, pandai tapi fisiknya membangkitkan kepercayaan dirinya.
lemah dan disayang guru” Widayanti Januarko (2013:387) juga berpendapat
(2009:2). “bahwa Guru BK juga bisa melakukan
Gillette (2009:8) berpendapat bahwa konseling individual dengan teknik
“Perilaku Bullying Verbal akan berdampak pendekatan pada korban bullying, kemudian
bagi korban sebagai berikut; kecemasan, memberikan motivasi kepada korbaan, agar
kesepian, harga diri yang rendah, depresi, kepercayaan dirinya kembali lagi”.
anti sosial, keluhan kesehatan fisik,
melarikan diri dari rumah, menggunakan METODE PENELITIAN
barang terlarang, bunuh diri, kinerja Metode yang digunakan dalam
akademik yang buruk”. penelitian ini adalah metode penelitian
Berdasarkan beberapa pendapat diatas deskriptif. Menurut Sugiyono (2017:13)
bahwa dapat disimpulkan Bahwa seseorang “Penelitian deskriptif merupakan penelitian
menjadi korban Bullyingadalah seorang yang yang dilakukan untuk mengetahui nilai
memiliki kekurangan atau ada yangberbeda variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
di fisiknya dibanding yang lainnya. (independen) tanpa membuat perbandingan,
Rudi (2010:5) juga berpendapat bahwa atau menghubungkan dengan variabel yang
“Dampak Bullyingdalam jangka panjang lain”. Bentuk penelitian yang sesuai dengan

4
metode yang digunakan dalam penelitian ini peserta didik kelas IX SMP LKIA Pontianak
adalah bentuk penelitian survei (Survey tahun ajaran 2017/2018. Berdasarkan
Studies). Hikmawati (2017:88) “Penelitian informasi , pelaku dan korban Bullying
survei merupakan suatu penelitian yang Verbalberjumlah 20 peserta didik dengan
dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta ciri-ciri sebagai berikut : (1) Ciri-ciri pelaku
dari gejala-gejala yang ada dan mencari Bullying Verbalseperti Hidup
keterangan-keterangan secara faktual, baik berkelompok,Menempatkan diri di tempat
itu tentang institusi ekonomi, sosial, atau tertentu di sekolah dan sekitarnya,Seorang
politik dari suatu kelompok maupun yang populer di sekolah. (2) Ciri-ciri korban
individu”. Bullying Verbal Pemalu, pendiam,
Menurut Nawawi (2015:150) “Populasi penyendiri, Bodoh atau dungu, Pendiam,
adalah keseluruhan objek penelitian terdiri Sering tidak masuk sekolah dengan alasan
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh- yang tidak jelas Berperilaku aneh. Adapun
tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa- sebaran populasi peserta didik yang
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki melakukan Bullying Verbalsebagaimana
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”. tertera pada tabel 1 dan yang menjadi korban
Populasi dalam penelitian ini adalah Bullying Verbaltertera pada tabel 2.

Tabel 1. Populasi Pelaku Bullying Verbal Kelas IX SMP LKIA Pontianak

Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-Laki Perempuan
IX 3 912
Jumlah 39 12

Tabel 2. Populasi Korban BullyingVerbal Kelas IX SMP LKIA Pontianak

Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-Laki Perempuan
IX 17 8
Jumlah 17 8

Menurut Arikunto (2006:112) “Apabila hubungan tidak langsung atau dengan


subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil perantara alat, baik berupa alat yang sudah
semua sehingga penelitiannya merupakan tersedia maupun alat khusus yang dibuat
penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah untuk penelitian itu”.Sedangkan alat
subjeknya besar dapat diambil antara 10%- pengumpul data yang digunakan dalam
15% atau 20%-25% atau lebih”. Berdasarkan penelitian ini adalah angket.Menurut Nawawi
pendapat tersebut, maka penelitian ini (2015:124) “Angket adalah alat untuk
merupakan penelitian populasi. mengumpulkan data/informasi dengan
Penelitian ini menggunakan teknik menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis,
komunikasi tidak langsung. Menurut Nawawi untuk dijawab secara tertulis pula oleh
(2015:101) menyatakan “Komunikasi tidak responden”.
langsung adalah cara mengumpulkan data Menurut Arikunto (2006:168) “Validitas
yang dilakukan dengan mengadakan adalah suatu ukuran yang menunjukkan

5
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan angketBullyingVerbal pada peserta didik,
suatu instrument”.Suatu instrument dikatakan penulis menggunakan rumus Koefisien Alpha
valid apabila instrument mengukur apa yang dari Cronbach.
seharusnya diukur serta dapat mengungkap Teknik analisis data dapat diartikan
data yang diteliti secara tepat. Melalui uji sebagai cara melaksanakan analisis terhadap
validitas dapat diketahui seberapa besar data, dengan tujuan mengolah data tersebut
ketepatan alat ukur yang digunakan. untuk menjawab rumusan masalah. Untuk
Menurut Arikunto (2006:179) bahwa mengolah data penelitian yang telah
“Suatu instrument dapat digunakan sebagai dikumpulkan melalui angket, maka
alat pengumpul data apabila instrument dipergunakan rumus Persentase Correction
tersebut cukup baik sehingga mampu menurut Purwanto (2012: 102) yaitu, NP =
mengungkapkan data yang bisa dipercaya”. R/SM x 100.
Sebuah alat ukur dikatakan reliabilitas Untuk mengetahui kualitas hasil
apabila alat tersebut dapat memberikan hasil perhitungan persentase angket tersebut, maka
yang tetap apabila digunakan berulang-ulang digunakan tolok ukur kategori kualitas
pada waktu yang berbeda.Dalam penelitian persentase sebagai berikut:
ini untuk menguji reliabilitas

Tabel 3. Tolok Ukur Kategori Hasil Angket


Tingkat Penguasaan Predikat
86% - 100% Sangat Tinggi
76% - 85% Tinggi
60% - 75% Cukup
55% - 59% Rendah
≤ 54% Rendah Sekali
menjadi korban Bullying Verbal berupa:
HASIL DAN PEMBAHASAN Balas Dendam dengan 65%, Cari Perhatian
Hasil Penelitian 67%. Secara keseluruhan mencapai skor
Berdasarkan hasil pengolahan data aktual 396 dari skor ideal 600 dengan
dengan menggunakan rumus presentase persentase 66% termasuk kategori “Cukup
menunjukkan bahwa secara keseluruhan Tinggi”.
BullyinG Verbalmencapai skor aktual sebesar
3. Dampak Bullying Verbal bagi pelaku
954 dari skor maksimal ideal sebesar 1400
Dampak yang ditimbulkan pelaku
dengan persentase 68% sehingga berada pada
kategori “CukupTinggi”.Untuk mengetahui Bullying Verbal adalah: Dikeluarkan dari
perilaku Bullying Verbal pada peserta didik sekolah 66%, Terjerat Hukum 64%. Secara
secara rinci, dapat dijelaskan sebagai berikut: keseluruhan mencapai skor aktual 130 dan
1. Faktor yang menyebabkan individu skor ideal 200 dengan persentase 65%
melakukan Bullying Verbal termasuk ke dalam kategori “Cukup Tinggi”.
Faktor yang penyebabkan perilaku 4. Dampak Bullying Verbal bagi korban
Bullying Verbal berupa: Faktor Keluarga Dampak yang ditimbulkan korban
dengan 75%, Faktor Ekonomi dengan 64%. Bullying Verbal: Kecemasan 69%, Kesepian
Secara keseluruhan mencapai skor aktual 557 70%, Harga diri rendah 69%, Depresi 68%,
Anti Sosial 65%, Keluhan Fisik 67%,
dari skor ideal 800 dengan persentase 70%
Melarikan diri dari rumah 68%,
termasuk dalam kategori “Cukup Tinggi”.
Munggunakan barang terlarang 63%, Bunuh
2. Faktor yang menyebabkan individu diri 68%, Kinerja akademik yang buruk 70%.
menjadi korban Bullying Verbal Secara keseluruhan mencapai skor aktual
Faktor yang menyebabkan individu

6
1934 dari skor ideal 2800 dengan persentase kepada 20 responden namun bukan
69% termasuk dalam kategori “Cukup responden yangsesungguhnya dengan db = n
Tinggi”. – 2 = 20 – 2 = 18, dan taraf signifikasi 0.05
5. Upaya Guru BK untuk mencegah makadiperoleh rtabel = 0,468. Apabila rhitung>
Bullying Verbal 0,388 maka pertanyaan tersebut valid akan
Cara guru BK mencegah perilaku tetapi jika rhitung< 0.468 maka pertanyaan
Bullying Verbal berupa: Menyediakan tersebut tidak valid. Selanjutnya butir
pengawasan yang baik 66%, adanya pertanyaan tersebut harus diperbaiki atau
komunikasi yang baik 67%, Menciptakan dibuang. Dari 63 butir pernyataan setelah di
konteks sosial 71%, Guru memberikan uji validitas, data yang dihasilkan ada 5 butir
pernyataan yang tidak valid dan akan
perilaku yang positif 67%, Membuat
dibuang yaitu butir nomor 31,32, 36,karena
program pengajaran 68%. Secara rhitung < rtabel. Jadi jumlah butir pernyataan
keseluruhan mencapai skor aktual 954 Bullying Verbal yang digunakan dalam
dari skor ideal 1400 dengan persentase penelitian adalah 60 butir pernyataan.
68% termasuk “Cukup Tinggi”. Uji reliabilitas berhubungan dengan
6. Upaya Guru BK mengatasi korban kemampuan alat ukur untuk membuktikan
Bullying Verbal. apakah alat ukur yang digunakan dapat
Upaya Guru Bk dalam mengatasi korban dipakai dan dipercaya. Berdasarkan validitas
Bullying Verbal adalah: Bekerja sama dengan angket penelitian, maka dari 63 item
pihak sekolah dan orang tua 67% Secara pernyataan dan 20 responden, dilakukan lagi
keseluruhan mencapai skor aktual 134 dan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS
skor ideal 200 dengan persentase 67% (statistical product and service solution)
versi 24 for MacOS dengan metode
dengan kategori ”Cukup Tinggi”.
Cronbach’s Alpha. Hasil uji Cronbach’s
Alphaadalah 0,752 pada signifikasi 0,05
Pembahasan dengan jumlah data n-2= 20-2 = 18 didapat
Sebelum menentukan dan meyusun item sebesar 0,468. Karena hasil Cronbach’s
pertanyaan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi Alpha lebih besar dari rtabelmaka dapat
berdasarkan variabel dan aspek variabel serta disimpulkan bahwa angket Bullying Verbal
indikator yang akan diteliti. dapat digunakan untuk penelitian.
Bullying Verbalpada peserta didik kelas
Setelah kisi-kisi pernyataan dibuat, IX SMP LKIA Pontianak berada pada
berdasarkan kisi-kisi tersebut maka kategori “Cukup Tinggi” yang berarti
disusunlah butir-butir pernyataan yang perilaku Bullying Verbaltersebut cukup
terdapat dalam lampiran 2sebanyak 63 item berpengaruh dan berbahaya terhadap
pernyataan dengan jumlah sampel 20 peserta perkembangan psikologis peserta didik baik
didik. Masing-masing pernyataan memiliki 5 korban / pelaku.
alternatif jawaban. Setelah butir pernyataan Lestari (2013:24) berpendapat bahwa
sudah tersusun kemudian melakukan uji coba “Bullying Verbal terjadi ketika seseorang
angket (uji validitas) apakah terdapat angket
menggunakan bahasa lisan untuk
yang tidak valid.Uji validitas terhadap angket
menggunakan perangkat lunak SPSS mendapatkan kekuasaan atas korbannya”.
(statistical product and service solution) Bullying Verbal meliputi menggoda,
versi 24 for MacOS. Uji validitasdilakukan memberikan nama panggilan, membuat
untuk mengetahui apakah alat ukur yang komentar seksual yang tidak pantas,
telah disusun dapat digunakan untuk mengejek, dan mengancam.
mengukur secara tepat dengan menggunakan Berdasarkan hasil penelitian, Faktor
metode Korelasi Product Moment Pearson, penyebab perilaku Bullying Verbal yang
yaitu mengkorelasikan setiap skor item paling menonjol yaitu karena faktor keluarga,
dengan skor total.Uji validitas dilakukan karena didikan yang keras, dan keluarga yang

7
tidak harmonis disusul faktor ekonom, karena iseng, tidak suka / benci dengan seseorang,
selalu kekurangan uang jajan sehingga cari perhatian terhadap orang lain, balas
memalak temannya. dendam karena pernah diperlakukan hal yang
Berdasarkan hasil penelitian, Faktor sama, dan juga ingin berkuasa. (2) Faktor
yang menyebabkan individu menjadi korban penyebab individu menjadi korban Bullying
Bullying Verbal yang paling menonjol adalah Verbal mencapai 66% dengan kategori
“Cukup Tinggi”. Faktor penyebabnya yaitu
memiliki keterbatasan fisik.
karakteristik kepribadian peserta didik
Berdasarkan hasil penelitian, Dampak
tersebut, seperti pemalu, pendiam, tidak
Bullying Verbal bagi korban yang paling percaya diri, mudah putus asa, dan orang
menonjol yaitu depresi. yang memiliki predikat “Ter” (Tergemuk,
Berdasarkan hasil penelitian, Dampak terkurus, tercantik, terjelek, terkenal,
Bullying Verbal bagi pelaku yang paling terpandai). (3) Dampak BullyingVerbal bagi
menonjol adalah Dikeluarkan dari sekolah. korban mencapai 69% dengan kategori
Upaya Guru BK untuk mencegah “Cukup Tinggi”. Artinya dampak Bullying
Bullying Verbal berdasarkan hasil penelitian Verbal bagi korban dapat dikatakan cukup
yang paling menonjol yaitu menciptakan berbahaya karena dapat mengakibatkan
konteks sosial “Guru BK/Konselor perlu korban menjadi murung, sedih, cemas,
memberikan pelayanan konseling yang depresi, ingin menyendiri dan tidak mau
optimal dan komprehensif sesuai kebutuhan bergaul. (4) Dampak Bullying Verbal bagi
Pelaku mencapai 65% dengan kategori
peserta didik dengan menyediakan program
“Cukup Tinggi” Artinya dampak
BK yang cocok untuk penanggulangan Cyberbullying bagi pelaku ini cukup
Bullying Verbal. berbahaya salah satunya yang paling
Upaya Guru BK dalam mengatasi menonjol yaitu akan dijauhi teman.
korban Bullying Verbal berdasarkan hasil (5) Upaya Guru BK untuk mencegah
penelitian yaitu Guru BK bisa bekerja sama Bullying Verbal mencapai 73% dengan
dengan pihak sekolah dan orang tua peserta kategori “Cukup Tinggi”. Artinya usaha
didik. Guru BK dalam mencegah perilaku Bullying
Verbal pada peserta didik dapat dikatakan
KESIMPULAN DAN SARAN Cukup Baik. (6) Upaya Guru BK dalam
Kesimpulan mengatasi korban Bullying Verbal mencapai
Berdasarkan pengelolahan dan analisis 67% dengan kategori “Cukup Tinggi”
data yang telah dilaksanakan, dapat diambil Artinya usaha Guru BK dalam mmenangani
kesimpulan bahwa, secara umum perilaku korban/peserta didik yang dibully dikatakan
Bullying Verbal pada peserta didik kelas IX Cukup Baik.
SMP LKIA Pontianak mencapai 67% dengan Saran
kategori “Cukup Tinggi”. Artinya perilaku Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Bullying Verbal di sekolah tersebut dapat dilakukan, maka saran yang diberikan adalah
dikatakan cukup berbahaya dan dapat sebagai berikut:
mempengaruhi perkembangan psikologis (1) Guru BK harus lebih serius dalam
maupun masa depan peserta didik yang mencegah masalah Bullying Verbal, baik
menjadi korban dan pelaku Bullying Verbal. dengan memberikan layanan BK berupa
Secara khusus maka dapat disimpulkan layanan informasi, bimbingan kelompok dan
sebagai berikut: konseling kelompok. (2) Guru BK bisa
(1) Faktor yang menyebabkan individu bekerja sama dengan orang tua peserta didik
melakukan Bullying Verbal mencapai 71% antara lain; melakukan pemantauan terhadap
dengan kategori “Cukup Tinggi”. Artinya aktivitas anak. (3) Guru BK dapat
faktor penyebab pelaku melakukan Bullying meningkatkan pemahaman peserta didik
Verbal dapat dikatakan cukup berbahaya, tentang bahaya maupun dampak dari
diantaranya yaitu hanya untuk hiburan /

8
Bullying Verbal, serta membangun empati Nawawi, H. (2015). Metode Penelitian
dan mendorong perilaku sosial peserta didik Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
agar terhindar dari hal yang memicu peserta University Press.
didik untuk menjadi pelaku Bullying Verbal. Novianti, I. (2008). Fenomena Kekerasan di
Lingkungan Pendidikan.Jurnal Jurusan
DAFTAR RUJUKAN Hukum Islam (Syariah) STAIN
Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian: Purwokerto. Vol. 13|No. 2|Mei-Ags
Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: 2008|324-338.
Rineka Cipta. Putri,dkk. (2015). Faktor-faktor yang
Astuti, (2008).Meredam Bullying. PT Berhubungan dengan Perilaku Bullying
Grasindo – Kompas Gramedia. pada Remaja.Jurnal Program Studi
Damayanti, Dkk. (2000). Studi Kasus Keperawatan Universitas Riau. Vol.2,
Dampak Psikologis Bullying pada Siswa No. 2.
Tunarungu di SMK Negeri 30 Jakarta. Putro, L. (2016). Bullying dan
Jurnal FIP UNJ. Penanganannya pada Kelas
Gillette, P dkk. (2009). Bullying at School Bawah di SD Muhammadiyah 5
and Online. USA: American Association Surakarta.Jurnal Universitas
of School Administrators. Muhammadiyah Surakarta.
Hidayati. (2012). Bullying pada Anak:
Simbolon, (2012). Perilaku Bullying Pada
Analisis dan Alternatif Solusi.Jurnal
Mahasiswa Berasrama.Jurnal Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas
Universitas Indonesia Advent, Bandung.
Muhammadiyah Gresik. Vol. 14 No. 01,
Vol 39, No. 2, Desember 2012.
April 2012.
Sucipto. (2012). Bullying dan Upaya
Januarko, W (2013). Studi tentang
Meminimalisasikannya Bullying and
Penanganan Korban Bullying pada
Efforts to Minimize.Jurnal Prodi BK
Siswa se-Kecamatan Trawas. Jurnal BK
FKIP Universitas Muria Kudus.
UNESA. Vol 04 No. 02, tahaun 2013.
Psikopedagogia, Vol. 1, Juni 2012.
Lestari, D. (2013). Menurunkan Perilaku
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Bullying Verbal Melalui Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Konseling Singkat Berfokus Solusi
Bandung:Alfa Beta.
Decreasing Verbal Bullying Behavior
Tumon, M. (2014). Studi Deskriptif Perilaku
Through The Approach of Solution-
Bullying pada Remaja.Jurnal Ilmiah
Focused Short Counseling. Jurnal
Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.
Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-
3, No. 1.
12.
Rodkin,dkk. (2000). Heterogeneity of
Lestari, W.S (2016). Analisis Faktor-Faktor
Popular boys: Antisocial and Prosocial
Penyebab Bullying di Kalangan Peserta
Configuration.Developmental
Didik. Social Science Education
Psychology, Vol.36, No.1., pp.14.
Journal, Vol 3 (2), 2016, 147-157.
Rudi, T. (2010). Informasi Perihal Bullying.
McEachern, A.G., Kenny, M., Blake, E., &
Bandung: Rajawali Pers.
Aluede, O. (2005). Bullying in School:
Zakiyah,dkk. (2017). Faktor yang
International Variation.Journal of Social
Mempengaruhi Remaja Dalam
Science Special Issue, 8: 51-58.
Melakukan Bullying.Jurnal Penelitian
Muhammad. (2009). Aspek Perlindungan
&PPM. Vol 4, No: 2.
Anak dalam Tindak Kekerasan
(Bullying) Terhadap Siswa Korban
Kekerasan di Sekolah.Jurnal Dinamika
Hukum Vol. 9, No. 3..

You might also like