Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL ILMIAH PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN IMELDA

Vol.7 No.1, Februari 2022, pp. 96-107


ISSN: 2597-7156 (Online), 2502-7786 (Print)
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPIKI  96

Rekam Medis Elektronik sebagai Pendukung Manajemen


Pelayanan Pasien di RS Universitas Gadjah Mada

Rika Andriani1, Dewi Septiana Wulandari2, Rizka Siwi Margianti3


1
D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, FKM, Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo
2
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
3
RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta

Article Info ABSTRACT


Electronic Medical Records (EMR) is a digital repository of
Article history:
administrative and medical data to support integrated health services.
Received Jul 16, 2021 EMR can be used to support case managementactivitiessuch as
Revised Feb 20, 2022 identification, carecoordination, patient progressmonitoring, and
Accepted Feb 25, 2022 provide cost-effective interventions. One of main factor in
information system implementation is users. Based on users’
perceptions, recommendations can be made. It’s used to maximize
Keywords: the adoption and development of EMR. The purpose of this study to
Electronic Medical Record explore the users’ perceived benefits of EMR implementation to
Electronic Health Record support case management at RS Universitas Gadjah Mada. This
Case Management research is a qualitative research with a case study design. Informants
Benefits were EMR users, namely doctors, nurse, pharmacist, medical record
officer, and laboratory assistant. They were selected through
purposive sampling technique. We conducted face-to-face semi-
structured interviews and observation. This research used an
interview guide with open-ended questions and an observation guide.
Results showed benefits of EMR were support patient safety, reduce
duplicateexaminations, continuity of care, patient careefficiency, and
collaboration among health professionals. It is suggested to develop a
patient reminder feature and periodic staff training.

This is an open access article under the CC BY-SAlicense.

Corresponding Author:
Rika Andriani,
D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan,
FKM, Universitas Veteran Bangun Nusantara,
Jl. Letjend. Sujono Humardani No. 1, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Email: [email protected]

1. PENDAHULUAN
Teknologi informasi telah diterapkan pada berbagai bidang, termasuk bidang
kesehatan. Penerapan teknologi informasi di fasilitas pelayanan kesehatan mencakup
aktivitas penyusunan prosedur pada manajemen, proses kontrol, pengambilan keputusan,
dan telaah ilmu medis [1]. Penggunaan sistem informasi elektronik menjadi sebuah
kebutuhan karena berkaitan dengan pengelolaan data dan informasi. Kualitas pelayanan

Journal homepage: http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPIKI


Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda  97
kesehatan juga tergantung pada kualitas informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Informasi yang berkualitas dihasilkan dari sistem informasi yang berkualitas.
Manajemen pelayanan pasien merupakan suatu proses kolaboratif terkait asesmen,
perencanaan, fasilitasi, koordinasi perawatan, evaluasi dan advokasi pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif melalui komunikasi dan
sumber daya yang tersedia untuk mempromosikan keselamatan pasien, kualitas perawatan,
dan efektifitas biaya [2]. Kegiatan manajemen pelayanan pasien yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan meliputi identifikasi, melakukan kolaborasi dan komunikasi antara dokter
dan pasien untuk menentukan rencana perawatan, memonitor kemajuan pasien, dan
memberikan alternatif intervensi yang efisien biaya. Manajemen pelayanan pasien juga
berfungsi sebagai pemandu dalam berbagai kegiatan pelayanan yang diberikan kepada
pasien.
Rekam Medis Elektronik (RME) digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk
memenuhi berbagai tujuan. Pengguna RME merupakan aspek penting untuk mewujudkan
RME yang ideal [3], [4]. Pengguna merupakan kunci utama berhasilatau tidaknya dalam
implementasi suatu sistem informasi karena sistem informasi tidak akan berjalan dengan
baik tanpa dukungan dari pengguna. Dengan memahami persepsi pengguna terkait manfaat
yang dirasakan saat menggunakan RME dalam manajemen pelayanan pasien, maka dapat
diketahui rekomendasi yang tepat untuk memaksimalkan adopsi RME. Rekomendasi
tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan RME selanjutnya. Selain itu
persepsi pengguna RME juga dibutuhkan untuk mengetahui gambaran manfaat RME dan
kesesuaian terhadap tujuan organisasi.
Penelitian ini mengambil tempat di RS Universitas Gadjah Mada yang sudah
mengimplementasikan RME. RME digunakan mulai dari bagian penerimaan pasien sampai
dengan kasir baik pada pelayanan gawat darurat, rawat jalan, maupun rawat inap. Saat ini
RME dimanfaatkan untuk pelaporan, administrasi, finansial, dan dokumentasi pelayanan
pasien. Sejak pertama kali mengimplementasikan RME, rumah sakit belum pernah
melakukan evaluasi. Saat ini RME masih terus dikembangkan agar sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
Penelitian ini menggunakan model Task Technology Fit (TTF) untuk mengeksplorasi
tujuan penelitian terkait pengalaman dan manfaat yang dirasakan pengguna terhadap
implementasi RME dalam manajemen pelayanan pasien. Model TTF merupakan suatu
model untuk mengetahui persepsi pengguna terhadap sistem informasi berdasarkan
kesesuaian teknologi membantu dalam melakukan pekerjaan dan tugas pengguna [5]. Hasil
dari penelitian ini berguna sebagai masukan untuk rumah sakit dalam pengembangan
RME.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian
kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi dan memperoleh pemahaman mendalam
tentang keberhasilan atau kegagalan implementasi praktik berbasis bukti [6]. Studi kasus
merupakan suatu desain penelitian dengan mengembangkan analisis mendalam tentang
suatu kasus, suatu program, peristiwa, kegiatan, proses, satu kasus atau lebih banyak
individu di berbagai bidang, terutama evaluasi [6].
Penelitian dilakukan di RS Universitas Gadjah Mada yang terletak di Jl. Kabupaten
Lingkar Utara,Gamping, Sleman, D.I.Yogyakarta. Informan penelitian terdiri dari 6
pengguna langsung RME yaitu dokter umum, dokter spesialis, perawat, apoteker, petugas
rekam medis, dan laboran. Informan dipilih melalui teknik purposive sampling.
Pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam menentukan informan penelitian adalah
memilih informan yang dapat membantu memperoleh data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)
98  e-ISSN:2597-7156 – p-ISSN: 2502-7786

Penelitian ini dilakukan dengan wawancara semi terstruktur tatap muka dan observasi.
Instrumen penelitian menggunakan panduan wawancara dengan pertanyaan terbuka dan
panduan observasi. Untuk menjamin validasi data hasil penelitian digunakan triangulasi
sumber. Informan triangulasi dalam penelitian ini adalah staff IT dan pihak manajemen
RS.
Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan metode analisis isi (content
analysis). Pengolahan data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data, membuat
transkrip wawancara, menentukan kemungkinan pola-pola yang terjadi, meringkas data
yang disajikan dalam bentuk matriks, dan membuat interpretasi data.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Implementasi RME
RME dikembangkan oleh Instalasi SIRS dan IT rumah sakit. Pengembangan
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pengguna. Perancangan RME diawali
dengan analisis kebutuhan pengguna. Setelah melakukan analisis kebutuhan, proses
selanjutnya melakukan pembuatan desain antarmuka, pemrograman, uji coba dan
implementasi RME. Penyempurnaan dan pengembangan RME dilakukan berdasarkan hasil
uji coba dan permintaan dari pengguna setelah implementasi RME.
Pada awal implementasi RME berfungsi menggantikan rekam medis manual, yaitu
menunjang fungsi administrasi dan dokumentasi pelayanan pasien. Seiring dengan
pengembangan, fungsi RME juga mencakup fungsi finansial dan pelaporan. Sampai saat
ini fungsi administrasi dan manajemen masih menjadi prioritas. Pengembangan RME
sudah berorientasi pada keselamatan pasien dengan penggunaan fitur peringatan deteksi
alergi, interaksi obat-obat, interaksi obat-penyakit.
Hasil observasi menunjukkan fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana seperti
hardware, software dan jaringan di setiap bangsal, klinik, maupun instalasi penunjang
sudah memadai. Pada setiap bangsal, klinik, maupun instalasi penunjang minimal memiliki
2 unit komputer. Komputer tersebut dilengkapi dengan aplikasi RME yang terinstall dan
dukungan jaringan yang memadai. Selain itu fasilitas pendukung nonteknis seperti buku
pedoman, training petugas, maupun bantuan dari Staff Instalasi SIRS dan IT apabila terjadi
masalah dalam penggunaan RME dapat dengan mudah diakses.
Hasil wawancara menunjukkan terdapat fasilitas nonteknis berupa training oleh staf
Instalasi SIRS dan IT yang tidak didapatkan oleh seluruh staf. Berikut petikan hasil
wawancara dengan informan.

“...Iya, kalau saya dulu iya. Cuman sekarang ada beberapa yang belum ini ya, yang
baru-baru ini saya kurang tau ya maksudnya staff baru trainingnya sudah seperti
saya dulu. Saya dulu kan ada komputer langsung diajari ya. Kalo sekarang ngga
langsung dari ITnya ya biasanya kalo misal saya dokter, saya mengajari dokter yang
baru gitu loh. Jadi ngga langsung dari ITnya...” (Informan 2)

“...Karena saya masuknya baru setahun kan jadi belum dapet training tentang
EHRnya ini. Tapi sudah diajarin sama perawat yang sudah dapat training. Jadi yang
baru tetap ngerti. Ya minimal untuk yang digunakan untuk pekerjaan sehari-hari.
Kalaupun ada yang kurang jelas nanti kita bisa nulis di wall buat ditanyakan ke IT.
Responnya juga cepet. Tapi kalau bisa sepertinya lebih baik yang melakukan training
langsung dari mas-mas IT. Kalau lewat orang lain dulu bisa aja to salah tangkap,
salah persepsi....” (Informan 5)

Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda  99
Pada saat RME pertama kali diimplementasikan, sosialiasi dan training dilakukan
kepada seluruh pengguna RME. Training dilakukan oleh Instalasi SIRS dan IT dengan
memberikan pelatihan langsung. Seiring berjalannya waktu training untuk pegawai baru
dilakukan oleh pegawai lama pada masing-masing bagian. Training yang dilakukan untuk
mengenalkan fitur, fungsi, dan cara penggunaan RME. Hal tersebut juga disampaikan oleh
informan triangulasi.

“ ….Kalau training kami melakukan pada saat awal implementasi. Semua pengguna
kami berikan pengarahan, sosialisasi terkait sistem. Setelah itu memang tidak ada
lagi karena tidak efektif dari segi pekerjaan kami. SDM kami terbatas sekali.
Training untuk pegawai baru selama ini dilakukan oleh pegawai lama. Sejauh ini
belum ada masalah. Kalau ada masalah teknis staf kami juga bisa dikontak kapan
saja. Bahkan di hari libur kami juga ada sistem piket jika ada masalah sistem di
rumah sakit…” (Informan Triangulasi 2)

Informan triangulasi mengatakan training petugas baru dilakukan oleh staflama di


bagian yang sama. Jika ada masalah terkait RME, staf IT akan segera menyelesaikan
permasalahan tersebut. Selain itu jika ada pertanyaan, pengguna RME dapat menuliskan
pertanyaan melalui fitur wall, sehingga staf Instalasi SIRS dan IT dapat menjawabnya.
Respon cepat staf Instalasi SIRS dan IT selalu tersedia karena terdapat sistem piket yang
diatur secara bergiliran meskipun hari libur.

Mendukung Keselamatan Pasien


RME memiliki beberapa fitur untuk mendukung keselamatan pasien. Dengan fitur-
fitur yang dimilikinya, RME membantu memberikan pengobatan yang tepat dan aman
untuk pasien. Berikut hasil petikan wawancara dengan informan.

‘’...Sangat bermanfaat ya, memudahkan dalam pembacaan resep. Tidak adanya


kekeliruan jumlah, pembacaan, dan persepsi tulisan karena memang elektronik
ya....” (Informan 3)

“...Checker itu bermanfaat sekali. Kita bisa tahu pasien punya alergi atau tidak.
Kemudian juga melihat kontraindikasi pengobatan. Nanti ada peringatan kalau ada
kontra obat atau alergi....” (Informan 1)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, manfaat yang dirasakan oleh pengguna RME
meliputi mengurangi kesalahan pengobatan akibat ketidakterbacaan resep, kesalahan dosis,
dan kesalahan penulisan. Selain itu informan lain juga merasakan manfaat minimalisasi
kesalahan pengobatan karena terdapat fitur untuk melakukan pengecekan alergi dan
kontraindikasi obat. Informan mengatakan fitur tersebut sangat bermanfaat untuk
mendukung pekerjaan.
Hasil observasi pada aplikasi RME menunjukkan terdapat fitur deteksi alergi,
kontraindikasi obat dengan obat, dan kontraindikasi obat dengan penyakit. Jika pasien
diberikan obat yang mengandung alergen tertentu maka akan muncul kotak peringatan
pada RME. Selain itu fitur kontraindikasi obat dengan obat dan kontraindikasi obat dengan
penyakit tertentu akan membantu dokter memberikan obat yang aman untuk pasien. Resep
elektronik pada RME dapat dibaca dengan mudah oleh apoteker sehingga dapat
meminimalisasi kesalahan pembacaan dan penulisan resep.

Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)


100  e-ISSN:2597-7156 – p-ISSN: 2502-7786

Mengurangi Duplikasi Pemeriksaan


Pada RME dapat ditampilkan deskripsi hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Jika pasien ditangani oleh beberapa petugas medis berbeda, RME dapat membantu
mengurangi pemeriksaan yang sama karena pada RME tercantum tanggal dilakukan
pemeriksaan dan tes tersebut. Selain itu, hasil pemeriksaan juga tersimpan rapi pada RME
pasien karena berbentuk elekronik sehingga meminimalisasi kehilangan hasil tes apabila
berbentuk lembaran kertas. Berikut petikan wawancara dengan informan.

“...Kalau misal ada rujuk internal gitu dokter rujukannya udah langsung lihat di
EHR sebelumnya pasien pernah diperiksa apa aja di lab atau rontgen. Jadi gak dobel
pemeriksaannya. Gak mubazir gitu. Kalau manual kertas bisa terselip...” (Informan
4)

“…Ada pasien yang harus ditangani lebih dari satu dokter. Waktu konsul ke dokter A
diminta periksa lab. Eh pemeriksaannya terselip karena berupa kertas. Terus setelah
itu konsul dokter B diminta periksa lab yang sama. Pengeluaran pasien 2x lipat.
Kalau elektronik gini masalah kayak gitu ndak ada.” (Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara para informan menyatakan bahwa RME mampu


menampilkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Hasil pemeriksaan tersebut
berupa deskripsi. Dokter dapat mengakses hasil pemeriksaan tersebut secara lengkap dan
cepat tanpa khawatir hasil pemeriksaan hilang atau terselip. Secara tidak langsung RME
membantu mengurangi duplikasi pemeriksaan yang diakibatkan kehilangan hasil
pemeriksaan berupa kertas.

Kontinuitas Perawatan dan Perencanaan Pelayanan


Implementasi RME membantu tenaga medis dalam melakukan kontinuitas perawatan
untuk pasien yang membutuhkan pemantauan dalam jangka waktu yang lama. RME
memuat informasi tentang data identifikasi, riwayat penyakit, prosedur dan pengobatan
yang pernah dilakukan, riwayat alergi, hasil laboratorium, dan catatan lain terkait pasien.
Data tersebut dapat digunakan dokter sebagai pedoman untuk merencanakan penanganan
klinis yang efektif. Berikut petikan wawancara dengan informan.

“...Pelayanan yang diberikan petugas medis jadi terkontrol, maksudnya gini mbak di
EHR kita bisa melihat pasien itu dulu masuk rumah sakitnya kenapa, dikasih obat
atau tindakan apa. Jadi kita-kita ini tinggal melanjutkan perawatan atau pelayanan
sesuai dengan apa yang tertulis di EHR. Kalau kertas kan masih ada kemungkinan
hilang, terselip. Kalau sistem kan tinggal klak klik udah ada semua....” (Informan 1)

“...Mempercepat kita mengambil keputusan penanganan karena informasi bisa kita


dapat secara cepat....” (Informan 2)

Hal senada juga disampaikan informan triangulasi. Berikut petikan wawancaranya.


“…Rekam medik elektronik ini memang kami maksudkan untuk membantu layanan
dengan catatan yang terpusat. Harapannya dengan elektronik pelayanan pasien bisa
dimonitoring secara simultan.” (Informan Triangulasi 1)

Berdasakan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa RME menyediakan data


administratif dan klinis pasien yang terintegrasi dan lengkap. Hal tersebut akan membantu
tenaga medis dalam membuat keputusan penting untuk rencana perawatan dan pelayanan

Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda  101
pasien. Selain itu, keputusan yang didasarkan data yang lengkap akan menghasilkan
informasi yang lengkap.

Kolaborasi dan Komunikasi Antartenaga Kesehatan


Pasien dengan kondisi kesakitan yang kompleks membutuhkan penanganan lebih dari
satu tenaga medis sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Pada kondisi ini komunikasi
antar tenaga kesehatan menjadi hal penting. RME mampu memfasilitasi komunikasi antar
tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayanan
yang diterima pasien.

“...kolaborasi antarsejawat untuk pelayanan pasien yang komprehensif lebih cepat


dan mudah by system. Data lengkap tercatat.” (Informan 2)

“...Iya, membantu banget komunikasinya, kita udah tau tanpa harus telepon atau apa
gitu kalau yang manual kan baru tau kalau ada pasien pas berkasnya udah dianter.”
(Informan 6)

Hal senada juga disampaikan informan triangulasi. Berikut petikan wawancaranya.


“Kalau saya ibaratkan seperti Google itu ya, dek. Tapi ini akses dibatasi. Kami bisa
mencari semua informasi pasien di sini kapanpun asal pake jaringan rumah sakit.
Tidak perlu kontak dokter, laboran, terapis, atau siapapun yang menangani
sebelumnya. Data medis bisa diperoleh.” (Informan Triangulasi 1)

Informan penelitian menyatakan RME membantu mereka dalam menangani pasien


dengan kondisi medis yang kompleks karena data yang disajikan RME tercatat lengkap.
Pencatatan dan pendokumentasian yang lengkap akan membantu tenaga medis untuk lebih
memahami kondisi pasien. Pendokumentasian tersebut merupakan salah satu cara
komunikasi yang dilakukan tenaga kesehatan dengan menggunakan RME.

Efisiensi Pelayanan Pasien


RME membantu memberikan pelayanan yang lebih efektif melalui minimalisasi waktu
tunggu. Pasien tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan hanya karena
menunggu distribusi rekam medis manual. Pasien tidak perlu menunggu lama untuk
mendapatkan pelayanan. Kecepatan pelayanan yang dipengaruhi oleh kecepatan distribusi
rekam medis manual dapat ditingkatkan dengan penggunaan RME. RME juga dapat
diakses secara bersamaan oleh pengguna yang berbeda. Berikut petikan wawancara terkait
efisiensi pelayanan yang dirasakan oleh informan.

“...Memperpendek waktu tunggu pasien karena kalau manual harus nunggu status
pasien diantar ke poli, Dek. Belum lagi kalau statusnya gak ketemu tambah lama.”
(Informan 1)

“...Ya mempercepat sih sebenarnya karena kan kalau misal rontgen, hasil lab kan
kita ngga harus ambil hmm nunggu hasilnya kita bisa langsung lihat. Kemudian
untuk lihat riwayat pasien sebelumnya kita bisa langsung klik, langsung sudah tau
dia kontrol di mana dengan siapa....” (Informan 3)

“...Lebih efisien untuk memantau pasien dari jarak jauh. Tapi idealnya bisa
dimanfaatkaan untuk hal lain. Misal pengingat pasien harus kembali kontrol kapan.
Saya rasa bagus sekali untuk kasus yang butuh kontrol rutin....” (Informan 4)

Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)


102  e-ISSN:2597-7156 – p-ISSN: 2502-7786

“...Mempercepat, efisien, dan sangat bagus untuk pelayanan pasien. Informasi pasien
terintegrasi, semua data ada dari pasien datang sampai pulang” (Informan 5)

Informan merasakan manfaat menggunakan RME meliputi kemudahan akses dan


minimalisasi waktu tunggu pasien. Informan juga beranggapan perlu dilakukan beberapa
pengembangan fitur lain yang lebih advanced seperti reminder yang berfungsi untuk
mengingatkan pasien melakukan kontrol pengobatan. Pengembangan tersebut akan
bermanfaat untuk pasien yang harus melakukan pengobatan atau pemantauan rutin karena
kondisi medis yang diderita.

3.2 Pembahasan
Implementasi RME
Instalasi SIRS dan IT rumah sakit melakukan training dan sosialisasi pada saat RME
diimplementasikan. Sosialiasi dan training tersebut diberikan kepada seluruh staf yang
menggunakan RME. Training dilakukan oleh dengan cara memberikan pelatihan langsung
bagaimana menggunakan fitur dan cara pengisian RME. Selain itu juga diberikan buku
panduan penggunaan RME.
Saat ini training untuk pegawai baru dilakukan oleh pegawai lama pada masing-
masing bagian, bukan oleh staf IT. Hal tersebut dapat menimbulkan kesalahan persepsi
pada petugas baru apabila petugas lama tidak dapat menjelaskan secara detail. Selain itu
training juga dapat dilakukan untuk petugas lama untuk meningkatkan pengetahuan
mereka terkait dengan pengembangan RME yang sudah dilakukan oleh Instalasi IT.
Training akan meningkatkan pemahaman karena kurangnya pengetahuan, pengalaman dan
kesadaran penggunaan RME [7].
Salah satu faktor penghambat kesuksesan implementasi RME adalah kurangnya
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi pengguna [9] [10]. Penghambat tersebut dapat
diminimalisasi dengan training secara berkala untuk staf baru dan lama. Training
merupakan salah satu fasilitas penunjang non teknis. Kondisi fasilitas penunjang akan
mempengaruhi perilaku pengguna. Perilaku pengguna tersebut dipengaruhi keyakinan
bahwa fasilitas pendukung baik teknis maupun nonteknis tersedia untuk mendukung
penggunaan RME. Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan
fasilitas pendukung merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan implementasi sistem
informasi kesehatan [10].

Mendukung Keselamatan Pasien


Manfaat yang dirasakan oleh pengguna meliputi minimalisasi kesalahan pengobatan
dan mengurangi ketidakterbacaan resep. Resep elektronik pada RME dapat dibaca dengan
mudah oleh apoteker sehingga dapat meminimalisasi kesalahan pembacaan resep. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang menemukan resep elektronik
membantu mengurangi kesalahan peresepan karena kesalahan penulisan [11]. Penelitian
lain juga menyebutkan peresepan elektronik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengurangan kesalahan peresepan karena kesalahan dosis, penggunaan nama obat yang
tidak baku, ketidaksesuaian obat dengan diagnosis, dan kontraindikasi dengan pengobatan
lain [12].
Informan juga menyatakan RME membantu untuk memberikan pengobatan yang
aman kepada pasien. Manfaat tersebut diperoleh melalui penggunaan beberapa fitur yang
dimiliki RME. RME juga memiliki fitur deteksi alergi, kontraindikasi obat dengan obat,
dan kontraindikasi obat dengan penyakit. Jika pasien diberikan obat yang mengandung
alergen tertentu maka akan muncul kotak peringatan pada RME. Selain itu fitur
kontraindikasi obat dengan obat dan kontraindikasi obat dengan penyakit tertentu akan

Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda  103
membantu dokter memberikan obat yang aman untuk pasien. Dengan fitur-fitur tersebut,
RME membantu memberikan pengobatan yang tepat dan aman untuk pasien. Untuk
mengurangi kesalahan pengambilan keputusan dokter, peresepan elektronik dapat
ditambahkan sistem pendukung keputusan farmasi untuk meningkatkan keamanan
pengobatan [11].
RME dapat mereduksi kesalahan pengobatan hingga 55% [13]. Reduksi kesalahan
pengobatan melalui RME sangat bermanfaat bagi pasien yang harus mengkonsumsi
banyak obat terkait penyakitnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan fungsi alert terhadap pemberian obat, reaksi alergi dan
duplikasi kandungan obat berdampak positif terhadap keselamatan pasien [14].

Mengurangi Duplikasi Pemeriksaan


Pada RME dapat ditampilkan deskripsi hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Jika pasien ditangani oleh beberapa petugas medis berbeda, RME dapat membantu
mengurangi pemeriksaan yang sama karena pada RME tercantum tanggal dilakukan
pemeriksaan dan tes tersebut. Selain itu, hasil pemeriksaan juga tersimpan rapi pada RME
pasien karena berbentuk elektronik sehingga meminimalisasi kehilangan hasil tes apabila
berbentuk lembaran kertas. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa RME membantu
mereduksi pelayanan tes laboratorium yang tidak perlu dan berulang [15].
Reduksi duplikasi tes secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengurangan
biaya pengobatan akibat duplikasi tes yang tidak perlu. Data medis seperti data
pemeriksaan laboratorium dan radiologi yang terdokumentasi secara lengkap dan
terintegrasi antara satu pelayanan dengan pelayanan lain akan membantu manajemen
pelayanan pasien. Manajemen pelayanan pasien yang efektif dan efisien akan membantu
untuk melakukan kendali biaya. Dalam konteks lebih luas, integrasi data pada RME
membantu mengurangi biaya perawatan melalui koordinasi perawatan yang lebih baik,
pengurangan kesalahan, meningkatkan efisiensi pelayanan, dan pengurangan duplikasi
pemeriksaan pasien [16].

Kontinuitas Perawatan dan Perencanaan Pelayanan


Seluruh data pasien yang tersimpan pada RME di berbagai pelayanan membantu untuk
kontinuitas perawatan dan pelayanan pasien. Kontinuitas perawatan dibutuhkan untuk
pasien dengan kondisi penyakit menahun atau pasien dengan kondisi kesakitan yang
kompleks. Pasien dengan kondisi beberapa penyakit biasanya menggunakan lebih dari satu
dokter sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Pada kondisi ini RME mampu
memfasilitasi dengan menyediakan data yang terintegrasi dari berbagai pelayanan yang
diterima pasien. Data yang terintegrasi antar episode pelayanan juga akan membantu untuk
menentukan rencana perawatan pasien. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa adopsi
RME yang terintegrasi akan menyediakan layanan yang terkoordinasi, berlangsung secara
kontinu dan meningkatkan kualitas pelayanan dengan penggunaan checklist, alert dan alat-
alat prediktif lainnya [17].
Pendokumentasian yang dilakukan secara komputerisasi pada RME dapat
meningkatkan keterbacaan data, meminimalisasi kesalahan baca dan kehilangan data [18].
Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas data pelayanan [18] [19]. Data pelayanan yang
berkualitas akan memberikan informasi yang berkualitas sehingga manajemen pelayanan
pasien dapat dilakukan lebih baik.
Data pada RME yang lengkapsdan akurat akan memudahkan tenaga kesehatan untuk
melakukan monitoring, evaluasi dan menilai pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Kegiatan monitoring, evaluasi dan menilai pelayanan merupakan kegiatan penting dalam
manajemen pelayanan pasien [2]. RME membantu meningkatkan kualitas pelayanan
melalui penyediaan kualitas data pelayanan yang baik. Jika kualitas pelayanan baik, maka
Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)
104  e-ISSN:2597-7156 – p-ISSN: 2502-7786

akan mempengaruhi kepuasan pasien. Penelitian lain juga membuktikan RME memberikan
dampak positif pada kualitas, efisiensi, dan efektivitas pelayanan [20].

Kolaborasi dan Komunikasi Antartenaga Kesehatan


RME dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antartenaga kesehatan. Data sosial dan
data medis yang tertulis di RME dapat dibaca oleh tenaga kesehatan lain yang menangani
pasien. Tanpa harus bertatap muka secara langsung, tenaga kesehatan tersebut sudah
mengetahui kondisi pasien, tindakan yang diterima, maupun pengobatan yang diberikan.
Identifikasi masalah, assesmen, rencana manajemen pelayanan pasien, dan monitoring
dapat dilakukan dengan melihat pendokumentasian pada RME. Penelitian sebelumnya
menemukan penggunaan RME pada dokter dan bagian farmasi mengurangi komunikasi
untuk mengklarifikasi jenis dan dosis obat secara signifikan [21]. Selain itu, RME juga
bermanfaat untuk pendidikan dan komunikasi pada dokter dan perawat [20].
RME membantu untuk mengetahui kondisi pasien secara komprehensif sesuai dengan
data-data yang tertulis di RME. Dokumentasi data administratif dan data medis pasien
yang terintegrasi sejak pasien datang sampai dengan pasien pulang membantu antartenaga
kesehatan untuk melakukan kolaborasi penanganan, perawatan dan pelayanan yang
diberikan kepada pasien. RME membantu dokter untuk perbaikan manajemen penyakit,
kualitas pendokumentasian rekam medis pasien, dan alat pendukung keputusan medis [22].

Efisiensi Pelayanan Pasien


RME membantu memberikan efisiensi pelayanan melalui minimalisasi waktu tunggu.
Pasien tidak perlu menunggu lama hanya karena menunggu distribusi rekam medis
manual. Kecepatan pelayanan yang dipengaruhi oleh kecepatan distribusi rekam medis
manual dapat ditingkatkan dengan penggunaan RME. RME juga mendukung kemudahan
akses karena dapat diakses secara bersamaan oleh pengguna yang berbeda yang memiliki
otoritas. RME membantu pekerjaan dokter karena data medis mudah dan cepat diakses
[15], [23], [24]. Secara tidak langsung RME juga membantu untuk memberikan dukungan
pelayanan pasien yang tepat waktu, efektif dan efisien [15].
Efisiensi pelayanan pasien dapat ditingkatkan untuk hal yang lain dengan
pengembangan beberapa fitur yang belum ada. Pengembangan fitur lain yang perlu
dikembangkan adalah reminder yang terintegrasi dengan RME. Reminder medis dapat
berfungsi sebagai pengingat jadwal melakukan kontrol pengobatan, pengingat vaksinasi,
ataupun pengingat hal-hal rutin lainnya. Reminder dapat berupa sms atau whatsapp yang
dikirimkan ke nomor handphone pasien yang diperoleh pada saat pertama kali melakukan
registrasi. Reminder akan bermanfaat untuk pasien yang rutin melakukan pengobatan,
terapi, screening, imunisasi, atau pemeriksaan rutin lainnya. Reminder pada RME terbukti
efektif membantu dokter mengingatkan pasien untuk vaksinasi rutin dan pemeriksaan
tulang secara regular [25].
Pengembangan fitur advanced RME sangat mungkin dilakukan mengingat penerimaan
pengguna terhadap RME sudah baik. Selain itu, pengguna RME juga merasakan manfaat
yang nyata dari RME. Apabila pengguna merasakan manfaat RME, maka akan muncul
keinginan untuk terus menggunakan. Manfaat RME dapat disosialisasikan kepada
pengguna, namun manfaat yang dirasakan oleh pengguna sendiri akan lebih berdampak
terhadap penggunaan sistem secara berkesinambungan. Hal tersebut juga akan menentukan
kesuksesan implementasi suatu RME. Apabila pengguna RME merasakan manfaat yang
nyata dari RME, maka secara tidak langsung pengguna akan mulai mengeksplorasi fitur
yang lebih advanced. Pengguna RME yang memiliki persepsi RME bermanfaat untuk
dirinya akan terpacu untuk mengeksplorasi fitur-fitur lain untuk mendapatkan manfaat
yang lebih untuk dirinya [4].

Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda  105
4. KESIMPULAN
Manfaat RME untuk manajemen pelayanan pasienmeliputi mendukung keselamatan
pasien, mengurangi duplikasi pemeriksaan, kontinuitas perawatan dan perencanaan
pelayanan, efisiensi pelayanan pasien, dan kolaborasi antartenaga kesehatan. Untuk
mendapatkan manfaat yang lebih banyak perlu dilakukan pengembangan fitur reminder
pasien. Selain itu juga diperlukan training secara berkala yang dilakukan Instalasi SIRS
dan IT untuk staf baru dan lama.

REFERENCES
[1] S. Khodambashi, “Business Process Re-Engineering Application in Healthcare in a
relation to Health Information Systems,” Procedia Technol., vol. 9, no. 2212, pp. 949–
957, 2013, doi: 10.1016/j.protcy.2013.12.106.
[2] P. Campanella et al., “The Impact of Electronic Health Records on Healthcare
Quality: A Systematic Review and Meta-Analysis,” Eur. J. Public Health, vol. 26, no.
1, pp. 60–64, 2016, doi: 10.1093/eurpub/ckv122.
[3] Case Management Society of America, Standards of Practice for Case Management.
2016.
[4] J. D. Hatton, T. M. Schmidt, and J. Jelen, “Adoption of Electronic Health Care
Records : Physician Heuristics and Hesitancy,” vol. 5, pp. 706–715, 2012, doi:
10.1016/j.protcy.2012.09.078.
[5] N. Shaw, “The Role Of The Professional Association: A Grounded Theory Study of
Electronic Medical Records Usage in Ontario, Canada,” Int. J. Inf. Manage., vol. 34,
no. 2, pp. 200–209, 2014, doi: 10.1016/j.ijinfomgt.2013.12.007.
[6] J. W. Creswell, Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Method
Approach. London: Sage Publications, Inc, 2014.
[7] M. Khalifa, “Barriers to Health Information Systems and Electronic Medical Records
Implementation A Field Study of Saudi Arabian Hospitals,” Procedia - Procedia
Comput. Sci., vol. 21, pp. 335–342, 2013, doi: 10.1016/j.procs.2013.09.044.
[8] M. Cucciniello, I. Lapsley, G. Nasi, and C. Pagliari, “Understanding Key Factors
Affecting Electronic Medical Record Implementation: A Sociotechnical Approach,”
BMC Health Serv. Res., vol. 15, no. 1, pp. 1–19, 2015, doi: 10.1186/s12913-015-0928-
7.
[9] W. Youssef, “Evaluation Of EHR Training as a Catalyst to Achieve Clinician
Satisfaction with Technology in Acute Care Setting,” ProQuest Diss. Theses, p. 161,
2013, [Online]. Available:
http://search.proquest.com/docview/1520432451?accountid=458.
[10] É. Maillet, L. Mathieu, and C. Sicotte, “Modeling Factors Explaining the Acceptance,
Actual Use, and Satisfaction of Nurses Using An Electronic Patient Record in Acute
Care Settings : An Extension of the UTAUT,” Int. J. Med. Inform., vol. 84, no. 1, pp.
36–47, 2014, doi: 10.1016/j.ijmedinf.2014.09.004.
[11] W. S. Margareta and D. Iwan, “Peran Resep Elektronik dalam Meningkatkan
Medication Safety pada Proses Peresepan,” J. Manaj. Pelayanan Kesehat., vol. 17, no.
1, pp. 30–36, 2014.
[12] R. Shawahna, N. U. Rahman, M. Ahmad, M. Debray, M. Yliperttula, and X. Declèves,
“Electronic Prescribing Reduces Prescribing Error In Public Hospitals,” J. Clin. Nurs.,
vol. 20, no. 21–22, pp. 3233–3245, 2011, doi: 10.1111/j.1365-2702.2011.03714.x.
[13] E. E. Roughead, A. I. Vitry, G. E. Caughey, and A. L. Gilbert, “Multimorbidity, Care
Complexity, and Prescribing for The Elderly,” Aging health, vol. 7, no. 5, pp. 695–
705, 2011, doi: 10.2217/ahe.11.64.

Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)


106  e-ISSN:2597-7156 – p-ISSN: 2502-7786

[14] P. Jia, L. Zhang, J. Chen, P. Zhao, and M. Zhang, “The Effects of Clinical Decision
Support Systems on Medication Safety : An Overview,” pp. 1–17, 2016, doi:
10.1371/journal.pone.0167683.
[15] N. Tavakoli, M. Jahanbakhsh, H. Mokhtari, and H. R. Tadayon, “Opportunities of
Electronic Health Record Implementation in Isfahan,” Procedia Comput. Sci., vol. 3,
pp. 1195–1198, 2011, doi: 10.1016/j.procs.2010.12.193.
[16] A. S. Kazley, A. N. Simpson, K. N. Simpson, and R. Teufel, “Association of
Electronic Health Records With Cost Savings in a National Sample,” vol. 20, no. 6,
pp. 183–190, 2014.
[17] S. Silow-Carroll, J. N. Edwards, and D. Rodin, “Using Electronic Health Records to
Improve Quality and Efficiency: The Experiences of Leading Hospitals,” Commonw.
Fund, vol. 17, pp. 1–40, 2012.
[18] Y. H. Sidek and J. T. Martins, “Perceived Critical Success Factors of Electronic
Health Record System Implementation In A Dental Clinic Context: An Organisational
Management Perspective,” Int. J. Med. Inform., vol. 107, pp. 88–100, 2017, doi:
10.1016/j.ijmedinf.2017.08.007.
[19] J. Haskew, G. Rø, K. Turner, D. Kimanga, M. Sirengo, and S. Sharif, “Implementation
of A Cloud-Based Electronic Medical Record to Reduce Gaps in The HIV Treatment
Continuum In Rural Kenya,” PLoS One, vol. 10, no. 8, pp. 1–10, 2015, doi:
10.1371/journal.pone.0135361.
[20] A. De Benedictis, E. Lettieri, L. Gastaldi, C. Masella, A. Urgu, and D. Tartaglini,
“Electronic Medical Records Implementation In Hospital: An Empirical Investigation
Of Individual And Organizational Determinants,” PLoS One, vol. 15, no. 6, pp. 1–12,
2020, doi: 10.1371/journal.pone.0234108.
[21] A. Singer and R. D. Fernandez, “The Effect of Electronic Medical Record System Use
on Communication Between Pharmacists and Prescribers,” BMC Fam. Pract., vol. 16,
no. 1, pp. 1–6, 2015, doi: 10.1186/s12875-015-0378-7.
[22] F. Lau, M. Price, J. Boyd, C. Partridge, H. Bell, and R. Raworth, “Impact of Electronic
Medical Record on Physician Practice in Office Settings: A Systematic Review,” BMC
Med. Inform. Decis. Mak., vol. 12, no. 1, 2012, doi: 10.1186/1472-6947-12-10.
[23] M.-M. Bouamrane and F. S. Mair, “A Study Of General Practitioners’ Perspectives on
Electronic Medical Records Systems In Nhsscotland,” BMC Med. Inform. Decis.
Mak., vol. 13, p. 58, 2013, doi: 10.1186/1472-6947-13-58.
[24] F. Erawantini, E. Nugroho, G. Y. Sanjaya, and S. Hariyanto, “Rekam Medis
Elektronik: Telaah Manfaat Dalam Konteks Pelayanan Kesehatan Dasar,” in Prosiding
Forum Informatika Kesehatan Indonesia, 2013, vol. 1, no. 1, pp. 1–10.
[25] T. S. Loo et al., “Electronic Medical Record Reminders and Panel Management to
Improve Primary Care of Elderly Patients,” Am. Med. Assoc., vol. 171, no. 17, pp.
1552–1558, 2011.

Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda  107
BIOGRAPHIES OF AUTHORS
Rika Andriani, Dosen program studi D3 Rekam Medis FKM Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo, Jawa Tengah.

Dewi Septiana Wulandari, menempuh pendidikan di program studi D3 Rekam Medis


Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Saat ini berprofesi sebagai Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta .

Rizka Siwi Margianti, menempuh pendidikan di program studi D3 Rekam Medis


Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Saat ini berprofesi sebagai Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan di RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)

You might also like