Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

MAKNA TRADISI MAANTA GULO DALAM PESTA PERKAWINAN

(Studi Kasus: Nagari Taluk Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan)

ARTIKEL

DIA DEWITA
NPM 10070296

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015
MAKNA TRADISI MAANTA GULO DALAM PESTA PERKAWINAN
(Studi Kasus: Nagari Taluk Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan)

Dia Dewita1, Dr. Maihasni, M.Si 2 Dian Kurnia Anggreta, M.Si3


Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Marriage is of significant importance because the marriage was a relationship between women and men
and also the two sides of the parents, and even their own families, so that in practice always initiated and
accompanied by various traditional ceremonies, one of which is a tradition. It can be seen from the reality that
occurs in the community Nagari Taluk District of Batang Kapas South Coastal District which has a tradition of
maanta Gulo, this tradition must complete the wedding feast because tradition maanta Gulo is conducting given
parents the groom to the bride in implementing weddings. The purpose of this study is to describe the
implementation process and describe the meaning maanta Gulo the wedding feast at Nagari Taluk District of Batang
Kapas South Coastal District.
The theory used is the theory of Phenomenology proposed by Alfred Schutz, this theory concerning the
major issues of social science that is how the life of society can be formed, there are four basic elements in the
theory of phenomenology: (1) attention to the actors, (2) focus on the fact that essential or principal and the
reasonable attitude and natural (natural attitude), (3) focus on micro issues, (4) pay attention to growth, change and
action process. This research is qualitative and descriptive. The method of selecting informants degan purposive
sampling. Informants in this study of 20 people consisting of Community Leaders like Wali Nagari, Datuak, Bundo
Kanduang, Ulema, village head and the community in Batang Kapas Taluk Kenagarian the South Coastal District.
Data collected by in-depth interviews. Data analysis is performed using iterative developed by Milles and
Huberman.
The results showed below: (1) Process implementation marriage party maanta Gulo in Nagari Taluk
Trunk Cotton South Coastal District through stages that originated from: (a) barundiang (mambulatkan the result of
consensus), (b) maucok (inviting people), ( c) provide the contents of the platter, (d) panyarahan pambarian mother
male and regulations and (2) Meaning maanta Gulo in wedding party are: (a) as a blessing from the husband's
parents, (b) symbolizes the relationship lasting and harmonious.

Key words: meaning, tradition, marriage, and maanta gulo

1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2010
2
Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
3
Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
PENDAHULUAN perkawinan diantaranya manjalang mintuo, pulang
jajak, maanta gulo.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem Salah satu tahapan tradisi dalam upacara
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam perkawinan di atas adalah tradisi maanta gulo, tradisi
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari maanta gulo di Kecamatan Batang Kapas ada dilima
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, nagari yaitu: (1) Nagari IV Koto Hilie, (2) Koto Nan
2009:144). Kebudayaan tidak terpisah dengan yang Duo IV Koto Hilie, (3) Nagari Koto Nan Tigo IV
namanya tradisi, karena tradisi berasal dari Koto Hilie, (4) Nagari Taluk, (5) Nagari Taluk Tigo
kebiasaan-kebiasaan yang diciptakan oleh Sakato. Dari kelima nagari yang mengadakan maanta
masyarakat yang juga dilambangkan sebagai bagian gulo biasanya pada pasangan yang baru menikah
dari kebudayaan. Sesuai dengan yang dijelaskan tetapi Nagari Taluk juga dilaksanakan pada pasangan
Huntington bahwa hal terpenting dalam budaya dua sampai tiga kali menikah. Tradisi maanta gulo
meliputi bahasa, agama, tradisi dan kebiasaan. Jelas merupakan suatu resepsi setelah perkawinan
bahwa tradisi memang sebuah bagian yang terpenting berlangsung di Nagari Taluk, Kecamatan Batang
dari kebudayaan yang perlu untuk diperhitungkan Kapas merupakan suatu tradisi memberikan gulo
(Samovar, 2010:31). yaitu suatu acara memberikan gula pasir dalam
Tradisi merupakan adat kebiasaan yang bentuk kelanjutan dari acara setelah perkawinan
dilakukan turun-temurun dan masih terus dilakukan sebagai perhatian mertua kepada menantu, tradisi ini
dalam masyarakat yang bebeda-beda disetiap tempat juga diberlakukan pada pasangan antar daerah.
atau suku (Prasetyo, 2010:IX). Di Indonesia ada Tradisi ini dilakukan oleh pihak dari
tradisi terkait siklus hidup atau ritus peralihan hidup, keluarga laki-laki yang mendatangi rumah keluarga
yang dimaksud dengan siklus hidup adalah suatu perempuan. Sebelum aktivitas maaanta gulo kedua
rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh pihak keluarga berkumpul menentukan hari dan
individu-individu dalam populasi berkaitan dengan tanggal dilaksanakan maanta gulo tersebut karena
perubahan tahap-tahap dalam kehidupan, seperti pelaksanaan maanta gulo diadakan sebelum bulan
peranan-peranan seorang individu dalam suatu puasa setelah pasangan menikah, dan maanta gulo
kebudayaan, upacara-upacara yang khas dalam ini merupakan aktivitas yang harus dilaksanakan
kebudayaan itu, dalam tradisi siklus hidup terdapat setelah upacara perkawinan karena ini memberikan
tradisi kehamilan, tradisi kelahiran, tradisi kematian, tanda bahwa kedua mempelai telah resmi menikah,
dan tradisi perkawinan (Ihromi, 2000:140). antara keluarga laki-laki dan perempuan yang
Tradisi yang berkaitan dengan upacara mempunyai pola berdasarkan adat mereka yang
perkawinan sering kali dilaksanakan dalam beberapa diwariskan turun-temurun. Tradisi ini bagi
tahap yaitu tahap sebelum akad nikah seperti masyarakat Batang Kapas merupakan salah satu cara
lamaran, penentuan hari tanggal perkawinan serta yang dilakukan secara adat yang bertujuan untuk
prosesi-prosesi yang akan dilakukan dalam memperlihatkan kepada masyarakat bahwa kedua
pelaksanaan upacara perkawinan tersebut (Superyadi, mempelai telah resmi menikah (wawancara dengan
2009:3). Artinya pelaksanaan tradisi dalam upacara Dalih salah satu “datuak’ (pemuka adat) di Nagari
perkawinan ada tahapan-tahapan tertentu dimana Taluk di Kecamatan Batang Kapas, tanggal 16 Maret
tahapan tersebut memiliki serangkaian acara, ritual 2015).
dan tradisi adat. Tahapan tersebut yaitu tradisi yang Tradisi maanta gulo ini biasa dilakukan
dilakukan sebelum upacara perkawinan, saat prosesi oleh pasangan yang baru menikah tetapi tidak halnya
upacara perkawinan dan setelah upacara perkawinan. dengan masyarakat Nagari Taluk dimana juga
Begitu juga dengan masyarakat dilakukan oleh pasangan yang lebih 1 kali menikah.
Minangkabau sebagai pendukung kebudayaan Pelaksanaan tradisi ini membutuhkan biaya lumayan
mereka mempunyai tradisi-tradisi, tata cara hidup, besar, karena itu minta persetujuan dan berunding
dan nilai budaya tersendiri yang membedakan dengan dari kerabat marapulai tentang biayanya dan
masyarakat lain. Khususnya tradisi perkawinan yang memberi iyuran dari masing-masing keluarga
terjadi pada masyarakat Batang Kapas, Kecamatan maupun pihak bako, karena menyewa mobil untuk
Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan, dimana para undangan dan membeli gulo beberapa karung,
memiliki berbagai tradisi yang dilaksanakan dalam namun sampai sekarang masyarakat Nagari Taluk ini
upacara perkawinan seperti manapiak bandua, melaksanakan tradisi tersebut (wawancara dengan
babako, maanta siriah, manduduakkan mamak, Dalih salah satu “datuak’ (pemuka adat) di Nagari
pernikahan, maminang, minum kopi dan malam Taluk di Kecamatan Batang Kapas, tanggal 17
bainai, tradisi saat prosesi perkawinan yaitu khatam januari 2015).
qur’an, baarak, manjapuik marapulai, badampiang, Melihat hal inilah yang mendorong penulis
penyambutan anak daro. Tradisi sesudah prosesi untuk meneliti dan mengangkat masalah penelitian
tentang tradisi maanta gulo yang dilakukan setelah orang diantaranya (1) Wali Nagari Taluk Zainal (2)
upacara perkawinan di Nagari Taluk, Kecamatan Bundo Kanduang Nagari Taluk Jaritis dan Zulbaidah
Batang Kapas, Kabupaten Pesisir selatan. Tujuan (3) Datuak Nagari Taluk Saris, Iyat dan Saparin Mas
penelitian yaitu mendeskripsikan proses pelaksanaan (4) imam nagari Masriandi (5) pucuak adat nagari
dan makna tradisi maanta gulo dalam pesta Jamuris (6) kepala kampung Sya’ban dan Basril (6)
perkawinan pada masyarakat Nagari Taluk masyarakat yang pernah mengikuti dan
Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. melaksanakan tradisi maanta gulo Wilda, Rosneli,
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah Yenti, Zulfarida, Sandra, Yunira, Astuti, Musdaleni,
teori Fenomenologi. Dalam teori fenomenologi Nurbaiti, Itriyenti.
terdapat empat unsur pokok yaitu: (1) perhatian
terhadap aktor, menyangkut persoalan metodologi, Metode Pengumpulan data dilakukan dengan
bagaimana cara mendapatkan makna tentang observasi partisipatif, wawancara mendalam. Unit
tindakan sosial itu subyektif mungkin; (2) analisis data dalam penelitian ini adalah kelompok
memusatkan perhatian kepada kenyataan yang yaitu masyarakat Nagari Taluk Kecamatan Batang
penting atau yang pokok dan kepada sikap yang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan.
wajar atau alamiah (natural attitude). Tidak Analisis dalam penelitian ini analisis interaktif
keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati, yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman,
karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala analisis interaktif terdiri dari (1). Pengumpulan data
yang penting dari tindakan manusia sehari-hari dan merupakan proses mencari data dilapangan dengan
terhadap sikap yang wajar; (3) memusatkan perhatian membuat catatan lapangan sesuai dengan
kepada masalah mikro, mempelajari proses permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data
pembentukan dan pemeliharaan hubungan sosial pada dilakukan di Nagari Taluk Kecamatan Batang Kapas
tingkat interaksi tatap muka untuk memahaminya Kabupaten Pesisir Selatan melalui observasi dan
dalam hubungan dengan situasi tertentu; (4) wawancara. Pengumpulan data ini merupakan proses
memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses awal yang dilakukan dengan cara terjun ke lapangan
tindakan. Dalam memahami bagaimana keteraturan untuk memperoleh informasi dan mengambil data
masyarakat dalam pergaulan sehari-hari maka mengenai bentuk proses pelaksanaan serta makna
diciptakan dan dipelihara norma dan aturan-aturan tradisi maanta gulo dalam pesta perkawinan pada
yang mengendalikan tindakan manusia dan masyarakat Nagari Taluk Kecamatan Batang Kapas
memantapkan struktur sosial dinilai sebagai hasil Kabupaten Pesisir Selatan. (2). Reduksi data yaitu
interprestasi si aktor terhadap kejadian-kejadian yang proses pemilihan, pemfokusan dan penyederhanaan
dialaminya (Ritzer, 2011: 60-61). kata-kata kasar yang muncul dari catatan tertulis
dilapangan dan membuang yang tidak perlu. Hal ini
METODOLOGI PENELITIAN dilakukan dengan cara menyusun kategori pada tiap-
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis tiap informasi dan berlangsung secara terus menerus
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif selama penelitian. Dalam hal ini peneliti mencatat
dengan tipe deskriptif. Pendekatan yang digunakan semua informasi yang diperoleh dari wawancara dan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. observasi di lapangan. Dari data yang diperoleh,
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang kemudian membuat kesimpulan berdasarkan
bermaksud untuk memahami tentang yang dialami kelompok-kelompok masing-masing informan dan
oleh subjek penelitian. Data yang diperoleh dalam membuang data yang tidak berkaitan dengan
berbentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang- rumusan masalah dan tujuan penelitian. Reduksi data
orang dan prilaku yang dapat diamati (Moleong, dalam penelitian ini dilakukan setelah peneliti selesai
2010:6). Sedangkan tipe penelitian ini adalah data melakukan observasi dan wawancara. Kemudian
deskriptif yaitu tipe penelitian yang memadu informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan
penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret wawancara ditulis dalam sebuah buku, setelah itu
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, peneliti menggaris bawahi informasi yang sama
luas dan mendalam (Sugiyono, 2009:289). Dalam didapatkan dari informan penelitian melalui
pendekatan ini yang menjadi alasan yaitu wawancara. (3). Penyajian data (Display data)
mengunakan tipe penelitian deskriptif karena dapat merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
mendeskripsikan proses pelaksanaan dan makna memberikan kemungkinan adanya penarikan
tradisi maanta gulo di Nagari Taluk Kecamatan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang disajikan
Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. dengan menggunakan matrik maupun bagan. Pada
tahap ketiga ini dilakukan pengkategorikan data atau
Pemilihan informan dengan teknik purposive pengelompokkan data ke dalam klasifikasi-klasifikasi
sampling. Informan dalam penelitian ini sebanyak 20 yang menentukan data tersebut penting atau tidak
penting pada tahap pertama. Penyajian ini berguna gulo dilakukan sebelum bulan puasa dengan jangka
untuk memperjelas hasil penelitian agar mudah waktu satu bulan sampai tiga bulan sebelum bulan
dipahami. Dalam penyajian data ini peneliti membuat puasa, karena tradisi maanta gulo ini termasuk salah
transkip wawancara. Dimana data atau informasi satu dalam upacara perkawinan di masyarakat Nagari
yang disajikan dalam transkip wawancara ini Taluk.
didapatkan setelah peneliti melakukan reduksi data. Tradisi maanta gulo dalam adat perkawinan
(4). Penarikan kesimpulan (verifikasi) merupakan masyarakat Nagari Taluk ini harus gulo yang
bagian dari kegiatan selanjutnya setelah melakukan diantarkan oleh pihak laki-laki kerumah pihak
display data. Kesimpulan dalam kualitatif merupakan perempuan, ini terjadi sejak tahun 1965. Karena
temuan penelitian yang telah dilakukan. Temuan ini sebelum tahun tersebut dahulunya maanta gulo ini
berupa deskritif atau gambaran suatu objek yang dinamakan maanta pambukoan yang isi dari
sebelumnya masih remang-remang atau samar hantarannya hanya gulo, teh, kue beking, lamang
sehingga setelah adanya penelitian ini menjadi jelas golek, putuh ayu dan lamang. Hal ini berubah seiring
(Miles dan Huberman, 1992:20). waktu yang dahulu maanta gulo hanya dilakukan
oleh pihak laki-laki saja (ibu, ayah, saudara
TEMUAN DAN PEMBAHASAN marapulai) tetapi sekarang tradisi maanta gulo ini
melibatkan masyarakat dan induak bako marapulai
1. Deskripsi Tradisi Maanta Gulo dan dalam segi bawaan keluarga pihak laki-laki pun
Pelaksanaan tradisi perkawinan dalam Nagari berubah yaitu: gulo berkarung-karung, emas, kain
Taluk dapat dilihat dari berbagai macam tradisi sarung (kain sarung gajah duduak, mentega dan
seperti manjalang mintuo, pulang jajak dan maanta tepung terigu).
gulo. Tradisi manjalang mintuo adalah tradisi yang Tradisi ini akan tetap ada atau dilaksanakan
berkunjung kerumah mertua yang dilakukan oleh apabilah terdapat perkawinan beda daerah, namun
anak daro sebagai pemberitahuan kepada orang tradisi maanta gulo dilakukan oleh pihak laki-laki,
sekampung bahwa pasangan itu baru menikah dan sehingga tradisi ini tetap dilaksanakan oleh orang
resmi menjadi suami istri, pada acara ini membawa Nagari Taluk. Karena tradisi ini membutuhkan biaya
sejumlah kue-kue, macam-macam sambal antara lain yang cukup besar, hal ini terlihat dari segi
randang daging, ikan, ayam, pindang ayam, telur, pembawaan gulo dan pencarian alat transfortasi atau
sayur-sayuran. Demikian juga dengan nasi kunyit dan cataran mobil untuk rombongan maanta gulo
singgang ayam dan kewajiban bagi adat bagi orang berkisar Rp. 150.000/mobil, gulo sekitar 3 karung
tua marapulai setelah acara selesai mengisi wadah- yang berkisar Rp. 3.120.000,00-, yang akan dibawah
wadah yang kosong tadi, sebelum anak daro pulang, kerumah anak daro tersebut, selain itu ada pemberian
isinya bisa berupa seperangkat kain, emas atau berupa emas minimal setengah yang harganya Rp.
sejumlah uang dan bisa juga diisi dengan gula, 600.000 dan kain sarung yang harganya juga
mentega dan tepung terigu. Pelaksanaan manjalang terbilang tinggi.
mintuo ini dilaksanakan pada sore hari dirumah laki-
laki sebelum bulan puasa. 2. Proses Pelaksanaan Tradisi Maanta Gulo
Tradisi Pulang jajak tradisi ini dilakukan a. Barundiang (Membulatkan Hasil Mufakat)
setelah upacara perkawinan oleh pihak anak daro Barundiang ini dilaksanakan di dalam
berkunjung kerumah marapulai dengan membawa rumah anak daro atau diruang tamu rumah mempelai
beberapa rombongan dengan membawa beberapa perempuan, dimana barundiang ini dilaksanakan
dulang yang berisi kue-kue seperti: agar-agar. Putuh seminggu sebelum acara berlangsung untuk
ayu, lamang golek, kue beking kemudian kue yang membicarakan hari maanta gulo, barundiang ini
dibawa ini dibagi-bagikan lagi kepada saudara laki- dilaksanakan oleh kedua belah pihak keluarga yang
laki tradisi ini dilakukan pada siang hari dirumah diwakili oleh ibu masing-masing mempelai.
laki-laki. Barundiang tujuannya menanyakan
Maanta gulo merupakan tradisi yang pendapat pada keluarga perempuan kapan hari dan
dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki yang diiringi tanggal yang tepat mengadakan maanta gulo jika ada
oleh masyarakat sekitar kediaman pihak laki-laki kesesuain dari kelurga perempuan maka akan
yang mendatangi rumah keluarga perempuan dengan diadakan pada hari yang telah ditentukan,
membawa gula sebagai bentuk perhatian mertua. pelaksanaan barundiang ini tidak akan terjadi jika
Tradisi ini dilakukan sebelum masuknya bulan puasa pihak ibu dari laki-laki tidak datang menemui rumah
bagi pasangan yang baru menikah maupun dengan ibu siperempuan. Hal ini sudah jadi kewajiban bagi si
pasangan yang lebih dari satu kali menikah setelah ibu untuk mempererat hubungan silatuhrahmi antara
upacara perkawinan, tradisi maanta gulo ini kedua keluarga. Apabila ibu marapulai sudah tidak
dilakukan oleh masyarakat Nagari Taluk. Maanta ada lagi (meninggal) maka barundiang ini digantikan
oleh kakak padusi marapulai (saudara perempuan perempuan berupa dulang yang berisi, emas, kain
dari marapulai). Dikarenakan dalam proses sarung gajah duduk, minyak goreng, tepung, terigu,
barundiang dalam maanta gulo ini adalah urusan mentega, beras pulut dan gula beberapa karung yang
induak-induak (perempuan). dibawa tadi, kemudian bawaan dari para undangan
dihitung diatas meja yang sudah disiapkan didepan
b. Maucok (Mengundang Masyarakat) rumah perempuan, setelah para undangan pulang
barulah gula yang didapatkan dimasukkan kedalam
Sebelum pelaksanaan maanta gulo dilakukan, karung.
tahapan kedua yang akan dilakukan adalah maucok
atau mengundang masyarakat mengenai pelaksanaan 3. Makna Tradisi Maanta Gulo
hari maanta gulo dalam rangka melihat menantu, a. Sebagai Restu Dari Pihak Orang Tua Suami
maucok dilakukan oleh ibu dari pihak laki-laki
dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat sekitar Masyarakat Nagari Taluk termasuk kedalam
Nagari Taluk, dengan membawa siriah sebagai syarat makhluk sosial yang hidup berkelompok dalam
dari maucok tersebut. Maucok ini dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari yang menjalankan proses
jam-jam tertentu seperti masyarakat sedang istirahat interaksi antara satu sama lain, hal ini dapat dilihat
sekitar jam 12.00-14.00. berdasarkan tradisi maanta gulo. Dimana dalam
Maucok ini dalam tradisi maanta gulo beda menjalankan tradisi maanta gulo ini memerlukan
dengan maucok acara pernikahan antara laki-laki dan masyarakat dalam wadah maanta gulo tersebut.
perempuan, tetapi maucok maanta gulo ini adalah Dalam pelaksanaan maanta gulo ini akan terlihat
lanjutan dari pesta perkawinan dapat dilihat bahwa bagaimana seseorang yang mengadakan maanta gulo
anak daro memakai selayar disaat menanti tamu ini adalah kasih sayang orang tua pihak laki-laki,
undangan diluar rumah, dan induak-induak dirumah sebab mereka bangga pada menantunya yang mereka
anak daro ramai-ramai memasak makanan untuk miliki. Kita lihat saja ada sekelompok masyarakat
persiapan para undangan. Sebelum pelaksanaan tertentu yang memiliki menantu terkadang tidak
maanta gulo dilakukan. dilihat (diaanta). Jika masyarakat yang menantunya
c. Menyediakan Isi Dulang tidak dilihat (diaanta) mereka tidak merestui dan
tidak menghargai menantunya maupun orang tua dari
Menyediakan isi dulang ini merupakan sebuah keluarga perempuan (anak daro).
kegiatan memberikan sesuatu kepada pihak Mereka akan dipandang sebagai orang yang
perempuan, semua ini disiapkan dirumah marapulai, menyayangi istri dari anaknya, keberadaannya dan
ibu marapulai mempersiapkan dan membeli bahan- masyarakat akan bangga dan senang melihat
bahan untuk isi dulang dan isi dulang ini disusun keharmonisan antara menantu dan mertua. Karena
secara rapi, dalam mengisi dulang ini ketentuanya semakin besar upacara maanta gulo yang mereka
harus dilakukan didapur sebelum tamu datang, karena laksanakan otomatis masyarakat akan melihatnya
sudah jadi kebiasaan, apabila dilakukan diruang tamu bahwa orang tua dari laki-laki ini sangat sayang pada
dan diteras rumah tidak dibolehkan karena tidak baik menantunya.Kurangnya pengetahuan niniak mamak
disebutkan pantangan bagi keluarga pihak laki-laki. tentang ma ucok.
Ibu marapulai harus mengisi dulang ini sebelum Masyarakat yang melihat akan berpikiran
berangkat pada hari itu juga dan isi dulang ini tidak bahwa orang tua dari pihak laki-laki sangat
boleh disediakan jauh-jauh hari disebut dalam adat menghargai istri dari anaknya. sebab restu dari orang
nagari larangan apabila melanggar akan manada tua pihak laki-laki merupakan suatu kebahagian
(melanggar adat) kecuali emas karena harus tersendiri bagi kedua mempelai yang melaksanaan
disiapkan jauh-jauh hari mengira biaya yang akan upacara khususnya upacara perkawinan. Semakin
disiapkan untuk membeli emas. banyak orang yang menghadiri maanta gulo maka
d. Panyarahan Pemberian Orang Tua laki- keluarga yang mengadakan acara tersebut akan
laki dan Undangan semakin bahagia. Tapi kalau sudah tidak diaanta
(dilihat) lagi maka hubungan keduanya sudah tidak
Panyarahan pemberian orang tua dari pihak laki- akur.
laki dan undangan ini merupakan sebuah kegiatan b. Melambangkan Hubungan Yang Awet Dan
memberikan sesuatu oleh seseorang kepada orang Harmonis
lain. Dalam hal ini terlihat orang tua pihak laki-laki
dan para undangan menyerahkan pemberiannya Dalam menjalankan aktivitas-aktivitas sosial
kepada anak daro dan penanti dirumah anak daro/ diperlukan adanya interaksi dalam kehidupan. Dalam
keluarga perempuan yang telah menunggu. Mertua hal ini interaksi sosial dapat menjalin hubungan-
menyerahkan pemberian kepada orang tua hubungan yang dinamis, menyangkut hubungan
orang perorangan maupun antara orang perorangan dengan tujuan untuk menghadiri pesta maanta
dengan kelompok. Hubungan yang terjalin didalam gulo. Sebelum maanta gulo dilakukan ibu dari
masyarakat tersebut akan tercipta apabila adanya laki-laki dan bako mengisi isi dulang yang telah
kontak dan komunikasi satu sama lain. Dengan di sediakan yang berisikan emas, beras pulut,
adanya komunikasi itu, sikap-sikap dan perasaan- mentega, tepung terigu, minyak goreng. Setelah
perasaan suatu kelompok manusia atau individu semua persiapan selesai barulah para undangan
dapat diketahui oleh kelompok dan individu lainnya dan bako yang datang dirumah laki-laki menaiki
(Soekanto, 1982:55-59). alat transfortasi atau mobil cataran tadi bersama
Bagi masyarakat Taluk, hubungan yang baik kelokasi anak daro, sebelum tamu masuk
antara bako dan anak pisang begitu juga dengan kerumah anak daro, gulo yang di bawa para
kelurga laki-laki dan perempuan memiliki nilai dan tamu dan bako beserta ibu laki-laki di letakkan di
makna tersendiri, karena adanya restu dari keluarga luar dan di hitung di atas meja didepan rumah
laki-laki maka anak daro dianta (dilihat) dalam acara yang telah disediakan atau di sebut dengan
maanta gulo, agar rasa sayang antara mertua terhadap panyarahan ibu laki-laki dan undangan, dan para
menantunya tersebut tetap terjaga salah satunya tamu dipersilakan masuk menikmati makanan
dilakukan dengan melestarikan tradisi maanta gulo yang disediakan setelah tamu selesai makan para
karena dalam tradisi tersebut bako masih menjalin tamu mengambil kue untuk di bawa pulang.
hubungan dengan anak pisang dan terjalinnya Perhitungan gulo yang didapat akan di sebutkan
hubungan antara keluarga laki-laki dan perempuan. kepada orang tua perempuan oleh ibu laki-laki
Makna maanta gulo bukan saja sebagai restu orang berapa kilo gulo yang didapatkan pada maanta
tua dari pihak laki-laki saja sebagai rasa sayang gulo tersebut, dan proses pelaksanaan maanta
mertua serta makna maanta gulo untuk gulo selesai.
melambangkan hubungan kekeluargaan yang awet 2. Makna dari proses tradisi maanta gulo bagi
dan harmonis antara kedua belah pihak baik laki-laki masyarakat Nagari Taluk yaitu: 1. Sebagai restu
maupun perempuan Adapun makna dari isi hantaran, dari pihak orang tua suami bagi keluarga yang
hantaran merupakan barang-barang yang akan melaksanakan maanta gulo sebab semakin
diberikan kepada pihak keluarga anak daro yang banyak yang datang dalam acara maanta gulo
diberikan oleh pihak laki-laki, hantaran ini berupa maka semakin senang anak daro dan dipuji
emas, kain sarung, beras ketan, minyak goreng, gula, keluarga yang mengadakan maanta gulo sebagai
tepung terigu dan mentega. sayang menantunya tersebut, 2. Melambangkan
hubungan yang awet dan harmonis, karena
maanta gulo ini dilakukan oleh pihak kelurga
KESIMPULAN DAN SARAN pihak laki-laki khususnya ibu dari laki-laki yang
di lengkapi oleh bako laki-laki dalam melihat
A. Kesimpulan istri dari anak dan anak pisang mereka setelah
pesta perkawinan, dari tindakan ibu laki-laki
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan dan bako tersebut maka akan dapat memberikan
informan dilapangan yang di lengkapi dengan data- arti yang menyangkut hubungan kekelurgaan
data yang tertulis, data lisan dan skripsi yang relevan yang terjalin antara bako dan anak pisang
dengan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan kemudian antara mertua dan menantu dan dari
sebagai berikut : hubungan tersebut tentu akan semakin erat
1. Proses pelaksanaan tradisi maanta gulo di Nagari hubungan kekeluargaan mereka. Sedangkan
Taluk Kecamatan Batang Kapas Kabupaten makna dari isi hantaran kepada anak daro
Pesisir Selatan melalui tahapan-tahapan yang adalah, 1. Emas bermakna suatu yang baik dan
berawal dari barundiang (membulatkan hasil menghargai anak daro, 2. Kain sarung
mufakat) dalam hal ini ibu laki-laki mendatangi bermakna sebagai sembah sujud kedua
rumah perempuan sebelum maanta gulo mempelai terhadap maha pencipta dan beras
diadakan mengadakan musyawarah menentukan ketan bermakna kesejahteraan suatu yang baik
hari dan tanggal yang cocok untuk mengadakan dan ketentraman dalam berumah tangga, 3.
maanta gulo, dan memusyawarahkan apa-apa Minyak goreng bermaknakan kebahagian dan
saja yang di masak dan kue untuk para undangan ketentraman hati dalam berkeluarga, gulo
makan disana dan di bawa pulang oleh para melambangkan hubungan manis dan awet serta
undangan datang dalam acara maanta gulo harmonis, tepung terigu maknanya adalah
tersebut. Dan proses yang kedua adalah maucok sebagai perekat antara anak daro dan
(pemberitahuan kepada masyarakat) maucok ini marapulai, mentega bermakna bahwa harus
merupakan mengundang masyarakat sekitar pintar-pintar dalam menjalani berumah tangga
karena akan timbul berbagai rasa, rasa ambar,
pahit, manis dan harus bisa mengatasi masalah
tersebut.

B. Saran

1. Bagi tokoh masyarakat agar melestarikan tradisi


kebudayaan maanta gulo di Nagari Taluk
sebagai suatu ciri khas daerah yang menjadi
kebanggaan masyarakat setempat.
2. Bagi masyarakat yang mengadakan maanta
gulo ini bisa menumbuhkan rasa memiliki
masyarakat terhadap tradisi yang ada, untuk
tetap melestarikan tradisi maanta gulo.
3. Bagi peneliti selanjutnya tentang tradisi yang
ada di Nagari Taluk, yaitu tradisi maanta gulo
diharapkan bisa menggali lebih dalam lagi, yaitu
tentang fungsi dari setiap tahapan dari tradisi
maanta gulo, karena hal tersebut belum di
ungkapkan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ihromi, T.O. 2000. Pokok-pokok Antopologi Budaya.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Miles, B. Matthew dan A. Michel Huberman. 1992.


Analisis Data Kualitatif. (terj) Jakarta: UI
Press.

Moleong, Lexy J 2010. Metodelogi Penelitian


Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Prasetyo, Yanu Endar. 2010. Mengenal Tradisi


Bangsa. Yogyakarta: IMU.

Samovar, A. Larry. 2010. Kominikasi Lintas Budaya.


Salemba Humanika: Jakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Superyadi, Henro. 2009 Tradisi Pernikahan Adat


Bangka. Yogyakarta: Skripsi UIN.

You might also like