599-Article Text-4115-1-10-20220302
599-Article Text-4115-1-10-20220302
Corresponding Author:
Rika Andriani,
D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan,
FKM, Universitas Veteran Bangun Nusantara,
Jl. Letjend. Sujono Humardani No. 1, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Email: [email protected]
1. PENDAHULUAN
Teknologi informasi telah diterapkan pada berbagai bidang, termasuk bidang
kesehatan. Penerapan teknologi informasi di fasilitas pelayanan kesehatan mencakup
aktivitas penyusunan prosedur pada manajemen, proses kontrol, pengambilan keputusan,
dan telaah ilmu medis [1]. Penggunaan sistem informasi elektronik menjadi sebuah
kebutuhan karena berkaitan dengan pengelolaan data dan informasi. Kualitas pelayanan
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian
kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi dan memperoleh pemahaman mendalam
tentang keberhasilan atau kegagalan implementasi praktik berbasis bukti [6]. Studi kasus
merupakan suatu desain penelitian dengan mengembangkan analisis mendalam tentang
suatu kasus, suatu program, peristiwa, kegiatan, proses, satu kasus atau lebih banyak
individu di berbagai bidang, terutama evaluasi [6].
Penelitian dilakukan di RS Universitas Gadjah Mada yang terletak di Jl. Kabupaten
Lingkar Utara,Gamping, Sleman, D.I.Yogyakarta. Informan penelitian terdiri dari 6
pengguna langsung RME yaitu dokter umum, dokter spesialis, perawat, apoteker, petugas
rekam medis, dan laboran. Informan dipilih melalui teknik purposive sampling.
Pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam menentukan informan penelitian adalah
memilih informan yang dapat membantu memperoleh data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen… (Rika Andriani)
98 e-ISSN:2597-7156 – p-ISSN: 2502-7786
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara semi terstruktur tatap muka dan observasi.
Instrumen penelitian menggunakan panduan wawancara dengan pertanyaan terbuka dan
panduan observasi. Untuk menjamin validasi data hasil penelitian digunakan triangulasi
sumber. Informan triangulasi dalam penelitian ini adalah staff IT dan pihak manajemen
RS.
Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan metode analisis isi (content
analysis). Pengolahan data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data, membuat
transkrip wawancara, menentukan kemungkinan pola-pola yang terjadi, meringkas data
yang disajikan dalam bentuk matriks, dan membuat interpretasi data.
“...Iya, kalau saya dulu iya. Cuman sekarang ada beberapa yang belum ini ya, yang
baru-baru ini saya kurang tau ya maksudnya staff baru trainingnya sudah seperti
saya dulu. Saya dulu kan ada komputer langsung diajari ya. Kalo sekarang ngga
langsung dari ITnya ya biasanya kalo misal saya dokter, saya mengajari dokter yang
baru gitu loh. Jadi ngga langsung dari ITnya...” (Informan 2)
“...Karena saya masuknya baru setahun kan jadi belum dapet training tentang
EHRnya ini. Tapi sudah diajarin sama perawat yang sudah dapat training. Jadi yang
baru tetap ngerti. Ya minimal untuk yang digunakan untuk pekerjaan sehari-hari.
Kalaupun ada yang kurang jelas nanti kita bisa nulis di wall buat ditanyakan ke IT.
Responnya juga cepet. Tapi kalau bisa sepertinya lebih baik yang melakukan training
langsung dari mas-mas IT. Kalau lewat orang lain dulu bisa aja to salah tangkap,
salah persepsi....” (Informan 5)
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda 99
Pada saat RME pertama kali diimplementasikan, sosialiasi dan training dilakukan
kepada seluruh pengguna RME. Training dilakukan oleh Instalasi SIRS dan IT dengan
memberikan pelatihan langsung. Seiring berjalannya waktu training untuk pegawai baru
dilakukan oleh pegawai lama pada masing-masing bagian. Training yang dilakukan untuk
mengenalkan fitur, fungsi, dan cara penggunaan RME. Hal tersebut juga disampaikan oleh
informan triangulasi.
“ ….Kalau training kami melakukan pada saat awal implementasi. Semua pengguna
kami berikan pengarahan, sosialisasi terkait sistem. Setelah itu memang tidak ada
lagi karena tidak efektif dari segi pekerjaan kami. SDM kami terbatas sekali.
Training untuk pegawai baru selama ini dilakukan oleh pegawai lama. Sejauh ini
belum ada masalah. Kalau ada masalah teknis staf kami juga bisa dikontak kapan
saja. Bahkan di hari libur kami juga ada sistem piket jika ada masalah sistem di
rumah sakit…” (Informan Triangulasi 2)
“...Checker itu bermanfaat sekali. Kita bisa tahu pasien punya alergi atau tidak.
Kemudian juga melihat kontraindikasi pengobatan. Nanti ada peringatan kalau ada
kontra obat atau alergi....” (Informan 1)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, manfaat yang dirasakan oleh pengguna RME
meliputi mengurangi kesalahan pengobatan akibat ketidakterbacaan resep, kesalahan dosis,
dan kesalahan penulisan. Selain itu informan lain juga merasakan manfaat minimalisasi
kesalahan pengobatan karena terdapat fitur untuk melakukan pengecekan alergi dan
kontraindikasi obat. Informan mengatakan fitur tersebut sangat bermanfaat untuk
mendukung pekerjaan.
Hasil observasi pada aplikasi RME menunjukkan terdapat fitur deteksi alergi,
kontraindikasi obat dengan obat, dan kontraindikasi obat dengan penyakit. Jika pasien
diberikan obat yang mengandung alergen tertentu maka akan muncul kotak peringatan
pada RME. Selain itu fitur kontraindikasi obat dengan obat dan kontraindikasi obat dengan
penyakit tertentu akan membantu dokter memberikan obat yang aman untuk pasien. Resep
elektronik pada RME dapat dibaca dengan mudah oleh apoteker sehingga dapat
meminimalisasi kesalahan pembacaan dan penulisan resep.
“...Kalau misal ada rujuk internal gitu dokter rujukannya udah langsung lihat di
EHR sebelumnya pasien pernah diperiksa apa aja di lab atau rontgen. Jadi gak dobel
pemeriksaannya. Gak mubazir gitu. Kalau manual kertas bisa terselip...” (Informan
4)
“…Ada pasien yang harus ditangani lebih dari satu dokter. Waktu konsul ke dokter A
diminta periksa lab. Eh pemeriksaannya terselip karena berupa kertas. Terus setelah
itu konsul dokter B diminta periksa lab yang sama. Pengeluaran pasien 2x lipat.
Kalau elektronik gini masalah kayak gitu ndak ada.” (Informan 5)
“...Pelayanan yang diberikan petugas medis jadi terkontrol, maksudnya gini mbak di
EHR kita bisa melihat pasien itu dulu masuk rumah sakitnya kenapa, dikasih obat
atau tindakan apa. Jadi kita-kita ini tinggal melanjutkan perawatan atau pelayanan
sesuai dengan apa yang tertulis di EHR. Kalau kertas kan masih ada kemungkinan
hilang, terselip. Kalau sistem kan tinggal klak klik udah ada semua....” (Informan 1)
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda 101
pasien. Selain itu, keputusan yang didasarkan data yang lengkap akan menghasilkan
informasi yang lengkap.
“...Iya, membantu banget komunikasinya, kita udah tau tanpa harus telepon atau apa
gitu kalau yang manual kan baru tau kalau ada pasien pas berkasnya udah dianter.”
(Informan 6)
“...Memperpendek waktu tunggu pasien karena kalau manual harus nunggu status
pasien diantar ke poli, Dek. Belum lagi kalau statusnya gak ketemu tambah lama.”
(Informan 1)
“...Ya mempercepat sih sebenarnya karena kan kalau misal rontgen, hasil lab kan
kita ngga harus ambil hmm nunggu hasilnya kita bisa langsung lihat. Kemudian
untuk lihat riwayat pasien sebelumnya kita bisa langsung klik, langsung sudah tau
dia kontrol di mana dengan siapa....” (Informan 3)
“...Lebih efisien untuk memantau pasien dari jarak jauh. Tapi idealnya bisa
dimanfaatkaan untuk hal lain. Misal pengingat pasien harus kembali kontrol kapan.
Saya rasa bagus sekali untuk kasus yang butuh kontrol rutin....” (Informan 4)
“...Mempercepat, efisien, dan sangat bagus untuk pelayanan pasien. Informasi pasien
terintegrasi, semua data ada dari pasien datang sampai pulang” (Informan 5)
3.2 Pembahasan
Implementasi RME
Instalasi SIRS dan IT rumah sakit melakukan training dan sosialisasi pada saat RME
diimplementasikan. Sosialiasi dan training tersebut diberikan kepada seluruh staf yang
menggunakan RME. Training dilakukan oleh dengan cara memberikan pelatihan langsung
bagaimana menggunakan fitur dan cara pengisian RME. Selain itu juga diberikan buku
panduan penggunaan RME.
Saat ini training untuk pegawai baru dilakukan oleh pegawai lama pada masing-
masing bagian, bukan oleh staf IT. Hal tersebut dapat menimbulkan kesalahan persepsi
pada petugas baru apabila petugas lama tidak dapat menjelaskan secara detail. Selain itu
training juga dapat dilakukan untuk petugas lama untuk meningkatkan pengetahuan
mereka terkait dengan pengembangan RME yang sudah dilakukan oleh Instalasi IT.
Training akan meningkatkan pemahaman karena kurangnya pengetahuan, pengalaman dan
kesadaran penggunaan RME [7].
Salah satu faktor penghambat kesuksesan implementasi RME adalah kurangnya
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi pengguna [9] [10]. Penghambat tersebut dapat
diminimalisasi dengan training secara berkala untuk staf baru dan lama. Training
merupakan salah satu fasilitas penunjang non teknis. Kondisi fasilitas penunjang akan
mempengaruhi perilaku pengguna. Perilaku pengguna tersebut dipengaruhi keyakinan
bahwa fasilitas pendukung baik teknis maupun nonteknis tersedia untuk mendukung
penggunaan RME. Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan
fasilitas pendukung merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan implementasi sistem
informasi kesehatan [10].
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda 103
membantu dokter memberikan obat yang aman untuk pasien. Dengan fitur-fitur tersebut,
RME membantu memberikan pengobatan yang tepat dan aman untuk pasien. Untuk
mengurangi kesalahan pengambilan keputusan dokter, peresepan elektronik dapat
ditambahkan sistem pendukung keputusan farmasi untuk meningkatkan keamanan
pengobatan [11].
RME dapat mereduksi kesalahan pengobatan hingga 55% [13]. Reduksi kesalahan
pengobatan melalui RME sangat bermanfaat bagi pasien yang harus mengkonsumsi
banyak obat terkait penyakitnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan fungsi alert terhadap pemberian obat, reaksi alergi dan
duplikasi kandungan obat berdampak positif terhadap keselamatan pasien [14].
akan mempengaruhi kepuasan pasien. Penelitian lain juga membuktikan RME memberikan
dampak positif pada kualitas, efisiensi, dan efektivitas pelayanan [20].
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda 105
4. KESIMPULAN
Manfaat RME untuk manajemen pelayanan pasienmeliputi mendukung keselamatan
pasien, mengurangi duplikasi pemeriksaan, kontinuitas perawatan dan perencanaan
pelayanan, efisiensi pelayanan pasien, dan kolaborasi antartenaga kesehatan. Untuk
mendapatkan manfaat yang lebih banyak perlu dilakukan pengembangan fitur reminder
pasien. Selain itu juga diperlukan training secara berkala yang dilakukan Instalasi SIRS
dan IT untuk staf baru dan lama.
REFERENCES
[1] S. Khodambashi, “Business Process Re-Engineering Application in Healthcare in a
relation to Health Information Systems,” Procedia Technol., vol. 9, no. 2212, pp. 949–
957, 2013, doi: 10.1016/j.protcy.2013.12.106.
[2] P. Campanella et al., “The Impact of Electronic Health Records on Healthcare
Quality: A Systematic Review and Meta-Analysis,” Eur. J. Public Health, vol. 26, no.
1, pp. 60–64, 2016, doi: 10.1093/eurpub/ckv122.
[3] Case Management Society of America, Standards of Practice for Case Management.
2016.
[4] J. D. Hatton, T. M. Schmidt, and J. Jelen, “Adoption of Electronic Health Care
Records : Physician Heuristics and Hesitancy,” vol. 5, pp. 706–715, 2012, doi:
10.1016/j.protcy.2012.09.078.
[5] N. Shaw, “The Role Of The Professional Association: A Grounded Theory Study of
Electronic Medical Records Usage in Ontario, Canada,” Int. J. Inf. Manage., vol. 34,
no. 2, pp. 200–209, 2014, doi: 10.1016/j.ijinfomgt.2013.12.007.
[6] J. W. Creswell, Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Method
Approach. London: Sage Publications, Inc, 2014.
[7] M. Khalifa, “Barriers to Health Information Systems and Electronic Medical Records
Implementation A Field Study of Saudi Arabian Hospitals,” Procedia - Procedia
Comput. Sci., vol. 21, pp. 335–342, 2013, doi: 10.1016/j.procs.2013.09.044.
[8] M. Cucciniello, I. Lapsley, G. Nasi, and C. Pagliari, “Understanding Key Factors
Affecting Electronic Medical Record Implementation: A Sociotechnical Approach,”
BMC Health Serv. Res., vol. 15, no. 1, pp. 1–19, 2015, doi: 10.1186/s12913-015-0928-
7.
[9] W. Youssef, “Evaluation Of EHR Training as a Catalyst to Achieve Clinician
Satisfaction with Technology in Acute Care Setting,” ProQuest Diss. Theses, p. 161,
2013, [Online]. Available:
http://search.proquest.com/docview/1520432451?accountid=458.
[10] É. Maillet, L. Mathieu, and C. Sicotte, “Modeling Factors Explaining the Acceptance,
Actual Use, and Satisfaction of Nurses Using An Electronic Patient Record in Acute
Care Settings : An Extension of the UTAUT,” Int. J. Med. Inform., vol. 84, no. 1, pp.
36–47, 2014, doi: 10.1016/j.ijmedinf.2014.09.004.
[11] W. S. Margareta and D. Iwan, “Peran Resep Elektronik dalam Meningkatkan
Medication Safety pada Proses Peresepan,” J. Manaj. Pelayanan Kesehat., vol. 17, no.
1, pp. 30–36, 2014.
[12] R. Shawahna, N. U. Rahman, M. Ahmad, M. Debray, M. Yliperttula, and X. Declèves,
“Electronic Prescribing Reduces Prescribing Error In Public Hospitals,” J. Clin. Nurs.,
vol. 20, no. 21–22, pp. 3233–3245, 2011, doi: 10.1111/j.1365-2702.2011.03714.x.
[13] E. E. Roughead, A. I. Vitry, G. E. Caughey, and A. L. Gilbert, “Multimorbidity, Care
Complexity, and Prescribing for The Elderly,” Aging health, vol. 7, no. 5, pp. 695–
705, 2011, doi: 10.2217/ahe.11.64.
[14] P. Jia, L. Zhang, J. Chen, P. Zhao, and M. Zhang, “The Effects of Clinical Decision
Support Systems on Medication Safety : An Overview,” pp. 1–17, 2016, doi:
10.1371/journal.pone.0167683.
[15] N. Tavakoli, M. Jahanbakhsh, H. Mokhtari, and H. R. Tadayon, “Opportunities of
Electronic Health Record Implementation in Isfahan,” Procedia Comput. Sci., vol. 3,
pp. 1195–1198, 2011, doi: 10.1016/j.procs.2010.12.193.
[16] A. S. Kazley, A. N. Simpson, K. N. Simpson, and R. Teufel, “Association of
Electronic Health Records With Cost Savings in a National Sample,” vol. 20, no. 6,
pp. 183–190, 2014.
[17] S. Silow-Carroll, J. N. Edwards, and D. Rodin, “Using Electronic Health Records to
Improve Quality and Efficiency: The Experiences of Leading Hospitals,” Commonw.
Fund, vol. 17, pp. 1–40, 2012.
[18] Y. H. Sidek and J. T. Martins, “Perceived Critical Success Factors of Electronic
Health Record System Implementation In A Dental Clinic Context: An Organisational
Management Perspective,” Int. J. Med. Inform., vol. 107, pp. 88–100, 2017, doi:
10.1016/j.ijmedinf.2017.08.007.
[19] J. Haskew, G. Rø, K. Turner, D. Kimanga, M. Sirengo, and S. Sharif, “Implementation
of A Cloud-Based Electronic Medical Record to Reduce Gaps in The HIV Treatment
Continuum In Rural Kenya,” PLoS One, vol. 10, no. 8, pp. 1–10, 2015, doi:
10.1371/journal.pone.0135361.
[20] A. De Benedictis, E. Lettieri, L. Gastaldi, C. Masella, A. Urgu, and D. Tartaglini,
“Electronic Medical Records Implementation In Hospital: An Empirical Investigation
Of Individual And Organizational Determinants,” PLoS One, vol. 15, no. 6, pp. 1–12,
2020, doi: 10.1371/journal.pone.0234108.
[21] A. Singer and R. D. Fernandez, “The Effect of Electronic Medical Record System Use
on Communication Between Pharmacists and Prescribers,” BMC Fam. Pract., vol. 16,
no. 1, pp. 1–6, 2015, doi: 10.1186/s12875-015-0378-7.
[22] F. Lau, M. Price, J. Boyd, C. Partridge, H. Bell, and R. Raworth, “Impact of Electronic
Medical Record on Physician Practice in Office Settings: A Systematic Review,” BMC
Med. Inform. Decis. Mak., vol. 12, no. 1, 2012, doi: 10.1186/1472-6947-12-10.
[23] M.-M. Bouamrane and F. S. Mair, “A Study Of General Practitioners’ Perspectives on
Electronic Medical Records Systems In Nhsscotland,” BMC Med. Inform. Decis.
Mak., vol. 13, p. 58, 2013, doi: 10.1186/1472-6947-13-58.
[24] F. Erawantini, E. Nugroho, G. Y. Sanjaya, and S. Hariyanto, “Rekam Medis
Elektronik: Telaah Manfaat Dalam Konteks Pelayanan Kesehatan Dasar,” in Prosiding
Forum Informatika Kesehatan Indonesia, 2013, vol. 1, no. 1, pp. 1–10.
[25] T. S. Loo et al., “Electronic Medical Record Reminders and Panel Management to
Improve Primary Care of Elderly Patients,” Am. Med. Assoc., vol. 171, no. 17, pp.
1552–1558, 2011.
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, Vol. 7, No. 1, Februari 2022: 96-107
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda 107
BIOGRAPHIES OF AUTHORS
Rika Andriani, Dosen program studi D3 Rekam Medis FKM Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo, Jawa Tengah.