Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

9

Metode al-Bukhari Menyeleksi Hadis-Hadis Sahifah


Hammam Ibn Munabbih

Noor Ikhsan 239

ABSTRACT

Al-Bukhari selecting hadith from Sahih al-Bukhari hadith 600,000,


among which are marwiyyat Sahifah Hammam ibn Munabbih. Scholars
state that meets the requirements marwiyyat Sahifah Hammam al-
Bukhari, but why only partially narrated?

Al-Nawawi suggests four reasons: Due to forget, to be more


concise, ‘illah, and represented by another hadith. The first two reasons

239
Staff Pengajar Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi’I Jember
– Jawa Timur.

Volume 1, No. 1, November 2013 199


are subjective, while the last two reasons are empirical and impossible to
prove.

Hazimi believes al-Bukhari terms are hadith first level narrator,


sometimes he also took second level if the hadith narrators of hadith
narrators do not get the first level in the chapter.

To perform the inventory marwiyyat prove Sahifah Hammam in


Sahih al-Bukhari. Of the 139 marwiyyat Sahifah Hammam, 129 of them
were issued in the al-Jami', 51 narrated through the Hammam and the
other disciple, 78 other hadith narrated by Abu Hurayrah student
pathways besides Hammam. There are 10 hadiths which are not issued
by al-Bukhari, Hadith 8 of them are represented by other companions,
one of whom mansukh. Two other hadith that are not excluded because
due to ‘illah.

From data analysis, al-Bukhari Hadith always put the students first
at the level of Abu Hurayrah: al-A'raj, Ibn al-Musayyib, Ibn Sirin, and
the other, then the traditions Hammam. Thus the conclusion al-Nawawi
and al-Hazimi very accurate and fit the facts.

Keywords: al-Bukhari, Hadist, Sahifah Hammam.

A. Pendahuluan

Sahifah Hammam merupakan salah satu manuskrip tertua dalam


bidang hadis, di dalamnya terdapat 139 hadis yang diriwayatan
Hammam ibn Munabbih al-San’ani (w 132 H) dari Abu Hurairah ra dari
Rasulullah saw. Dari 139 hadis tersebut, al-Bukhari hanya meriwayatkan

200 Volume 1, No. 1, November 2013


51 hadis memalui jalur Hammam di dalam al-Jami’ al-Sahih. Karena
marwiyyat Sahifah Hammam diriwayatkan dengan satu sanad yang sahih
maka secara garis besar hadis-hadis tersebut telah memenuhi syarat al-
Bukhari di dalam al-Jami’ al-Sahih.

Penelitian tentang metode al-Bukhari menyeleksi marwiyyat


Sahifah Hammam tidak terlepas dari pembahasan syarat beliau.
Berdasarkan keterangan al-Hazimi: al-Bukhari mempersyaratkan di
dalam al-Jami’ al-Sahifah hadis-hadis dari rawi pada level pertama yaitu
rawi yang lama mendampingi gurunya dan memiliki ingatan yang kuat.
Berawal dari keterangan tersebut, perlu kiranya penulis meneliti posisi
Hammam ibn Munabbih di antara murid-murid Abu Hurairah, karena
sangat mungkin al-Bukhari tidak mengeluarkan matan hadis Sahifah
Hammam melalui jalur Hammam tetapi mengeluarkan matan tersebut
melalui jalur murid lain yang lebih senior dan lebih memenuhi kriteria al-
Bukhari.

Berdasar keterangan al-Nawawi terdapat beberapa sebab al-


Bukhari tidak meriwayatkan sebagian hadis Sahifah Hammam: Karena
lupa, agar lebih ringkas, adanya ‘illah dan terwakili oleh hadis lain.

Pernyataan beliau tersebut membutuhkan pembuktian dengan


melakukan inventarisasi hadis-hadis Sahifah di dalam al-Jami’ al-
Sahifah dan melakukan identifikasi serta klasifikasi sebab. Alasan lupa
atau agar lebih ringkas bersifat subjektif sehingga sangat sulit mencari
data-data baik yang mendukung maupun yang membatalkannya.

Sedangkan pernyataan adanya hadis ma’lul dalam Sahifah


Hammam yang sahih tidak serta merta dapat diterima karena
mengharuskan adanya pembuktian yang ilmiah. Memilah hadis ma’lul

Volume 1, No. 1, November 2013 201


dari yang sahih sedangkan keduanya memiliki sanad yang sama
memerlukan penelusuran yang cermat dan teliti. Maka dilakukanlah
inventarisasi hadis yang diduga ma’lul kemudian telisik data yang
menunjukkan keberadaan ‘illah tersebut baik secara sanad maupun
matan. Untuk itu dibutuhkan langkah penelitian dan penelusuran matan
dengan melakukan i’tibar terhadap shawahid dan mutaba’at, serta telisik
keselarasan makna hadis dengan tujuan, maksud dan kaidah-kaidah
pokok dalam syariat .

Sebab terakhir yang beliau kemukakan adalah keberadaan hadis


lain yang mewakili, meski cakupannya cukup luas namun masih
mungkin ditelusuri. Suatu hadis dapat dikatakan mewakili hadis lain jika
terdapat kesesuaian tema sentral, kemiripan lafadz dan kesamaan asal
hadis.

B. Rumusan Masalah
Dari fakta tersebut dirumuskanlah 3 permasalahan utama:
1. Bagaimana al-Bukhari menyeleksi marwiyyat Sahifah Hammam dan
apa kriteria utama yang dijadikan pertimbangan dalam memilih
marwiyyat Sahifah Hammam?
2. Bagaimana akurasi ucapan al-Hazimi tentang syarat al-Bukhari di
dalam Sahih beliau jika dilihat dari metode al-Bukhari menyeleksi
marwiyyat Sahifah Hammam?
3. Sejauh mana tingkat akurasi ucapan al-Nawawi tentang alasan al-
Bukhari tidak meriwayatkan sebagian hadis Sahifah?

C. Pembahasan.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukanlah
langah-langah penelitian serta inventarisasi hadis-hadis Hammam dan

202 Volume 1, No. 1, November 2013


hadis lain yang diduga sebagai penggantinya di dalam Sahifah al-
Bukhari. Dari inventarisasi tersebut diperoleh data berikut ini:
1. Hadis-hadis Abu Hurairah di dalam Sahifah yang dikeluarkan al-
Bukhari di dalam al-Jami' al-Sahih melalui jalur Hammam.
Terdapat 51 hadis dengan kriteria tersebut:
a. Hanya melalui jalur Hammam: 21 hadis
b. Melalui jalur Hammam dan murid yang lain: 30 hadis
2. Hadis-hadis Abu Hurairah di dalam Sahifah yang diriwayatkan al-
Bukhari di dalam Sahih beliau melalui jalur murid Abu Hurairah
selain Hammam. Terdapat 78 hadis dengan kriteria ini.
3. Hadis-hadis Abu Hurairah yang tidak dikeluarkan di dalam Sahih al-
Bukhari:
a. Terdapat penggantinya dari sahabat yang lain: 8 hadis
b. Tidak ditemukan penggantinya dari sahabat yang lain: 2 hadis

Dari analisis sebab dan klasifikasi marwiyyat Sahifah Hammam ibn


Munabbih di dalam Sahih al-Bukhari diperoleh kesimpulan berikut ini:

1. Setidaknya terdapat 4 kriteria utama yang digunakan al-Bukhari


untuk menyeleksi marwiyyat Sahifah Hammam:

a. Mengedepankan Sanad-Sanad Yang Paling Sahih


Hal itu dapat kita lihat dari beberapa indikator berikut ini:

1) Diutamakannya hadis Abu Hurairah dari jalur al-A’raj.


Menurut al-Bukhari jalur al-A’raj adalah sanad paling sahih dari
Abu Hurairah, al-Bukhari berkata:

Volume 1, No. 1, November 2013 203


‫ عن أبي هريرة‬،‫ عن األعرج‬،‫ أبو الزناد‬:‫أصح أسانيد أبي هريرة‬
Sanad paling sahih dari Abu Hurairah adalah: Abu al-Zinad dari al-
A’raj dari Abu Hurairah.

Dari 139 hadis Abu Hurairah yang terdapat di dalam Sahifah


Hammam, 129 diantaranya dikeluarkan al-Bukhari di dalam al-Jami’, 78
diantaranya melalui jalur selain Hammam. Dari 78 hadis tersebut 70
diantaranya diriwayatkan al-Bukhari melalui jalur al-A’raj. Seperti hadis
pertama dari Sahifah Hammam:

‫نحن اآلخرون السابقون يوم القيامة‬

Hadis tersebut dikeluarkan al-Bukhari di dalam Sahihnya tetapi


bukan melalui jalur Hammam, al-Bukhari meriwayatkannya melalui jalur
al-A’raj dan Tawus dari Abu Hurairah (Hadis no. 836 & 3298)

Dari 30 hadis yang dikeluarkan al-Bukhari melalui Hammam dan


murid-murid Abu Hurairah yang lain, 20 hadis di antaranya juga
dikeluarkan al- Bukhari melalui jalur al-A’raj. Seperti hadis :

..... ‫إياكم والظن إياكم والظن‬


Hadis tersebut diriwayatkan al-Bukhari memalui jalur Hammam
(Hadis no. 5717) juga diriwayatkkan melalui jalur al-A’raj dan Tawus
(Hadis no. 4849, 5719, 6345)

240
‘Ali al-Siyah, Tahqiq Juz Min ‘Ilal Ibn Abi Hatim ( t.t.: t.tp., t.th.), 1/ 4.

204 Volume 1, No. 1, November 2013


2) Diutamakannya hadis Abu Hurairah dari jalur murid yang
lebih thiqah

Metode al-Bukhari yang selalu mengedepankan sanad yang lebih


sahih juga tampak dari sikap beliau yang lebih mengedepankan hadis-
hadis Ibn al-Musayyib, Tawus, Abu Salih, Ibn Sirin, dll dari pada hadis
Hammam. ‘Ali Ibn al-Madini berkata :

‫أصحاب أبي هريرة هؤالء الستة سعيد بن المسيب وأبو سلمة واألعرج وأبو‬
‫صالح و محمد بن سيرين وطاوس وكان همام بن منبه يشبه حديثه حديثهم إال‬
‫أحرفا‬

Murid Abu Hurairah enam orang, mereka adalah : Sa’id Ibn al-
Musayyib, Abu Salamah, al-A’raj, Abu Salih, Muhammad Ibn Sirin,
Tawus. Sedangkan hadis-hadis Hammam Ibn Munabbih tidak jauh
kualitasnya dari hadis-hadis mereka kecuali dalam beberapa hadis.

Jika al-Bukhari mendapatkan hadis Abu Hurairah dari jalur


mereka, beliau selalu mengutamakannya kecuali jika riwayat Hammam
terdapat tambahan lafadz/kalimat yang penting, atau rawi setelah
Hammam lebih kuat daripada rawi sesudah mereka.

Sebagai contohnya adalah hadis Sahifah no. 76, al-Bukhari


menjadikan hadis Hammam tersebut sebagai hadis pokok bab dan hadis
al-A’raj sebagai mutabi’, hal ini menyalahi kebiasaan al-Bukhari yang
lebih mengedepankan hadis al-A’raj. Sanad hadis Hammam sebagaimana
disebutkan al-Bukhari:
241
Ahmad ‘Ali al-Baghdadi, Tarikh Baghdad (Beirut: Dar al-Kutub al’Ilmiyyah,
t.th.), 5/333.

Volume 1, No. 1, November 2013 205


‫حدثنا محمد بن مقاتل أخبرنا عبد هللا أخبرنا معمر عن همام ابن منبه عن أبي‬
‫ (ال تصوم المرأة وبعلها شاهد إال‬: ‫هريرة عن النبي صلى هللا عليه و سلم‬
)‫بإذنه‬

Janganlah seorang wanita berpuasa ketika suaminya ada di rumah


kecuali dengan ijinnya.

Adapun sanad hadis al-A’raj, al-Bukhari berkata:

‫حدثنا أبو اليمان أخبرنا شعيب أخبرنا أبو الزناد عن األعرج عن أبي هريرة‬
‫رضي هللا عنه‬

Sanad dari Abu al-Zinad sampai Abu Hurairah termasuk sanad


yang paling sahih, sepatutnya diutamakan daripada sanad Hammam,
tetapi karena riwayat Abu al-Yaman dari Shu’ayb kebanyakan dengan
cara munawalah 244 maka al-Bukhari lebih memilih menjadikan hadis
Hammam sebagai pokok bab karena metode periwayatan Muhammad ibn
Muqatil lebih kuat yaitu dengan metode sama’ (mendengar langsung)
dari Ibn al-Mubarak, lain halnya dengan metode periwayatan Abu al-

242
Al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, (Beirut: Dar Ibn Kathir, 1987) Hadis nomor
4896.
243
Ibid., Hadis nomor 4899.
244
Ibn Hajar al-‘Asqalani, Taqrib al-Tahdhib (Suria: Dar al-Rashid, 1986 M),
1/234. Al-Hakam ibn Nafi’ al-Bahrani, lebih dikenal dengan kunyahnya yaitu Abu al-
Yaman, Imam yang thiqah thabt. Sebagian ulama: Kebanyakan hadis yang dia
riwayatkan dari Shu’ayb dengan cara munawalah, wafat tahun 222 H.

206 Volume 1, No. 1, November 2013


Yaman dari Shu’ayb yang sangat mungkin menggunakan metode
munawalah.

b. Mengutamakan riwayat sahabat pemilik kisah/lebih mengetahui


hadis yang diriwayatkan

Metode beliau tersebut dapat dilihat pada hadis Sahifah no. 33


dengan redaksi:

‫ إذا نودي للصالة صالة الصبح‬: ‫وقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫وأحدكم جنب فال يصوم يومئذ‬

Rasulullah bersabda: Apabila adzan Subuh dikumandangkan


dalam keadaan salah seorang diantara kalian junub maka jangan dia
berpuasa pada hari itu.

Dalam hal ini al-Bukhari lebih memilih hadis ‘Aishah dan Umm
Salamah (hadis al-Bukhari no. 1830) yang menyatakan Nabi tetap puasa
ketika beliau mendapati Subuh dalam keadaan junub, hal itu karena
‘A’ishah dan Umm Salamah lebih mengetahui keadaan Rasulullah saw
dalam keseharian beliau.

Demikian juga dengan hadis Sahifah no. 117 tentang perintah tidur
bagi orang yang shalat dalam keadaan mengantuk, al-Bukhari lebih
memilih meriwayatkannya dari ‘Aishah (al-Jami’ hadis no. 209) dan
Anas (no. 210) karena ‘A’ishah sebagai istri Nabi dan Anas sebagai
pembantu beliau lebih mengetahui keadaan Rasulullah saw apalagi
ketika malam hari, al-Bukhari berkata:

Volume 1, No. 1, November 2013 207


‫ أن‬: ‫حدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخبرنا مالك عن هشام عن أبيه عن عائشة‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال ( إذا نعس أحدكم وهو يصلي فليرقدن‬
‫حتى يذهب عنه النوم فإن أحدكم إذا صلى وهو ناعس ال يدري لعله يستغفر‬
) ‫فيسب نفسه‬

Dari ‘A’ishah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Apabila


kalian mengantuk ketika shalat maka hendaknya kalian tidur (terlebih
dahulu) sampai hilang rasa kantuknya, sebab ketika mengantuk dalam
shalat kalian tidak sadar jangan-jangan ingin beristighfar tetapi justru
mencaci maki diri sendiri.

Selain alasan di atas, riwayat Hisham dari ayahnya dari ‘A’ishah


termasuk sanad yang paling sahih.245

c. Mengutamakan riwayat sahabat yang berkepentingan langsung


dengan substansi hadis Kriteria ini dapat kita amati pada hadis
Sahifah no. 83 :

‫ والذي نفس محمد بيده لو أن عندي‬: ‫وقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫أحدا ذهبا ألحببت أن ال يأتي علي ثالث ليال وعندي منه دينار أجد من يتقبله‬
‫مني ليس شيء أرصده في دين علي‬

Rasulullah bersabda: Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di


tangan-Nya seandainya aku memiliki sepenuh Uhud emas, tidaklah

245
Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti, Tadrb al-Rawi Sharh Taqrib al-
Nawawi (Riyadh: Maktabah al-Riyad al-Hadithah, t.th.), 1/76.

208 Volume 1, No. 1, November 2013


berlalu 3 hari kecuali tidak ada satu dinar pun yang tersisa, selain dinar
yang aku siapkan untuk membayar hutang.

Hadis Abu Hurairah tersebut dikeluarkan al-Bukhari di dalam al-


Jami’ dengan nomor 2259 & 6080 melalui jalur sanad Abd Allah ibn
‘Utbah, sebagai shahid terhadap hadis Abu Dharr al-Ghifari dengan
nomor 2258 & 6079 yang merupakan hadis pokok bab, al-Bukhari
berkata:

‫حدثنا أحمد بن يونس حدثنا أبو شهاب عن األعمش عن زيد ابن وهب عن‬
‫ كنت مع النبي صلى هللا عليه و سلم فلما أبصر‬: ‫أبي ذر رضي هللا عنه قال‬
‫ قال (ما أحب أنه يحول لي ذهبا يمكث عندي منه دينار فوق‬- ‫ يعني أحدا‬-
)‫ثالث إال دينارا أرصده لدين‬

Dari Abu Dharr bahwasanya beliau berkata: Suatu ketika saya


bersama Nabi saw, ketika beliau melihat Uhud beliau berkata: Andai
Uhud diubah menjadi emas untukku, saya tidak akan membiarkannya
lebih dari tiga hari dalam keadaan masih tersisa satu dinar pun, kecuali
dinar yang aku persiapkan untuk membayar hutang.

Setidaknya ada dua alasan mengapa al-Bukhari lebih memilih hadis


Abu Dharr sebagai pokok bab karena Abu Dharr adalah pemilik kisah
dan beliau dikenal sebagai sahabat yang sangat zuhud, keadaan beliau
tersebut sangat relevan dengan makna yang terkandung dalam hadis ini.

246
Muhammad Isma’il al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih{ (Beirut: Dar Ibn Kathir,
1987), hadis no 2258.

Volume 1, No. 1, November 2013 209


Demikian juga halnya dengan hadis Sahifah no. 133 tentang tangan
di atas lebih baik daripada tangan di bawah, al-Bukhari tidak
meriwayatkannya dari Abu Hurairah tetapi lebih memilih
meriwayatkannya dari Hakim ibn Hizam karena beliau sangat terkenal
dengan kedermawanannya sampai-sampai al-Bukhari meriwayatkan:

‫ أن حكيم بن حزام رضي هللا عنه أعتق في الجاهلية‬: ‫عن هشام أخبرني أبي‬
‫مائة رقبة وحمل على مائة بعير فلما أسلم حمل على مائة بعير وأعتق مائة‬
‫رقبة‬

Dari Hisham ibn ‘Urwah dari ayahnya bahwasanya Hakim ibn


Hizam telah memerdekakan 100 budak pada masa jahiliyah dan
mendanai perang dengan 100 onta beserta kebutuhannya, ketika masuk
Islam beliau pun melakukan hal yang sama.

Dari kedua contoh di atas dapat disimpulkan salah satu kriteria


utama al-Bukhari dalam menyeleksi hadis yaitu mengedepankan riwayat
sahabat yang berkepentingan langsung dengan substansi hadis atau
memiliki relevansi kuat dengan makna hadis yang diriwayatkan.
d. Mengedepankan hadis sahabat yang lebih dahulu masuk Islam
Kriteria ini tampak nyata ketika ada suatu hadis diriwayatkan oleh
Abu Hurairah dan sahabat yang lain. Apabila kekuatan sanad keduanya
berimbang maka al-Bukhari akan selalu mengutamaan sahabat yang lebih
dahulu masuk Islam, kecuali jika hadis Abu Hurairah memiliki tambahan
lafadz atau memiliki indikasi hukum yang berbeda, atau terdapat padanya

247
Ibid., 2/896

210 Volume 1, No. 1, November 2013


kelebihan/keistimewaan yang lain. Seperti pada hadis Sahifah nomor 2,
40, 49, dan 51. Pada hadis no. 49 :

................ ‫رؤيا الرجل الصالح جزء من‬

Hadis tersebut tidak dikeluarkan al-Bukhari dari Abu Hurairah,


melainkan dari Anas, dan ‘Ubadah ibn al-Samit, Abu Sa`id al-Khudry,
mereka semua lebih dahulu masuk Islam daripada Abu Hurairah. Jika
pada suatu bab al-Bukhari mengakhirkan hadis-hadis orang yang lebih
dahulu masuk Islam pasti hal itu karena adanya alasan khusus baik
yang berkaitan dengan sanad maupun matan.

2. Pendapat al-Hazimi tentang syarat al-Bukhari di dalam al-Jami’


al-Sahih sangat akurat karena:
a. pada level sahabat Nabi saw al-Bukhari lebih mengedepankan
sahabat yang menduduki tingkat pertama karena senioritas
keislamannya, atau berhubungan langsung dengan substansi dan
kandungan hadis, atau karena keberadaan sahabat yang
meriwayatkan adalah pemilik kisah.
b. pada level tabi’in al-Bukhari juga selalu mengedepankan hadis
murid-murid Abu Hurairah tingkat pertama seperti al-A’raj, Ibn
Sirin, Ibn al-Musayyib, dll.
c. pada level setelah tabi’in al-Bukhari juga mempertimbangkan
kekuatan sanad sanadnya. Hadis al-A’raj (tabi’i) pada dasarnya
beliau utamakan daripada hadis Hammam, namun jika sanad hadis
Hammam lebih kuat pada level sesudah tabi’in maka al-Bukhari
menjadikan hadis Hammam sebagai pokok bab dan hadis al-A’raj
sebagai mutabi’.

Volume 1, No. 1, November 2013 211


3. Pendapat al-Nawawi bahwasanya hadis Sahifah Hammam yang
tidak dikeluarkan al-Bukhari disebabkan adanya ‘illah pada
hadis tersebut dapat diterima, ‘illah yang dimaksud berupa:
a. Irsal khafi dan naskh
Seperti pada hadis nomor 33 dari Sahifah Hammam :

‫ إذا نودي للصالة صالة الصبح‬: ‫وقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫وأحدكم جنب فال يصوم يومئذ‬

Rasulullah saw bersabda: Apabila dikumandangkan adzan Subuh


dan salah seorang diantara kalian dalam keadaan junub maka jangan
dia berpuasa pada hari itu.

Al-Bukhari tidak mengeluarkan hadis ini di dalam al-Jami’. Hadis


tersebut diriwayatkan oleh para imam ahli hadis di dalam kitab-kitab
mereka, yang paling banyak mengumpulkan jalan-jalan hadis tersebut
adalah al-Nasa’i di dalam al-Sunan al-Kubra.248
Penelusuran terhadap berbagai riwayat hadis ini menunjukkan
bahwasanya hadis tersebut selain diriwayatkan secara marfu’ juga
diriwayatkan secara mauquf berupa fatwa Abu Hurairah.
Diantara yang meriwayatkan secara mauquf adalah ‘Abd al-Razzaq
(Musannaf hadis no 7398-73400), Imam Ahmad (Musnad hadis no.
26341, 26708, 26710, 25716), al-Nasa’i (al-Sunan al-Kubra hadis no
2926-2928) diantara riwayat tersebut:

248
Ahmad Shu’ayb al-Nasa’i, al-Sunan al-Kubra (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1411 H), 2/176.

212 Volume 1, No. 1, November 2013


.... ‫… أن أبا هريرة كان يفتي الناس أنه من أصبح جنبا فال يصوم ذلك اليوم‬

Dahulu Abu Hurairah menfatwakan kepada masyarakat barang


siapa mendapati Subuh dalam keadaan junub maka jangan dia berpuasa
pada hari itu.

Ibn Abd al-Barr berkata: Kebanyakan riwayat dari Abu Hurairah


menunjukkan bahwa ucapan itu adalah fatwa beliau …. diriwayatkan
pula dari beliau bahwasanya ucapan tersebut marfu’ sampai kepada Nabi
saw.250
Riwayat yang marfu’ juga thabit hanya saja Abu Hurairah tidak
mendengar langsung dari Rasulullah saw, sebagaimana ditunjukkan oleh
riwayat di dalam Muwatta’ Malik bahwasanya Abu Hurairah berkata
kepada Abd al-Rahman ibn al-Harith:

‫فقال له أبو هريرة العلم لي بذاك إنما أخبرنيه مخبر‬

Saya tidak mengetahui hadis itu (secara langsung) karena


sesungguhnya ada yang menceritakan hal itu kepadaku.

Dalam riwayat al-Nasa’i Abu Hurairah berkata: “Beliau (‘A’ishah)


lebih mengetahui keadaan Nabi daripada kita, sesungguhnya aku
mendengar hadis (yang kuriwayatkan) ini dari Usamah ibn Zaid” 252

249
al-Nasa’i, al-Sunan al-Kubra, 2/177. Hadis nomor 2927.
250
al-‘Asqalani, Fath al-Bari’, 4/146.
251
Malik Anas al-Asbahi, al-Muwatta’, 1/290.

Volume 1, No. 1, November 2013 213


Dalam Musnad Ahmad (hadis no. 26708) Abu Hurairah berkata:
“Beliau berdua (‘A’ishah dan Umm Salamah) lebih mengetahui,
sesungguhnya al-Fadl ibn ‘Abbaslah yang menceritakan hadis ini
kepadaku”. 253
Ibn Hajar menyatakan adanya kemunginan Abu Hurairah
mendengar hadis tersebut dari al-Fadl dan Usamah, sebagaimana riwayat
di dalam Sunan al-Nasa’i al-Kubra (hadis no. 2933) bahwasanya Abu
Hurairah berkata: “Sesungguhnya yang menceritakan hadis ini kepadaku
adalah fulan dan fulan”. 254
Dari data tersebut dapat disimpulan bahwa hadis Abu Hurairah
tersebut termasuk mursal sahabi karena beliau mendengarnya melalui
perantaraan Usamah ibn Zaid dan al-Fadl ibn ‘Abbas.
Dari tinjauan sejarah, pada awal disyariatkannya puasa, kaum
muslimin tidak diperkenankan pada malam harinya untuk makan, minum
dan melakukan hubungan suami istri setelah tidur. Kemudian turunlah
firman Allah swt yang artinya: (Dihalalkan bagi kalian pada malam hari
bulan puasa untuk bercumbu dengan istri-istri kalian). Kaum muslimin
pun merasa sangat gembira, kemudian turun pula firman-Nya yang
artinya: (Makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian benang
putih dari benang hitam). 255
Ketika Allah menyatakan “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari
bulan puasa untuk bercumbu dengan istri-istri kalian,” mafhum

252
Ahmad Syu’aib al-Nasa’i, al-Sunan al-Kubra (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1411 H), 2/179.
253
al-Shaybani, al-Musnad, 6/313.
254
al-Nasa’i, al-Sunan al-Kubra, 2/179.
255
al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, 2/676. Hadis no. 1816.

214 Volume 1, No. 1, November 2013


mukhalafahnya menunjukkan sebelum turunnya ayat itu tidak boleh
melakukan hubungan suami istri pada malam puasa. Jadi sangat mungkin
larangan puasa bagi yang mendapati Subuh dalam keadaan junub
merupakan salah satu aturan syar’i pada awal diwajibkannya puasa.
Kemudian setelah turunnya ayat tersebut, boleh bagi siapa saja bercumbu
dengan istrinya sampai waktu terbitnya fajar. Jika bercumbu
diperkenankan sampai waktu terbitnya fajar berarti orang yang junub tadi
baru dapat mandi setelah fajar terbit.
Dari sini kita tahu bahwasanya sangat mungkin hadis ‘A’ishah
merupakan nasikh bagi hadis al-Fadl, hanya saja baik al-Fadl maupun
Abu Hurairah tidak mengetahui hadis yang menghapusnya sehingga
beliau tetap berpegang teguh kepada hadis yang beliau ketahui dan
menfatwakan kepada yang mendapati Subuh dalam keadaan junub untuk
tidak berpuasa. Kemungkinan terjadinya naskh juga didukung
riwayat lain bahwasanya seorang sahabat bertanya kepada Nabi tentang
seseorang yang mendapati Subuh dalam keadaan junub, apakah boleh
berpuasa atau tidak? Di antara yang disebutkan di dalam riwayat tersebut
sahabat tadi berkata kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah engkau
tidak seperti kami karena Allah telah mengampunimu atas apa yang telah
lalu dan yang akan datang.”256 Kalimat ini adalah makna dari salah satu
ayat dalam surat al-Fath yang turunnya setelah perjanjian Hudaybiyah
yang terjadi pada tahun keenam Hijriyah, sedangkan awal diwajibkannya
puasa adalah pada tahun kedua Hijriyah.
Pendapat adanya nasikh dan mansukh dalam masalah ini dianut
oleh al-Khattabi, Ibn al-Mundhir, Ibn Daqiq al-Id dan yang lainnya.257

256
Muslim ibn al-Hajjaj, al-Jami’ al-Sahih (Beirut:Dar al-Jil,t.th), 3/138. Hadis
no. 2649.
257
al-‘Asqalani, Fath al-Bari , 4/147.

Volume 1, No. 1, November 2013 215


Pendapat inilah yang dikuatkan oleh Ibn Hajar di dalam al-Fath.258 Oleh
karena itu, setelah al-Bukhari menyebutkan hadis ‘A’ishah dan Umm
Salamah di dalam al-Jami’ al-Sahih (hadis no. 1835) dan menyebutkan
hadis Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw memerintahkan untuk
berbuka, al-Bukhari berkata :

‫واألول أسند‬
Hadis yang pertama (hadis ‘Aishah dan Umm Salamah)
rujukan/sandarannya lebih kuat.
Dengan demikian dapat disimpulkan alasan al-Bukhari tidak
mengeluarkan hadis Abu Hurairah tersebut di dalam al-Jami’ al-Sahih
yaitu karena secara sanad hadis ‘A’ishah dan Umm Salamah lebih kuat
dan sangat mungkin hadis beliau berdua merupakan nasikh bagi hadis
Abu Hurairah tersebut. Lebih kuatnya sanad hadis ‘Aishah dan Ummu
Salamah ditinjau dari dua aspek:
a) Karena beliau berdua adalah istri Nabi yang lebih mengetahui
keseharian Rasulullah saw.
b) Alasan yang kedua karena keberadaan ‘illah (irsal khafi) pada hadis
Abu Hurairah. Selain itu, hadis Abu Hurairah tersebut juga
menyelisihi pengetahuan orang yang lebih paham masalah ini.

b. Penyelisihan terhadap dalil lain yang lebih kuat dan banyak serta
amalan yang masyhur dari para sahabat. Seperti hadis nomor 139
dari Sahifah dengan redaksi:

258
Ibid., 4/148.
259
al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, 2/679.

216 Volume 1, No. 1, November 2013


‫ أيما قرية أتيتموها وأقمتم فيها فسهمكم‬: ‫وقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫وأظنه قال فهي لكم أو نحوه من الكالم وأيما قرية عصت هللا ورسوله فإن‬
‫خمسها هلل ورسوله ثم هي لكم‬

Rasulullah bersabda: Wilayah manapun yang kalian datangi dan


berhasil kalian duduki maka wilayah itu menjadi bagian/hak kalian. Abu
Hurairah berkata: Saya kira Rasulullah bersabda: Maka wilayah itu
milik kalian atau ucapan yang semisal itu, dan wilayah manapun yang
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka seperlimanya untuk Allah
dan Rasul-Nya kemudian sisanya untuk kalian.
260
Hadis di atas menjelaskan tentang pembagian harta fayk dan
ghanimah.
Dalam menganalisa hadis ini pada awalnya penulis mengalami
kesulitan untuk merumuskan hipotesa alasan al-Bukhari tidak
meriwayatkan hadis ini dia dalam al-Jami’ al-Sahih. Namun setelah
menelaah hadis-hadis yang berbicara tentang hukum ghanimah dan fay’
di dalam Sahih al-Bukhari serta siapa yang berwenang dalam masalah
tersebut dan bagaimana cara pembagiannya, ternyata persoalan hadis ini
mengerucut pada satu permasalahan yaitu pada bagian awal hadis
tersebut:

‫أيما قرية أتيتموها وأقمتم فيها فسهمكم وأظنه قال فهي لكم أو نحوه من الكالم‬

260
al-Shafi’i mendefinisikan: Fay’ adalah harta rampasan yang diperoleh kaum
muslimin tanpa mengerahkan kuda dan onta (tanpa peperangan) (Fath al-Bari, 6/269).

Volume 1, No. 1, November 2013 217


Wilayah manapun yang kalian datangi dan berhasil kalian duduki
maka wilayah itu menjadi bagian/hak kalian. Abu Hurairah berkata:
Saya kira Rasulullah bersabda: Maka wilayah itu milik kalian atau
ucapan yang semisal itu…
Menurut al-Shafi’i: Fay’ adalah harta yang diperoleh kaum
muslimin tanpa mengerahkan kuda dan onta (tanpa didahului
peperangan). 261
Tata cara pembagian fay’ telah Allah sebutkan dalam firman-Nya:

‫هللاُ َعلَى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َرى فَلِله ِه َولِل هرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى‬ ‫َما أَفَا َء ه‬

َ ‫َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال هسبِي ِل َك ْي ال يَ ُك‬


.... ‫ون ُدولَةً بَي َْن ْاألَ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم‬

Apa saja harta rampasan (fay’) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya yang berasal dari penduduk suatu wilayah maka adalah untuk Allah,
Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar
diantara orang-orang kaya saja diantara kalian…
Jumhur ulama berpendapat bahwasanya tidak ada khums dalam
pembagian fay’, pembagiannya pun menjadi otoritas Rasulullah saw dan
imam-imam sesudahnya serta dibagikan kepada kaum muslimin berdasar
kemashlahatan yang ada.263

261
al-‘Asqalani, Fath al-Bari, 6/269.
262
al-Qur’an, 59: 6.
263
al- ‘Asqalani, Fath al-Bari, 6/208.

218 Volume 1, No. 1, November 2013


Pendapat ini pula yang dianut oleh al-Bukhari. Ibn Hajar berkata:
…al-Bukhari memilih pendapat yang menyatakan pembagian fay’
dikembalikan kepada ijtihad imam. 264
Dari berbagai dalil yang berbicara tentang fay’, semuanya
mengindikasikan pembagian fay’ merupakan wewenang imam/
pemimpin sedangan hadis Abu Hurairah ini menyatakan fay’ menjadi hak
pasukan perang dan terdapat khums padanya.
Selain menyelisihi dalil yang banyak, dalam hadis tersebut juga
terdapat indiasi keraguan Abu Hurairah terhadap matan yang beliau
riwayatkan, padahal lafadz tersebut merupakan shahid al-hukm (dalil
hukum), yaitu:

‫فسهمكم وأظنه قال فهي لكم أو نحوه من الكالم‬


Maka wilayah itu menjadi bagian/hak kalian. Abu Hurairah
berkata: Saya kira Rasulullah bersabda: Maka wilayah itu milik kalian
atau ucapan yang semisal itu…
Dari analisa tersebut dapat disimpulkan alasan al-Bukhari tidak
mengeluarkan hadis Abu Hurairah tersebut di dalam al-Jami’:
a. Dalam matannya terdapat lafadz yang menyelisihi dalil-dalil yang
banyak tentang pembagian harta fay’
b. Keraguan Abu Hurairah dalam meriwayatkan lafadz tersebut.

Dengan demikian alasan al-Bukhari tidak mengeluarkan hadis Abu


Hurairah tadi dalam al-Jami’ bukan semata-mata karena ‘illah pada
sanadnya tetapi juga karena kritik matan yang menyelisihi dalil-dalil
yang lain.

264
Ibid., 6/269.

Volume 1, No. 1, November 2013 219


Adapun pendapat sebagian ulama yang menyatakan bahwa hadis-
hadis Sahifah Hammam memenuhi syarat al-Bukhari dan Muslim maka
hal dilihat dari tinjauan zahir sanadnya. Namun al-Bukhari dalam
menyeleksi hadis Sahifah Hammam tidak hanya bertumpu pada sanad,
melainkan juga melakukan penelitian dan komparasi matan dengan ayat
al-Qur’an dan hadis-hadis yang lebih kuat.
Dari sini kita mengetahui kesalahan orang-orang yang mengira
bahwa para ahli hadis dalam meneliti hadis hanya bertumpu pada kritik
sanad saja. Hadis Abu Hurairah ini merupakan bukti nyata bahwa mereka
juga melakukan kritik matan dan melakukan komparasi terhadap dalil-
dalil yang lebih kuat.

220 Volume 1, No. 1, November 2013


Daftar Pustaka

Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti, Tadrb al-Rawi Sharh Taqrib al-
Nawawi (Riyadh: Maktabah al-Riyad al-Hadithah, t.th.).
Ahmad ‘Ali al-Baghdadi, Tarikh Baghdad (Beirut: Dar al-Kutub
al’Ilmiyyah, t.th.).
Ahmad Shu’ayb al-Nasa’i, al-Sunan al-Kubra (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1411 H).
Al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, (Beirut: Dar Ibn Kathir, 1987).
Ali al-Siyah, Tahqiq Juz Min ‘Ilal Ibn Abi Hatim ( t.t.: t.tp., t.th.).
Ibn Hajar al-‘Asqalani, Taqrib al-Tahdhib (Suria: Dar al-Rashid, 1986
M).
Muhammad Isma’il al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih (Beirut: Dar Ibn
Kathir, 1987).
Malik Anas al-Asbahi, al-Muwatta’.
Muslim ibn al-Hajjaj, al-Jami’ al-Sahih (Beirut:Dar al-Jil,t.th).

Volume 1, No. 1, November 2013 221

You might also like