Manusia Dan Kesehatan: Volume 6, Nomor 1, 2023
Manusia Dan Kesehatan: Volume 6, Nomor 1, 2023
Jurnal Ilmiah
MANUSIA DAN KESEHATAN
Volume 6, Nomor 1, 2023
Website: https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes
ABSTRACT
Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is a chronic infection in the middle ear with perforation of the tympanic
membrane and discharge from the middle ear continuously or intermittently. CSOM is a disease that often occurs
in developing countries, including Indonesia. The most common occurrence in children and male sex.
Anatomically, the eustachian tube in children is shorter so that antigens can easily migrate. Differences in activity
levels in men and women affect the occurrence of CSOM. This study used a cross-sectional analytic method. The
research subjects were patients with a diagnosis of ear disease in Otolaringology Outpatients Clinic of Cut Meutia
Hospital North Aceh in 2019-2020, using a random sampling technique. Data analysis is presented in tabular
form using Chi Square analysis test. The number of CSOM patients was 204 (42.6%) out of 479 patients with ear
disease at the Otolaringology Outpatients Clinic. The highest number of CSOM patients was at the age of 36-45
years, namely 36 patients (17.6%) and the highest number of patients was female, namely 117 patients (57.4%).
There is no relationship between age and gender with the incidence of CSOM with a value (p value 0.319 and
0.442 > 0.05).
Article history :
PUBLISHED BY :
Fakultas Ilmu Kesehatan Received 11 November 2022
Universitas Muhammadiyah Parepare Received in revised form 17 Desember 2022
Address : Accepted 8 Januari 2023
Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 6, Lembah Harapan Available online 10 Januari 2023
Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
Email :
[email protected]
Phone :
+62 853 3520 4999
ABSTRAK
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. OMSK merupakan penyakit
yang sering terjadi di negara berkembang termasuk di Indonesia. Kejadian tersering terjadi pada anak dan jenis
kelamin laki-laki. Secara anatomi, tuba eustachius anak lebih pendek sehingga patogen mudah bermigrasi.
Perbedaan tingkat aktivitas pada laki-laki dan perempuan mempengaruhi terjadinya OMSK. Penelitian ini
menggunakan metode analitik cross-sectional. Subjek penelitian yaitu pasien dengan diagnosis penyakit telinga di
Poliklinik THT-KL RSUD Cut Meutia Aceh Utara tahun 2019-2020, dengan teknik random sampling. Analisis
data disajikan dalam bentuk tabel menggunakan uji analisis Chi Square. Jumlah pasien OMSK sebanyak 204
(42,6%) dari 479 pasien dengan penyakit telinga di Poliklinik THT-KL. Jumlah pasien OMSK terbanyak pada
usia 36-45 tahun yaitu 36 pasien (17,6%) dan pasien jenis kelamin terbanyak pada perempuan yaitu 117 pasien
(57,4%). Tidak terdapat hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kejadian OMSK dengan nilai (p value
0,319 dan 0,442 > 0,05).
PENDAHULUAN
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret
yang keluar bisa dalam keaadan encer atau kental, bening atau berupa nanah dan prosesnya sudah lebih
dari dua bulan.1 OMSK biasanya berkembang pada tahun-tahun pertama kehidupan tetapi dapat
bertahan sampai dewasa dan merupakan penyebab utama gangguan pendengaran pada anak-anak.
Penyakit ini menyerang 65-330 juta orang di seluruh dunia terutama di negara berkembang, diperkirakan
39-200 juta orang (60%) menderita penurunan fungsi pendengaran secara signifikan. 2
Menurut data survei kesehatan nasional indra penglihatan dan pendengaran, prevalensi OMSK di
Indonesia antara 3,0 - 5,20%. Kurang lebih 6,6 juta penduduk Indonesia menderita OMSK. 3 Di Aceh
Utara berdasarkan data survey awal yang dilakukan ke RSUD Cut Meutia pada tahun 2019 sampai 2020
terdapat 560 pasien OMSK.
Kejadian OMSK di Indonesia rata-rata terjadi pada kelompok usia 7-18 tahun.4 Penelitian yang
dilakukan di Makasar, Sulawesi Selatan, tahun 2017, dari 107 pasien kejadian terbanyak pada kelompok
usia 25-44 tahun yaitu sebanyak 40 orang (37,4%). Otitis Media Supuratif Kronis yang dialami usia
dewasa dapat disebabkan karena disfungsi tuba eustachius, status imun yang lemah, dan perokok baik
aktif maupun pasif.5
Komplikasi OMSK yang terjadi yaitu proses penyakit yang terus berjalan (kronik), meningitis
(radang selaput otak), encephalitis (radang otak), abses otak, dan lain-lain yang dapat meningkatkan
resiko kematian.6 Faktor-faktor risiko penyebab OMSK juga banyak disamakan dengan faktor resiko
penyebab OMA. Hal ini berdasarkan pengamatan bahwa OMA berulang dapat berkembang menjadi
OMSK dan 35% anak yang menderita OMA berulang juga menderita OMSK.
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan masalah kesehatan masyarakat di bidang THT
yang terbesar yang menyebabkan gangguan pendengaran. Prevalensi kejadian OMSK di Indonesia
paling banyak diderita oleh anak-anak dan berulang pada saat dewasa. Jenis kelamin juga mempunyai
peranan dalam kejadian OMSK, yang mana laki-laki lebih rentan mengidap OMSK karena faktor
hormonal dan respon imunologis. Peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin
dengan kejadian OMSK di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara.
METODE
Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber data sekunder pada instalasi rekam medik
RSUD Cut Meutia Aceh Utara. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional analitik dengan
menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional study) untuk menganalisis hubungan antara
usia dan jenis kelamin dengan kejadian Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Pada penelitian ini
didapat subjek penelitian sebanyak 479 orang.
HASIL
Analisis Univariat
Prevalensi OMSK di Poliklinik THT-KL RSUD Cut Meutia
Tabel 1 Prevalensi Penderita OMSK dan Tidak OMSK
Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase
(n) (%)
(n) (%)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat berdasarkan usia responden terbanyak pada rentang usia 17-25
tahun atau remaja akhir dan responden terendah pada rentang usia 12-16 tahun dan >65 tahun. Penderita
OMSK termuda adalah usia 147 hari dan yang tertua pada usia 80 tahun.
(n) (%)
Analisis Bivariat
Hubungan Usia dengan Kejadian OMSK
Tabel 4 Hubungan Usia dengan Kejadian OMSK
Kejadian OMSK
Total P
Usia Ya Tidak
Value
n % n % n %
(Masa Balita)
(Masa Kanak-kanak)
(Masa Manula)
Dari hasil Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square didapatkan p value (0,319) yang
mana lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa Ha ditolak atau tidak terdapat hubungan antara usia
dengan kejadian OMSK di Poli THT-KL RSUD Cut Meutia Aceh Utara tahun 2019 hingga 2020.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian OMSK
Tabel 5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prevalensi OMSK
Kejadian OMSK
Total P
Jenis Kelamin Ya Tidak Value
n % n % n %
Laki-laki 87 40,7 127 59,3 214 100 0,442
Dari hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square didapatkan p value (0,442) yang
mana lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa Ha ditolak atau tidak terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian OMSK di Poli THT-KL RSUD Cut Meutia Aceh Utara tahun 2019 hingga
2020.
PEMBAHASAN
Distribusi penderita yang berkunjung ke Poli THT-KL Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh
Utara tahun 2019 hingga 2020 sebagian besar menderita OMSK. Sampel diambil dari pasien yang
berkunjung ke Poli THT-KL yang menderita penyakit telinga. Total pasien yang didiagnosa dengan
penyakit telinga sebanyak 479 orang, diantaranya dengan diagnosa OMSK sebanyak 204 orang (42,6%).
Dari data hasil rekam medik didapatkan hampir mendekati setengah penderita penyakit telinga yang
berobat ke Poli THT-KL menderita OMSK.
WHO mengklasifikasikan prevalensi OMSK sebagai negara prevalensi paling tinggi (>4%),
tinggi (2-4%), rendah (1-2%), dan paling rendah (<1%). Prevalensi OMSK di Indonesia 3,9% sehingga
termasuk negara prevalensi tinggi.2 Indonesia termasuk negara berkembang dengan iklim tropis yang
menjadi salah satu faktor resiko meningkatnya prevalensi OMSK. Kehidupan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan kumuh ,dan status kesehatan serta gizi yang buruk merupakan faktor yang juga
menjadi dasar terjadinya peningkatan prevalensi OMSK. 7
Distribusi sampel berdasarkan usia dengan klasifikasi usia menurut kementrian kesehatan, usia
responden tertinggi yaitu pada rentang usia 17-25 tahun atau pada masa remaja akhir sebanyak 76 orang
(15,9%), lalu diikuti dengan rentang usia 36-45 tahun atau masa dewasa akhir sebanyak 70 orang
(14,6%), selanjutnya diikuti rentang usia 0-5 tahun atau pada masa balita dan usia 46-55 tahun atau masa
lansia awal yang jumlah respondennya sama banyak yaitu 58 orang (12,1%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Annisari di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo tahun 2017
dengan hasil penderita OMSK tertinggi berada pada rentang usia 25-40 tahun atau pada usia dewasa
pertengahan sebanyak 37,4% dari keseluruhan sampel. 8 Penelitian lain yang juga sejalan dengan
penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuliani Mardiati Lubis dkk yang dilakukan di RSUP
H.Adam Malik Medan, ia menemukan angka kejadian tertinggi terjadi pada kelompok usia 22-31 tahun
sebanyak 38,7%.9 Namun hasil yang berbeda di dapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Meis
Malirmasele, dkk di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012 dengan hasil penderita OMSK
terbanyak berada pada rentang usia dibawah 5 tahun sebanyak 31,5% dari keseluruhan sampel. 10
Responden terbanyak pada masa usia remaja hingga dewasa akhir yang menderita penyakit telinga.
Tingginya prevalensi penyakit telinga pada dewasa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya pada
kejadian OMSK yang dapat diakibatkan oleh infeksi yang berulang pada telinga yang sudah dimulai
sejak usia kanak-kanak. Juga dapat disebabkan karna adanya riwayat keluar cairan dari telinga (otore)
sejak kecil dan datang kembali saat sudah beranjak dewasa. Dengan keluhan tersebut dan terdiagnosis
OMSK yang bisa jadi merupakan kelanjutan dari keluhan yang terjadi saat kecil. Dari hasil penelitian
juga dapat dilihat bahwa penderita penyakit telinga tertinggi setelah usia remaja hingga dewasa yaitu
pada usia balita. Hal ini berhubungan dengan ukuran dan letak tuba eustachius yang lebih pendek dan
lebih datar serta fungsi imunologi yang masih rendah sehingga lebih mudah mendapatkan infeksi telinga
tengah.11,12,13
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi tertinggi berdasarkan jenis kelamin yaitu
pada perempuan sebanyak 265 orang atau sebesar 55,3%. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 214 orang atau sebesar 44,7%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putri Citra dkk di RSUP Sanglah Denpasar yang mana penderita OMSK terbanyak dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan dengan rasio 1 : 1,2. 14 Penelitian lain yang juga sejalan dengan
penelitian ini yaitu dilakukan oleh Shrestha di Nepal dengan kasus sebanyak 103 penderita (44,8%)
adalah laki – laki dan 127 penderita (55,2%) adalah perempuan dengan perbandingan 1 : 1,23. 15 Namun,
penelitian yang dilakukan oleh Nurul Annisari di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo mendapatkan
penderita terbanyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 67,3% dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 32,7%.8 Selanjutnya penelitian yang dilakukan di Puskesmas Senakin Kabupaten Landak
tahun 2016 mendapatkan hasil yang berbeda yaitu merata antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
atau sebanyak 50% : 50%.16 Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap angka kejadian OMSK pada
laki - laki maupun perempuan. Perbedaan pada hasil penelitian tersebut cenderung terjadi karena adanya
kondisi geografis yang berbeda pada masing – masing negara.15,17
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hampir seluruh usia dapat mengalami Otitis Media
Supuratif Kronik. Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini penderita terbanyak yang
terdiagnosis OMSK adalah kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 36 pasien (51,4%). Hasil uji Chi
Square pada penelitian ini didapatkan p value (0,319) lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat
hubungan antara usia dengan kejadian OMSK. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan Gina Novian dkk, bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian OMSK di
RSUD Al Ihsan Bandung.18 Penelitian tersebut menjelaskan bahwa onset waktu terjadinya OMSK
relatif. OMSK yang dialami usia dewasa dapat disebabkan karena disfungsi tuba eustachius, status imun
yang lemah, dan perokok baik aktif maupun pasif. Ayu Laisitawati dkk menyatakan bahwa kejadian
OMSK lebih banyak terjadi pada kelompok usia dewasa karena kurangnya higienitas, perilaku yang
kurang sehat, serta mengalami riwayat infeksi kronis yang tidak diobati secara adekuat. 5 Banyak
penelitian yang sudah dilakukan terhadap kejadian OMSK dengan hasil yang menunjukkan bahwa
semua rentang usia dapat mengalami OMSK, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Hal ini
menunjukkan bahwa siapa saja dapat terkena OMSK dan ada faktor resiko lainnya yang dapat
meningkatkan resiko terkena OMSK.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak terdiagnosis OMSK
yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 117 (44,2%) orang sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 87 (40,7%) orang dari 204 penderita yang didiagnosis OMSK. Hasil uji Chi Square pada
penelitian ini didapatkan p value (0,442) lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Otitis Media Supuratif Kronik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shrestha di Nepal dengan kasus
sebanyak 103 penderita (44,8%) adalah laki – laki dan 127 penderita (55,2%) adalah perempuan dengan
perbandingan 1 : 1,23.15 Namun ada penelitian lain yang juga mendapatkan hasil bahwa OMSK lebih
banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Gina Novian dkk di RSUD Al Ihsan tahun 2018 mendapatkan hasil sebanyak 56,68% dari seluruh
sampel adalah laki-laki. Laki-laki lebih rentan mengidap OMSK karena faktor hormonal dan respon
imunologis.18 Hal tersebut bisa saja terjadi mengingat perbandingan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan di dunia saat ini masih banyak populasi perempuan dibandingkan populasi laki-laki.
Perbandingan kedua data diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat
terkena OMSK dan tidak ada hubungan dengan prevalensi OMSK.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorok,
kepala dan leher FK UI. Vol. 53, Tht UI. 2013. 1689–1699 p.
2. WHO. Chronic Suppurative Otitis Media Burden of Illness and Management Options. WHO.
2004. 710–729 p.
3. Nainggolan ADP. Karakteristik Pasien Otitis Media Supuratif Kronik di RSUP Haji Adam Malik
Medan Periode Januari 2016-Maret 2019. 2019;
4. Depkes RI. Telinga Sehat Pendengaran Baik. 2010;2–3.
5. Laisitawati A, Ghanie A, Suciati T. Hubungan Otitis Media Supuratif Kronik dengan Derajat
Gangguan Pendengaran di Departemen THT-KL RSUP Dr . Mohammad Hoesin Palembang
Periode 2014-2015. Maj Kedokteran Sriwijaya. 2017;49(2):57–65.
6. Raymond HI. Prevalensi Kejadian Komplikasi Pada Pasien Otitis Media Supuratif Kronis Di
Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2015. 2017;
7. Djaafar ZA, Helmi RR. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Vol. 7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2012. 57–69 p.
8. Nurul Annisari Al-Maidin. Karakteristik Pasien OMSK di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo
2016-2017. Ekp. 2017;13(3):1576–80.
9. Lubis YM, Dharma A, Chaidir Z, Refilda FE. Profile of chronic suppurative otitis media patients
with positive fungal culture in Medan, Indonesia. J Chem Pharm. 2016;8(1):23–6.
10. Malirmasele M. Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik di Klinik Telinga Hidung
Tenggorok Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012. Molucca Medica.
2014;4(2):142–9.
11. Bluestone, C.D., Klein JO. Otitis media, atelektasis, and eustachian tube dysfunction. Pediatric.
In Bluestone, Stool, Kenna eds: London: WB Saunders, Philaselphia; 2007. 388–582 p.
12. Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i. S kg. Epidemiologi Penyakit Menular. Vol. 109, Pengaruh Kualitas
Pelayanan. Jurnal EMBA. Yogyakarta: CV Absolute Media; 2016. 109–119 p.
13. Morris P, Leach A. Acute and Chronic Otitis Media. Pediatr Clin N Am. 2009;56:1383–99.
14. Citra Laksmi Darsana P dkk. Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Di Rsup
Sanglah Denpasar Periode 2011 – 2012. Acta Mater [Internet]. 2012;33(10):348–52.
15. Shresta BL, Amatya RCM SI, I GI. Microbiological Profile of Chronic Suppurative Otitis Media.
Nepal J ENT Head Neck Surg. 2011;2:6–7.
16. Roth WD. Gambaran Epidemiologi Penyakit OMSK Pada Pasien Poli Umum Puskesmas
Senakin Kabupaten Landak tahun 2016. Int Migr Rev [Internet]. 2013;47(2):330-373.
17. Bhutta MF. Understanding the aetiology and resolution of chronic otitis media from animal and
human studies. Mechanisms DM&, editor. Disease Models & Mechanisms; 2017.
18. Novian G, Suherlan E, Azhali BA. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin Dengan Prevalensi Otitis
Media Supuratif Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Tahun 2018. Pros Kedokteran.
2020;6(1):335–9.