Fransisco
Fransisco
Fransisco
Received: Dec 16, 2019 Accepted: Jun 24, 2020 Published: Jun 30, 2020
Abstract
This research aimed to examine the influence of resource based learning towards
student’s conceptual mathematical understanding. The population of this research was all
the eighth grade students of SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan in the odd semester
of the 2019/2020 academic year as many as 362 student’s that were distributed into eleven
classes. The samples of this research were students of class VIII-A consist of 32 students
and VIII-B consist of 32 students which were chosen by purposive sampling technique.
This research used the pretest-posstest control group design. The research data were
obtained through test of conceptual mathematical understanding. The data analysis of this
research used Mann-Whitney U-test. Research show that the influence of conceptual
mathematical understanding of student with resource based learning was higher than the
influence of conceptual mathematical understanding of student with conventional
learning. Based on the result and working through of result, the conclusion of this research
is resource based learning no affects the student’s conceptual mathematical understanding
enhancement.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pendekatan RBL terhadap pemahaman
konsep matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Natar Lampung Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak
362 siswa yang terdistribusi dalam sebelas kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas
VIII A sebanyak 32 siswa dan VIII B sebanyak 32 siswa yang dipilih dengan teknik
purposive sampling. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design.
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen tes pemahaman konsep
matematis siswa. Analisis data penelitian ini menggunakan uji-Mann Whitney U. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran RBL lebih tinggi dari peningkatan pemamahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil dan
pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran RBL tidak berpengaruh
terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
DOI: http://dx.doi.org/10.23960/mtk/v8i2.pp76-88 77
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran penting dalam mengubah sikap dan perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia. Menurut UU RI No 12 Tahun
2012 (Depdiknas, 2012), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan
dilaksanakan untuk mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, bahkan oleh negara Indonesia.
Sagala, Syaiful (2010) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya sehingga
berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan itu, melalui
pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia berkualitas yang mampu
membangun kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara kearah yang lebih baik.
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia (Alhaq,
2014). Belajar matematika dapat melatih keterampilan berpikir dan merupakan dasar dari
perkembangan ilmu pengetahuan yang lain seperti komputer, teknik, ekonomi, dan
sebagainya. Sehingga matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting
dalam pendidikan. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 32 Tahun 2013; pasal 77I ayat 1, pasal 77J ayat 1, dan pasal 77K ayat 2 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dapat dilihat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang wajib pada
struktur kurikulum.
Mengingat pentingnya matematika, perlu diupayakan peningkatan diberbagai aspek
pengajaran agar siswa mampu memahami konsep-konsep matematika. Menurut Rohana
(2011) dalam memahami konsep matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta
abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi
konsep-konsep matematika masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana
yang dikemukakan Rohana (2009) bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah
belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana
sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap
sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit.
Proses pembelajaran merupakan sekumpulan kegiatan dan serangkaian pengalaman
yang dihadirkan oleh guru kepada peserta didiknya (Firmansyah, 2015). Tujuan dalam
pembelajaran matematika menurut kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013) adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, mengembangkan penalaran
matematis, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis dan mengembangkan sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan. Hal ini berarti kemampuan memahami konsep matematis
penting untuk dimiliki oleh setiap siswa.
Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua kata,
yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas: 2012), paham berarti mengerti benar, tahu benar,
78
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
sehingga pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara atau perbuatan memahami.
Sedangkan menurut Yulaelawati, Ella (2009) pemahaman diartikan sebagai kemampuan
untuk memahami materi atau bahan. Adapun pemahaman ini dapat diartikan sebagai
proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Dalam pembelajaran, pemahaman
dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik untuk dapat mengerti apa yang telah
diajarkan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sardiman (2008) yang
menyatakan bahwa pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran.
SMP Negeri 1 Natar merupakan salah satu sekolah yang memiliki karakteristik
seperti sekolah menengah pertama di Indonesia pada umumnya. Hal ini sesuai dengan
usia siswa, kondisi, dan situasi sekolah, serta proses pembelajaran yang dilakukan di
SMPN 1 Natar setara dengan sekolah di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan hasil
ujian nasional (UNBK) SMPN 1 Natar pada tahun 2019, nilai mata pelajaran matematika
merupakan nilai terendah dari semua mata pelajaran yang diujikan yaitu 45,10 (skala
100). Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika SMPN 1 Natar
diketahui bahwa pada pembelajaran matematika, pada umumnya siswa hanya mengerti
materi pada saat pembelajaran Siswa mengerti pada saat guru memberikan contoh-contoh
soal dan penyelesaiannya, namun ketika dihadapkan pada suatu masalah ataupun soal-
soal yang berbeda dari contoh-contoh yang diberikan guru, siswa sulit untuk menentukan
langkah-langkah yang akan digunakan untuk menyelesaiakannya. Informasi-informasi
yang didapat tersebut mengindikasikan bahwa pemahaman konsep matematis siswa di
SMPN 1 Natar masih belum terkategori baik.
Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam matematika bukanlah
suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep matematika dilakukan
secara individual. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut, guru dituntut untuk
profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Untuk menyikapi hal
tersebut, perlu diadakannya pembelajaran yang memanfaatkan sepenuhnya sumber
informasi, berusaha memberikan pengertian kepada peserta didik tentang luas dan aneka
ragamnya sumber informasi, berhasrat menggantikan sikap pasif peserta didik dalam
pembelajaran konvensional, berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan
menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing, lebih
fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar, serta berusaha mengembangkan
percaya diri dalam hal belajar.
Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menerapkan model pembelajaran Resource
Based Learning (RBL). Khaeriyah (2015) mendefinisikan RBL sebagai suatu pendekatan
yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang
banyak dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk
belajar. Suryosubroto (2009) menyatakan bahwa RBL adalah suatu pendekatan yang
dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang banyak
dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Sumber-sumber informasi tersebut dapat berupa buku, jurnal, multimedia, alat peraga,
vidio, dan lain sebagainya..
Menurut Fitriani, Ani (2009) pelaksanaan tindakan pendekatan RBL adalah sebagai
berikut: (1) pengenalan materi, (2) guru memberikan contoh soal dan cara
mengembangkannya menjadi sub-sub pertanyaan dan penyelesaiannya, (3) guru
membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (4) guru membagi lembar kerja (5) siswa
menyelesaikan masalah yang diajukan secara berkelompok, (6) guru berkeliling,
mengawasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan masalah, (7)
79
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
guru memberikan motivasi terhadap siswa melakukan diskusi dalam kelompoknya, (8)
masing-masing kelompok yang telah selesai melakukan diskusi harus melaporkan kerja
kelompoknya kepada guru, (9) guru meminta beberapa kelompok yang sudah selesai
untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, (10) guru menegaskan kembali
hasil diskusi yang telah disajikan siswa, (11) pada akhir pertemuan dilakukan ulangan.
Dengan memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber belajar
maka diharapkan siswa dengan mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian yang untuk mengkaji pengaruh
pendekatan RBL terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Natar
Lampung Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2019/ 2020.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Natar Lampung Selatan pada semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMPN 1 Natar Lampung Selatan sebanyak 362 siswa yang terdistribusi dalam sebelas
kelas yaitu VIIIA hingga VIIIK. Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Terpilihlah kelas VIIIA dengan jumlah 32
siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang mendapatkan perlakuan dengan
pembelajaran RBL dan VIIIB dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol, yaitu kelas
yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah the pretest–posttest control group design.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data pemahaman konsep matematis awal
siswa yang dicerminkan oleh skor hasil pretest dan data pemahaman konsep matematis
akhir siswa yang dicerminkan oleh skor hasil posttest serta data peningkatan (gain)
pemahaman konsep matematis.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu: tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap perencanaan telah dilaksanakan pada 19 Juli
sampai 28 Agustus 2019, tahap pelaksanaan telah dilaksanakan pada 20 September
sampai 3 Oktober 2019.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik tes.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes. Instrumen tes digunakan untuk
mengukur pemahaman konsep matematis siswa. Bentuk tes yang digunakan terdiri dari
tiga soal uraian. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan
indikator pemahaman konsep matematis siswa.
Untuk mendapatkan data yang akurat, tes yang digunakan dalam penelitian ini
harus memenuhi kriteria tes yang baik. Instrumen yang baik harus memenuhi kriteria
valid, reliabel dengan kriteria sedang, tinggi atau sangat tinggi, daya pembeda butir soal
dengan interpretasi cukup, baik atau sangat baik, serta tingkat kesukaran butir soal dengan
interpretasi mudah dan sedang.
Validitas instrumen penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Dalam penelitian
ini, soal tes divalidasi oleh guru mata pelajaran matematika SMPN 1 Natar Lampung
Selatan. Penilaian terhadap kesesuaian isi dengan kisi-kisi tes dan kesesuaian bahasa
dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis
(✓).
Hasil validasi dengan guru mitra menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk
mengambil data pemahaman konsep matematis siswa telah memenuhi validitas isi.
80
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
Setelah instrumen dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji coba soal pada siswa diluar
sampel yaitu kelas IX A. Data yang diperoleh dari uji coba disajikan pada Tabel 1.
Dari Tabel 1, diketahui bahwa semua butir soal memenuhi kriteria reliabilitas yang
sangat tinggi, daya pembeda dengan interpretasi cukup, baik, dan sangat baik serta tingkat
kesukaran dengan interpretasi sedang. Dengan demikian, soal tes pemahaman konsep
matematis yang disusun layak digunakan untuk mengumpulkan data.
Keterangan :
DP = Daya pembeda
TK = Tingkat kesukaran
81
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
pada kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan tidak normal.
Dengan demikian, maka uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Mann-Whitney U.
Keterangan:
𝑥̅ = Rata-rata
s = Simpangan baku
Kelas ̅
𝒙 S
E 61,10 30,88
K 56,97 28,85
Keterangan:
𝑥̅ = Rata-rata
s = Simpangan baku
82
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
matematis siswa. Data gain pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari selisih
antara skor akhir (posttest) dan skor awal (pretest) kemudian dibagi selisih antara skor
maksimal dan skor awal (pretest). Rekapitulasi data gain pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas eksperimen (E) dan siswa pada kelas kontrol (K) disajikan di Tabel 4.
Kelas ̅
𝒙 s
E 0,71 0,16
K 0,67 0,15
Keterangan:
𝑥̅ = Rata-rata
s = Simpangan baku
Berdasarkan data pada Tabel 4, terlihat bahwa rata-rata gain pemahaman konsep
matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Apabila dilihat dari
simpangan baku, simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi daripada simpangan baku
pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran gain pada kelas eksperimen lebih
beragam dibandingkan dengan sebaran gain pada kelas kontrol.
Selain analisis skor pemahaman konsep matematis, dilakukan pula analisis
pencapaian indikator. Analisis peningkatan indikator tersebut memuat pencapaian
indikator pemahaman konsep matematis siswa sebelum pembelajaran (awal), pencapaian
indikator pemahaman konsep matematis siswa setelah pembelajaran (akhir), dan
peningkatan indikator pemahaman konsep matematis siswa (P).
Indikator pemahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini yaitu: (1)
menyatakan ulang suatu konsep, (2) mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai
dengan konsep, (3) menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika,
(4) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup konsep, (5) menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, (6) mengaplikasikan konsep.
Hasil analisis pencapaian indikator pada kelas eksperimen disajikan pada Tabel 5.
Kelas Eksperimen
Indikator
Awal Akhir P
(1) 0,78 64,84 64,06
(2) 9,37 93,75 84,38
(3) 1,78 71,65 69,87
(4) 0,00 8,70 8,71
(5) 0,00 31,25 31,25
(6) 0,44 81,47 81,03
83
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
Adapun hasil analisis pencapaian indikator pada kelas kontrol disajikan di Tabel 6.
Kelas Kontrol
Indikator
Awal Akhir P
(1) 0,00 75,00 75,00
(2) 2,08 95,31 93,23
(3) 1,56 62,27 60,71
(4) 0,00 3,34 3,35
(5) 0,00 10,93 10,94
(6) 2,23 88,83 86,61
84
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
E 1097 H0
K 982 0,779 1,645 diterima
Keterangan:
R = Jumlah nilai peringkat
KU = Keputusan Uji
85
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
kelas RBL masih menggunakan ingatan penemuan awal konsep pada penemuan masing-
masing. Kemudian, pada pembelajaran konvensional siswa dengan tepat mengerjakan
soal sesuai dengan cara dan langkah yang pernah diajarkan oleh guru.
Sedangkan pencapaian indikator mengaplikasikan konsep pada kelas yang
mengikuti pembelajaran konvensional lebih tinggi dari kelas yang mengikuti
pembelajaran RBL. Pada kelas RBL tidak semua permasalahan dalam Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang memuat soal pengaplikasian konsep tuntas terbahas. Hal ini
disebabkan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas RBL membutuhkan alokasi waktu
yang lebih banyak dibandingkan pada kelas konvensional yaitu memuat diskusi
kelompok, dan presentasi. Berbeda dengan kelas pembelajaran RBL, pada kelas
konvensional semua permasalahan pengaplikasian konsep tuntas terbahas. Oleh karena
itu, pada kelas konvensional sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal yang memuat
indikator tersebut dengan tepat.
Peningkatan indikator menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika, mengambangkan syarat perlu dan syarat cukup konsep, dan indikator
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu pada kelas
RBL lebih tinggi dibandingkan pada kelas konvensional. Hal ini disebabkan pada kelas
RBL, siswa diberikan sumber belajar yang berbeda dan melalui presentasi diinformasikan
kepada kelompok lain pada setiap pertemuannya. Dengan demikian, siswa pada kelas
RBL memiliki kesempatan mendapatkan materi pembelajaran yang lebih bervariasi
dibandingkan pada kelas konvensional hanya menggunakan satu sumber belajar.
Berdasarkan rata-rata keseluruhan peningkatan pencapaian indikator pemahaman
konsep matematis siswa, persentase peningkatan pencapaian indikator kelas yang
mengikuti pembelajaran RBL mengalami peningkatan yang lebih tinggi dari kelas yang
mengikuti pembelajaran konvensional namun dengan selisih yang tidak signifikan. Selain
itu, pada uji hipotesis yang mewakili populasi, median data gain pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran RBL relatif sama dengan median
data gain pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan analisis data terhadap uji hipotesis dan pencapaian indikator
pemahaman konsep matematis siswa diperoleh bahwa model pembelajaran RBL tidak
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor yang pertama, dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran RBL. Siswa belum terbiassa melakukan
diskusi dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan pada LKPD yang soal-soalnya
bersifat non rutin. Permasalah yang bersifat non rutin ini menyebabkan dalam
pelaksanaannya menyita banyak waktu dan siswa terlihat bingung. Kebingunan yang
dialami siswa disebabkan karena tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran ini
dengan baik dikarenakan pembelajaran yang diterapkan berbeda dengan pembelajaran
yang biasa mereka terima sebelumnya, walaupun diawal pembelajaran sudah dijelaskan
bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
RBL. Beberapa kelompok terkadang juga kekurangan waktu untuk diskusi kelompok pa-
dahal saat pembelajaran berlangung siswa sudah diberikan batas waktu berdiskusi dan
diingatkan terkait waktu dalam mengerjakan LKPD. Hal ini disebabkan karena sudah
tertanam budaya belajar siswa yang sejak awal menggunakan pembelajaran
konvensional, sehingga hanya guru yang menjadi sumber utama mereka dalam
memperoleh informasi.
86
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran RBL tidak ber-
pengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran RBL
relatif sama dengan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Mengingat karakteristik siswa yang sangat beragam,
seorang guru jika ingin menggunakan model RBL, sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
seperti siswa yang mampu beradaptasi dengan baik di dalam kelompok, dan
memperhatikan alokasi waktu dalam pembelajaran. Bagi peneliti lain, sebaiknya dapat
melakukan penelitian kembali secara men-dalam tentang pengaruh model pembelajaran
RBL terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
87
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
REFERENSI
Alhaq, A., Asnawati, R., & Sutiarso, S.. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lampung, 2(7).
Depdiknas. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Khaeriyah, E., Warsiti, & Chrysti, K. (2015). Penerapan Resource Based Learning (RBL)
dengan Pendekatan Scientific dalam Peningkatan Pembelajaran IPA di Kelas IV
SDN 1 Klapasawit Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Kalam Cendikia, 3(5), 551–
555.
Rohana, Hartono, Y., & Purwoko. (2009). Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran
Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI
Palembang. Journal Pendidikan Matematika, 3(2) 92–102.
Sardiman, A.M. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Yuliati, N. A. (2009). Peningkatan Kreativitas Seni dalam Desain Busana. Journal UNY,
5(2), 173–184.
https://doi.org/10.21831/imaji.v5i1.6681
88