Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ISSN: 2301-7562 Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 01 (2) (2016) 179-186

Desember 2016 https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadris

PERSPEKTIF GURU SEBAGAI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN


INKUIRI TERBUKA DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP
ILMIAH DALAM PEMBELAJARANSAINS
Pramita Sylvia Dewi1
1
IAIN Raden Intan Lampung, Jl. Letnan Kolonel H. Endro Suratmin, Bandar Lampung, 35131;
e-mail: [email protected]

Diterima: 15 Agustus 2016. Disetujui: 17 November 2016. Dipublikasikan: Desember 2016

Abstract
The research objective explained the process of the invention taught himself emphasized in an inquiry,
recommended for students with the issues that will be analyzed further, the real action is done through a plan
experiments, organizing tangible evidence until the decision with logical thinking, systematic, and critical. The
entire process of inquiry that is applied in schools. According to the observer perspective in science, who
adopted the role to be students understand that berprofesional in the development of scientific activities. It was
based on the belief of scientific attitude as science scientist analyzing a problem with an air of confidence to
dare argue, and respect the conclusions obtained using inkuri models. Researchers emphasize issues open
inquiry learning usage perspective and guided inquiry that teachers against students in a class, starting with
step presentation of the material until the difference between the two. The viewpoint of this research method
presented by descriptive qualitative data, this method describe, explain and interpret what the object is. The
data collection according to some theories of experts on the implementation of inquiry model and reality on the
ground about how teachers apply it with a good inquiry. Based on the findings, it is known relationships inquiry
learning implementation positively responded to the understanding of the ability of students, especially in
science learning.

Abstrak
Tujuan penelitian menerangkan proses penemuan belajar sendiri yang ditekankan dalam inkuiri, di anjurkan
untuk siswa mengenal masalah yang akan di analisa lebih lanjut, tindakan nyata dilakukan melalui rencana
eksperimen, melakukan pengorganisasian bukti nyata sampai kepada pengambilan keputusan denganpemikiran
yang logis, sistematis, dan kritis. Keseluruhan proses inkuiri yang diterapkan di sekolah. Menurut sudut pandang
peneliti dalam ilmu sains, yang mengadopsi peranan yang harus siswa pahami yakni berprofesional dalam
pengembangan kegiatan ilmiah. Hal tersebut dilandasi pada keyakinan sikap ilmiah seperti ilmuan sains
menganalisa suatu permasalahan dengan sikap percaya diri dengan berani berpendapat, dan saling menghargai
ataskesimpulan yang diperoleh menggunakan model inkuri. Peneliti menitikberatkan permasalahan perspektif
penggunaan pembelajaran inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing yang dilakukan guru terhadap siswa di suatu
kelas, mulai dengan langkah penyajian materi sampai kepada perbedaan antar keduanya. Sudut pandang metode
penelitian ini deskriptif yang tersaji secara data kualitatif, metode ini menggambarkan, menjelaskan serta
menginterpretasikan objek apa adanya. Pengumpulan datamenurut beberapa teori ahli mengenai implementasi
model inkuiri dan kenyataan di lapangan tentang bagaimana gurumengaplikasikan inkuiri tersebut dengan baik.
Berdasarkan penemuan, diketahui hubungan implementasi pembelajaran inkuiri ditanggapi positif terhadap
pemahaman kemampuan siswa khususnya dalam pembelajaran sains.

Kata kunci: inkuiri terbuka, inkuiri terbimbng, sikap ilmiah, pembelajaran sains

© 2016 URPI, FTK IAIN Raden Intan Lampung


informasi tersebut dihubungkan dengan
PENDAHULUAN kehidupan sehari-hari yang secara aktif
Kegiatan belajar merupakan kegiatan mengembangkan potensi dirinya untuk
yang paling pokok dalam keseluruhan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
proses pendidikan. Salah satu masalah yang pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
dihadapi adalah masih lemahnya proses akhlak mulia, serta keterampilan yang
pembelajaran. Proses pembelajaran didalam diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
kelas masih diarahkan kepada kemampuan Negara.
siswa untuk menghafal informasi, dimana
Perspektif Guru…… Pramita Sylvia D.

Berhubungan dengan hal ini, (Draling-


Faktanya pada pembelajaran sains Hammond & Brannsford, 2005) menyatakan
khususnya, selama ini proses belajar dan bahwa guru hendaknya mampu menemuan cara
mengajar hanya sekedar menghafal fakta, untuk mendorong dan mengembangkan potensi
prinsip dan teori saja (Trianto, 2014). siswa. Tanpa usaha ini sulit untuk tercipta siswa
Pembelajaran sains tidak cukup dengan yang memliki kemampuan pemahaman yang
penjelasan dan mendengarkan saja, melainkan baik.
siswa akan lebih mudah memahami materi dan
konsep-konsep jika dilakukan dengan kegiatan Model pembelajaran inkuiri merupakan
menemukan konsep itu sendiri. Hal ini sesuai salah satu inovasi pembelajaran yang dapat
dengan pendapat Trianto, bahwa proses belajar mengarahkan siswa untuk melakukan penemuan
mengajar sains lebih ditekankan pada sehingga siswa dapat memperoreh pengetahuan
pendekatan keterampilan proses, hingga siswa yang lebih mendalam. Model pembelajaran
dapat menemukan fakta, membangun konsep, tersebut menekankan bagaimana seseorang
teori dan sikap ilmiah sendiri yang pada berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap cara pengolahan informasi. Inkuiri yang
kualitas produk pendidikan. diterapkan dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
Kenyataannya siswa masih lemah dalam melakukan observasi dan mengemukakan
sains, padahal perkembangan zaman sains jawaban atas suatu permasalahan melalui
sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan interpretasi data hingga diperoleh suatu
pengembangan teknologi. Terbukti dari hasil kesimpulan.
penelitian tentang asesmen hasil belajar sains Berdasarkan tingkat kompleksitasnya
pada level Internasional yang diselenggarakan pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi tiga
oleh Organization for Economic Cooperation tingkatan (Trowbridge, 1990) . Pertama adalah
and Development (OECD) tenatangProgramme pembelajaran penemuan (discovery inquiry).
for International Student Assessmen(PISA), Kedua adalah pembelajaran inkuiri terbimbing
skor literasi sains yang diperoleh siswa (guided inquiry). Tingkatan paling kompleks
tergolong pada level yang masih rendah. adalah pembelajaran inkuiri terbuka (open
Kecakapan siswa pada level ini memiliki inquiry). Persamaan ketiga tingkatan inkuiri
pengetahuan sains yang terbatas dan hanya bisa tersebut adalah ketiganya melibatkan
diterapkan pada beberapa situasi saja secara keterampilan proses sains dan kemampuan dasar
eksplisit (Suryosubroto, 2009). Menurut Hasil bekerja ilmiah. Pada penelitian ini pembelajaran
dari penelitian lainmenunjukkan masih inkuiri yang diterapkan yaitu Open Inquiry dan
rendahnya peningkatan kemampuan sains pada Guided Inquiry. Model pembelajaran ini dipilih
siswa SMP (Artati, 2013). Selanjutnya, Firman karena pada setiap langkah pembelajaran pada
juga mengungkapkan rendahnya pembelajaran kedua model pembelajaran ini memberikan
sains siswa Indonesia berkaitan erat dengan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
adanya kesenjangan antara pembelajaran IPA pengamatan, bertanya, mengajukan hipotesis,
yang diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA mengumpulkan data, melakukan percobaan dan
(Firman, 2007). Sejalan dengan perkembangan membuat kesimpulan. Diharapkan dapat
kurikulum di Indonesia yang lebih menekankan membuat siswa belajar lebih mengerti, serta
pada pendekatan saintifik, dimana siswa siswa mampu menjelaskan pengetahuan
dijadikan sebagai pusat utama dalam proses berdasarkan bukti dari proses percobaan yang
pembelajaran (Dewi, 2015). Tujuan mereka lakukan.
pembelajaran dengan pendekatan saintifik Ilmu sainsterutama dalam kehidupan
didasarkan pada keunggulan pendekatan perlu usaha dari berbagai pihak untuk
tersebut, antara lain: (1) meningkatkan kemam- mengaplikasikan sehingga bermanfaat.
puan kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) Telah banyak masyarakat dan pemerintah
membentuk kemampuan siswa dalam khususnya dalam bidang pembelajaran
menyelesaikan masalah secara sistematik, (3) melakukan peningkatkan mutu belajar di
terciptanya pembelajaran dimana siswa merasa
sekolah-sekolah, salah satunya terlepas dari
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
peranan guru dan siswa yakni,

180 | Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Pramita Sylvia D. Perspektif Guru……

pengembangan kurikulum nasional komunikasi, (3) bertanya, (4) keterbukan.


pendidikan dan peningkatan mutu Kemampuan siswa untuk menjawab setiap
manajemen sekolah. pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir yang secara
Pembelajaran tersebut dilakukan alami telah terarah sesuai dengan kegiatan
mereka dengan mampu mengambil ilmiah yang mereka lakukan dalam proses
keputusan yang tepat saat menggunakan mengikuti suatu pembelajaran yang bersifat
konsep-konsep ilmiah. Selama ini inkuiri (Hosnan, 2014).
kurangnya faktor kreatifitas pada Hamalik menambahkan adanya
pembelajaran berlangsung, sehingga sering kelompok-kelompok dalam inkuiri, karena
ditemukan pembelajaran yang hanya suatu grup merupakan sarana yang efektif
berpusat pada guru. Sesuai kondisi di atas, dari keberagaman pendapat dalam
salah satu alternatif membangkitkan pemecahan masaah yang sedang di ujikan
motivasi siswa dalam pembelajaran sains (Hamalik, 1991). Berdasarkan kegatan yang
adalah menggali kegiatan ilmiah. Alternatif banyak digunakan saat ini adalah inkuiri
yang tepat yaitu dengan penerapan model terbimbingmasih diminati oleh sebagian
inkuiri dalam pembelajaran, khususnya guru dalam menerapkan pembelajaran yang
dalam sains. dilakukan secara langsung di kelas, karena
Inkuiri berarti pertanyaan, guru meyakini proses mencari tahu siswa
pemeriksaanatau penyelidikan, dimana pada terhadap suatu permasalahan belum optimal
tahapannya mengandung proses-proses jika tanpa arahan yang jelas dalam kata lain
tingkatan berbeda.Inkuiri berarti proses petunjuk oleh guru yang bertujuan
bertanya atau mencari jawaban pada intinya. membuktikan kebenaran .
Trowbridge & Bybee (Suparno, 2007) Staver dan Bay (Vajoczki, Watt, Vine,
menyatakan bahwa inquiry adalah proses & Liao, 2011) Inkuiri terstruktur bertujuan
para saintis mengajukan pertanyaan tentang untuk memperkenalkan konsep, kosa kata,
alam tentang dunia ini dan bagaimana proses, keterampilan, dan metode
mereka secara sistematis mencari investigasi. Hal tersebut membimbing siswa
jawabannya. Pembelajaran inkuiri berarti menuju penemuan tertentu, memberikan
bertanya untuk mencari sebuah tahu pengalaman dasar, dan mengembangkan
permasalahan dengan menggunakan prinsip keterampilan.
atau metode ilmiah (Gulo, 2002). Inkuiri terbimbing berbeda dengan
Pembelajaran tersebut melibatkan inkuiri terstruktur, guru memberikan
emosional, sehingga kegiatan prosedur masalah dan isu-isu awal penyelidikan.
ilmiah dapat terarah dan menjawab Siswa menyusun prosedur sendiri untuk
keingintahuan. melakukannya. Inkuiri terbimbing
Hosnan menyatakan ciri-ciri dari digunakan untuk pemahaman konseptual
pembelajaran inquiry adalah sebagai dan keterampilan siswa, mengembangkan
berikut: (1) menempatan belajar yang baik, kreativitas, dan memahami pengertian.
dimana seorang guru dan siswa memiliki Sementara pada inkuiri terbuka siswa
kapasitasnya masing-masing (2) percaya diminta untuk merumuskan sendiri masalah
diri (self belief), merupakan sikap yang dan mengembangkan prosedur untuk
dimiliki siswa saat merespon penapat menyelidiki dan memecahkan masalah.
ataupun pemikiran yang akan di utarakan(3) Tujuan dari inkuiri terbuka adalah untuk
memiliki tujuan yang jelas, dalam hal ini merumuskan suatu pertanyaan,
kesepakatan merupakan kunci bersama saat mengembangkan kreativitas dalam
menganalisa suatu permasalahan (Hosnan, menjawab pertanyaan secara bebas, adanya
2014). Selain itu Hosnan menyatakan bukti, dan kritis. Sejalan dengan pendapat
adanya prinsip-prinsip: (1) intelektual, (2) (Rustaman, 2005) bahwa inkuiri terbmbing
Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 181
Perspektif Guru…… Pramita Sylvia D.

lebih menekankan dalam diskusi. Pada saat mereka belajar sains. Tingkat sikap
inkuiri terbuka, hasil pemecahan masalah ilmiah siswa dapat dilihat dari bagaimana
mungkin mengarah pada pertanyaan baru mereka memiliki rasa keingintahuan yang
dari masalah sebelumnya. sangat tinggi, memahami suatu konsep baru
Suryosubroto dalam bahasan nya dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan,
memprediksikan jika suatu pembelajaran kritis terhadap suatu permasalahan yang
terutama imu sains diterapkan di sekolah perlu dibuktikan kebenarannya, dan
harus mampu membangkitkan gairah pada mengevaluasi kinerjanya sendiri. Hal-hal
siswa untuk belajar, baik pemahaman ilmu inilah yang dapat membantu siswa belajar
maupun sikap seorang saintis secara ilmiah, terstruktur, dan mandiri.
(Suryosubroto, 2002). Wujud dari proses Menurut Azwar, metode
belajar mengajar menggunakan inkuiri pengungkapan sikap ilmiah dalam bentuk
dapat berupa pembinaan yang dimengerti self-report yang hingga kini dianggap dapat
siswa, dimana guru hanya menjadi teman diandalkan adalah dengan menggunakan
belajar saja, bukan secara utuh memegang daftar peryataan-peryataan yang harus
kendali kelas, perencanaan merupakan hal dijawab oleh individu yang disebut skala
yang penting dipersiapkan, agar tidak lagi sikap, diakui penggunaan skala sikap ini
terjadi pengajaran secara tradisional yang lebih unggul dibandingkan dengan metode
monoton. penanyaan langsung dan metode
Sikap ilmiah dalam pembelajaran pengamatan perilaku (Azwar, 2013). Skala
sangat diperlukan oleh siswa karena dapat sikap (Attitude Scales) berupa kumpulan
memotivasi kegiatan belajarnya. Dalam pernyataan-pernyataan mengenai suatu
sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana objek sikap. Dari respon subjek pada setiap
siswa seharusnya bersikap dalam belajar, pernyataan kemudian dapat disimpulkan
menanggapi suatu permasalahan, mengenai arah dan intensitas sikap
melaksanakan suatu tugas, dan seseorang. Salah satu sifat skala sikap
mengembangkan diri. Hal ini tentunya adalah isi pernyataan yang dapat berupa
sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan pernyataan langsung yang jelas ukuran
belajar siswa ke arah yang positif. Melalui tujuan ukurannya akan tetapi dapat pula
penanaman sikap ilmiah dalam belajar berupa pertanyaan tidak langsung yang
siswa memiliki kemungkinan untuk lebih tampak kurang jelas tujuan ukurannya bagi
dapat belajar memahami dan menemukan. responden.
Lang & Evan menyatakan bahwa sikap Penulis melakukan pnelitian ini
ilmiah akan muncul pada diri siswa apabila menggunakan metode deskriptif. Untuk
secara terus menerus dikuatkan. Misalnya lebih jelasnya data yang tersaji dipaparkan
pada saat guru secara teratur menggunakan secara kualitatif, dimana metode tersebut
metode ilmiah, meskipun dengan tidak memberikan perlakuan, atau
menggunakan alat dan bahan yang pengubahan pada variabel-variabel bebas,
sederhana, hal tersebut akan meningkatkan namun menggambarkan keadaan yang
sikap positif siswa terhadap sains (Lang, sesungguhnya (McMillan, J & Schumacher,
2006). 2001). Sehingga metode ini
Sikap ilmiah dapat dianggap sebagai menggambarkan, menjelaskan serta
sesuatu yang kompleks dimana nilai-nilai menginterpretasikan objek apa
dan norma-norma yang mengikat pada ahli adanya.Instrumen yang dipilih penulis
science. Carin & Sund, menyatakan bahwa menggunakan pengumpulan data,
pendidikan sains harus melahirkan suatu menggunakan kajian perspektif, menurut
sikap dan nilai-nilai ilmiah (Carin & Sund, beberapa teori ahli mengenai implementasi
1997). Nilai dan sikap ilmiah ini penting model inkuiritentang bagaimana seorang
dimiliki dan diperlihatkan oleh siswa pada

182 | Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Pramita Sylvia D. Perspektif Guru……

guru menggunakan penerapan aplikasi nyata jawaban ya atau tidak, bukan bersifat uraian
di sekolah. terperinci. Untuk lebih lanjut, cara tersebut
digunakan untuk meminimalisir arahan guru
yang terlalu mengarah pada petunjuk baku,
PEMBAHASAN karena pada kesepakatan di awal sebagai
Permasalahan yang terjadi dalam seorang ilmuan siswa dituntut mampu
sebagian besar kasus penyajian membahas masalah secara mandiri
pembelajaran inkuiri di kelas, saat di berkenaan pada perspektif mereka
ajukannya beberapa pertanyaan- mengasah suatu kajian teori yang
pertanyaandari siswa terkait suatu isu yang dipermasalahkan atau dikaji secara lebih
di paparkan guru sebelumya, yang memang mendalam.
daya serap mereka belum secara spesifik. Temuan dilapangan terlihat bahwa
Meski sulit menerapkannya diyakini adanya ilmu sains ini lebih cocok berupa
faktor yang menghambatsalah satunya pertanyaan tentang alat, bahan dan cara
adalah proses menghabiskan banyak waktu kerja dalam percobaan yang secara langsung
pemahaman. Selain itu, memiliki seorag berkenaan dengan paktikum di
fasilitator dituntut lebih paham dan laboratorium. Disini siswa akan dilatih
memiliki kemampuan mengajar dengan sendiri masalah dan menyelesaikan sendiri
inkuiri. Oleh karena itu, perlu dengan menggunakan eksperimen atau
dikembangkannya suatu program untuk percobaan sesuai petunjuk yang telah
calon guru agar lebih memahami inkuiri. diberikan. melakukan penyelididkan ilmiah
Berdasarkan hasil survey Colorado dan berlatih untuk membuat kesimpulan dan
Learning Attitudes about Science Survey membuat laporan terkait yang dilakukan
(CLASS) menyatakan bahwa penerapan (Joyce & Calhoun, 2009).
Physics by Inquiry (PbI) pada calon guru Inti dari model inkuiri adalah
sangat membantu dalam menyiapkan calon melibatkan siswa dalam masalah penelitian
guru yang dapat menerapkan inkuiri dalam yang benar-benar orisinil berupa suatu
pembelajaran. Kemajuan menambah investigasi, yang membantu mereka dalam
wawasan tentunya sangat diperlukan. PbI mencari masalah keilmuan. Didukung juga
ini merupakan cara efektif yang diterapkan oleh pendapat Carin bahwa pembelajaran
ketika pembelajar tersebut sudah benar- sains melalui proses aktif, dapat membentuk
benar paham bagaimana cara mengajar sikap ilmiah (Carin & Sund, 1997).
berbasis inkuiri. Sebagaimana disarankan oleh Bruner
Bruce & Weil (1980, dalam Hosnan, partisipasi memperoleh pengalaman dan
2014), menyebutkan bahwa latihan inkuiri melakukan eksperimen (Dahar, 2011).
dapat menambah pengetahuan sains, Sikap ilmiah perlu dikembangkan
menghasilkan kemampuan berpikir kreatif, pada siswa karena di dalam belajar sains
keterampilan dalam memperoleh dan tidak hanya sekedar aspek kognitif, aspek
menganalisis data (Hosnan, 2014; Weil & afektif juga merupakan bagian yang penting
Joyce, 2000). Joyce menyatakan bahwa dalam perencanaan, penyampaian, dan
dampak instruksional dari latihan inkuiri evaluasi suatu pembelajaran. Carin dan
adalah membentuk semangat berkreasi, Sund berpendapat pendidikan sains harus
kemandirian dalam belajar, menghormati melahirkan suatu sikap dan nilai ilmiah
perbedaan pandangan dan sadar bahwa (Carin & Sund, 1997). Sikap ilmiah sangat
peristiwa pada proses pembelajaran akan mendukung kegiatan belajar siswa ke arah
secara tentatif, dengan banyak perubahan yang positif (Slameto, 2010). Berdasarkan
yang tidak tetap. hasil observasi menunjukkan sikap ilmiah
Latihan yang diajarkan kepada siswa siswa masih rendah, sehingga perlu
oleh guru hanya boleh mendapatkan dioptimalkan dan diberdayakan. Sikap
Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 183
Perspektif Guru…… Pramita Sylvia D.

ilmiah seperti sikap ingin tahu, kembali terhadap waktu pelaksanaan


mengutamakan bukti, sikap skeptis, pembelajaran lebih optimal. Singkatnya
menerima perbedaan, dapat bekerja sama, waktu pelaksanaan pembelajaran menjadi
dan bersikap positif terhadap kegagalan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
menjadi hal penting untuk dimiliki setiap belajar dengan penerapan inkuri.
siswa (Carin & Sund, 1997). Belum terbiasanya pembelajaran yang
Penelitian tentang sikap ilmiah yang diterapkan menyebabkan adanya
telah dilakukan oleh Iswani salah satu faktor kebingungan siswa dalam melaksanakan
yang perlu dipertimbangkan dalam proses langkah pembelajaran. Selain itu siswa juga
pembelajaran guna meningkatkan hasil belum terbiasa melakukan percobaan di
belajar siswa. Rendahnya sikap ilmiah siswa dalam laboratorium, sehingga membuat
dikarenakan proses pembelajaran yang siswa kebingungan dalam memulai
diterapkan selama ini masih menggunakan percobaan. Ada baiknya untuk pembelajaran
diskusi informasi (Iswani, 2008). Siswa selanjutnya siswa dibiasakan belajar dengan
seharusnya menjadi lebih aktif dalam menggunakan metode percobaan di
mencari jawaban dari setiap pertanyaan laboratorium agar proses pembelajaran tidak
yang diberikan, sebagaimana implementasi monoton.
dari kurikulum 2013 yang mengharuskan Saran perbaikan pada penelitian
pembelajaran berpusat pada siswa. selanjutnya ada baiknya untuk siswa yang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara menggunakan model pembelajaran Open
di sekolah, ternyata guru di sekolah masih Inquiry tidak dilepas begitu saja dalam
sangat jarang menggunakan model melakukan langkah pembelajaran, guru
pembelajaran yang sesuai dengan hendaknya lebih memberikan bimbingan
kurikulum. kepada siswa khususnya pada saat
Wartini mengemukakan penguasaan melakukan percobaan, karena untuk kelas
konsep dapat meningkat disebabkan siswa ini siswa terlihat masih belum terbiasa
yang memperoleh kemampuan memahami untuk melakukan percobaan tanpa
lebih aktif dan menemukan konsepnya bimbingan dari guru. Pada siswa yang
sendiri(Wartini, 2014). Berg et al menggunakan model pembelajaran Guided
menyatakan bahwa Open Inquiry Inquiry ada baiknya untuk kegiatan
menunjukkan hasil yang positif terhadap percobaan dan membuat kesimpulan siswa
hasil belajar, waktu persiapan dan kegiatan tidak secara penuh diberikan bimbingan
saat di laboratorium. Peneliti oleh guru agar siswa dapat menuangkan ide-
memperkirakankelas control yang selalu idenya. Pada kegiatan percobaan siswa
dibandingkan dengan eksperimen tidaklah cukup dituntun dengan LKS saja, sehingga
selalu kalah (Zion & Sadeh, 2011). Di mana sikap ilmiah siswa dapat berkembang secara
kelas eksperimen dikondisikan dengan maksimal dan pada kegiatan merumuskan
diterapkan pembelajaran berbasisi inkuiri. kesimpulan hendaknya siswa melakukannya
Sedangkan pada kelas kontrol diterapkan secara mandiri agar siswa dapat berpikir
pembelajaran pada umumnya, guru yang secara aktif dalam mendeskripsikan hasil
lebih bermain peran, pembuktikan ini di temuannya.
lihat dari hasil post-tes para siswa. Oleh Terkait dengan proses pembelajaran
karena itu kegiatan siswa tidak semestinya yang berlangsung pada pengisian LKS yang
dibatasi hanya dengan mendengarkan materi dikerjakan oleh kelompok siswa, disarankan
dari guru secara sepihak. sebelumnya jika melakukan penelitian
sejenis ini untuk melakukan uji coba
SIMPULAN terbatas agar permasalahan yang di kaji
Berdasarkan pembahasan, di dapatkan sesuai kriteria pada tujuan pembelajaran.
kesimpulan ini perlu dilakukan peninjauan Profil sikap sains siswa melalui instrumen

184 | Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Pramita Sylvia D. Perspektif Guru……

yang diberikan, kenyataannya memiliki Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.


hasil uji yang masih terbatas. Oleh karena Dewi, P. S. (2015). Implementasi
itu diperlukan istrumen self efficacy yang Pendekatan saintifik Terhadap Proses
dapat mengungkapkan sikap sains siswa Aktivitas Guru dan Siswa Pada
secara lebih akurat. Pembelajaran IPA Terpadu. In
Diperlukan media yang mendukung Proceeding SNIPS EDUCATION ITB.
saat penyajian pembelajaran, misalnya Draling-Hammond, L., & Brannsford, J. E.
ketika keterikatan konsep pada konteks (2005). Preparing Teacher for A
sains dengan materi pembelajaran harus Changing World. San Francisco: Josy-
saling berhubungan dan lebih baik Bass Publishing.
ditayangkan di awal dan di akhir Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains
pembelajaran. Guru menyiapkan semua Berdasarkan Hasil PISA Nasional
perangkat pembelajaran sebelum memulai Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penelitian
proses pengajaran menggunakan Pendidikan Balitbang Depdiknas.
implementasi pendekatan saintifik, adanya Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-
feedback tersebut meminimalisir keadaan Mengajar. Jakarta: Grasindo.
yang umumnya selalu terjadi di sekolah Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar
dengan melakukan pengarahan yang baik Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
oleh guru, serta mampu menciptakan Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik
kreatifitas dalam melakukan kegiatan dan Kontekstual dalam Pembelajaran
eksperimen atau demonstrasi sederhana Abad 21 Kunci Sukses Implementasi
dalam kegiatan pembelajaran sains. Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Iswani, S. (2008). Pembelajaran Biologi
Metode Inkuiri Terbimbing
Artati, J. (2013). Analisis kemampuan Menggunakan Lab Riil dan Lab
literasi sains siswa SMP dalam Virtual Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan
pembelajaran IPA terpadu pada tema Gaya Belajar Siswa. Universitas
Cuaca Ekstrim. Universitas Pendidikan Sebelas Maret Solo.
Indonesia Bandung. Joyce, B. W. M., & Calhoun, E. (2009).
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia, Teori dan Models of Teaching. Model-Model
Pengukurannya (ke 2). Yogyakarta: Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pustaka Pelajar. Pelajar.
Carin, A., & Sund, B. (1997). Teaching Lang, H. R. (2006). Models, Strategies, and
Science Through Discovery. Ohio: Methods for Effective Teaching. USA:
Merril Publishing Co. Pearson Education Inc.
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar &
McMillan, J, H., & Schumacher, S. (2001). dan Menyenangkan. Yogyakarta:
Research in Dducation: A Conceptual Universitas Sanata Dhrama.
Introduction (5th ed.). New York: Suryosubroto. (2002). Proses Belajar
Longman. Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Rineka Cipta.
Mengajar Biologi-Cet 1. Malang: Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar
Universitas Negeri Malang. Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Rineka Cipta.
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Trianto. (2014). Model Pembelajaran
Rineka Cipta. Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno, P. (2007). Metodologi Trowbridge, L. W. (1990). Becoming a
Pembelajaran Fisika Konstruktivistik Secondary School Science Teacher.
Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 185
Perspektif Guru…… Pramita Sylvia D.

Melbourne: Merril Publishing Co. Proses Sain Siswa SMP. Universitas


Vajoczki, S., Watt, S., Vine, M., & Liao, X. Pendidikan Indonesia Bandung.
(2011). Inquiry Learning: Level, Weil, M., & Joyce, B. R. (2000). Models of
Discipline, Class Size, What Matters? Teaching (6th ed.). Boston: Allyn and
International Journal for the Bacon.
Scholarship of Teaching and Learning. Zion, M., & Sadeh, I. (2011). Which Type
Wartini. (2014). Penerapan Pembelajaran of Inquiry Project Do High School
Berbasis Praktikum Melalui Inkuiri Biology Students Prefer: Open or
Terbimbing dan Verifikasi Pada Guided. Research Science Education,
Konsep Fotosintesis Terhadap 42, 831–848.
Penguasaan Konsep dan Keterampilan

186 | Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016

You might also like