3881-File Utama Naskah-13372-1-10-20230830
3881-File Utama Naskah-13372-1-10-20230830
ABSTRACT: This study aims to find out how the Islamic religious education curriculum
develops through a humanistic approach and to find out the characteristics of a
Received: humanistic Islamic religious education curriculum. The method in this study
April 15th 23
Revised: used the library research method (library study). This method focuses activities
May 11th 23 on the utilization of library sources to obtain research data. While the
Accepted: technique in collecting data used in this study is content analysis. Content
June 20th 23 analysis technique is a method used in analyzing a text, both in the form of
words, pictures and other forms. The results of this study indicate that the
development of an Islamic religious education curriculum through a humanistic
approach, namely a legal concept in planning the development of an Islamic
religious education curriculum by providing opportunities for students to become
more harmonious human beings in carrying out the learning process through
several planning, namely: strategic planning, program planning, and planning
learning activities.
Keywords: Humanistic approach, curriculum, Islamic education
PENDAHULUAN
1Febri Widiandari dan Tasman Hamami, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam
Pendekatan Humanistik di Indonesia,” At-Ta’Dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam 3, no. 1 (2022),
hlm. 164-74.
2Achmad Junaedi Sitika dan Ine Nirmala, “Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Anak
dalam Perspektif Al-Qur’an,” Al-Hikmah : Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education 1, no. 2 (2017),
hlm. 12-36.
3
Nurul Afifah, dkk, “Pendekatan Humanistik dalam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fiqih,”
Akademika: Jurnal Pemikiran Islam 16, no. 2 (2011), hlm. 265-82.
4
Hasan Basri, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1
Yogyakarta,” Jurnal Murobbi Ilmu Pendidikan Vol. 7, no. 1 (2023), hlm. 44.
METODE
Adapun metode dalam penelitian ini menggunakan metode library research (studi
kepustakaan). Metode ini memfokuskan kegiatan pada pemanfaatan sumber kepustakaan
5 Fahmi Khumaini, dkk, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam : Kurikulum dan
Pendekatan Humanistik di Era Digital,” Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 8, no. 2 (2022), hlm. 80-
92.
6
Widiandari and Tasman Hamami, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Pendekatan
Humanistik di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam 3, no. 1 (2022), hlm. 64-74.
untuk memperoleh data penelitian.7 Untuk teknik dalam mengumpulkan data yang
dipergunakan pada tulisan ilmiah ini yaitu content analysis. Teknik analisis isi
merupakan suatu metode yang dipergunakan dalam penganalisisan suatu teks, baik yang
berbentuk kata-kata, gambar dan bentuk lainnya. Setelah melakukan analisis data dan
informasi dari berbagai sumber yang didapatkan, kemudian data direkonstruksi
menjadi suatu pengetahuan dan hipotesis baru. Langkah terkahir adalah meninjau
kembali bagian kesimpulan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil telah sesuai.
7Iwan Herman, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif (Kuningan: Hidayatul Qur’an, 2019), hlm.
16.
8Achmad Junaedi Sitika, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Humanistik dan
Teknologis di Perguruan Tinggi Umum,” Jurnal Wahana Karya Ilmiah 3, no. 02 (2019), hlm. 364–84.
9
Reka Miswanto, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan dalam Perspektif Kurikulum Huistik (Studi Kasus
di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangbendo Bantul),” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 2, no. 1
(2015), hlm. 205–24.
Para teoretikus humanistik, meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan
sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian
(conditioning) yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa
tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori
ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reaktor terhadap insting
atau tekanan lingkungan. Teori ini berfokus pada pentingnya pengalaman yang bersifat
subjektif dan self-direction.
Selain itu kurikulum humanistik merupakan sebuah pendekatan pendidikan yang
mengacu pada filosofis belajar humanisme, yaitu pendidikan yang memandang bahwa
belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses
yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh domain yang ada (kognitif, afektif
dan pskomotorik). Sehingga dalam proses pembelajarannya nilai-nilai kemanusiaan yang
ada dalam diri peserta didik mendapat perhatian untuk dikembangkan. Menurut teori
pendidikan humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat-laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik- baiknya Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Pendidikan humanistik dalam
pandangan Islam adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia, yakni
makhluk hidup ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu untuk dikembangkan secara
maksimal dan optimal.10
Maka dari itu, pandangan humanistik kurikulum pendidikan ditekankan bagaimana
peserta didik memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan pikiran
tersaingi dari lingkungan, ini sebenarnya suatu solusi dari semakin jauhnya pendidikan dari
realitas sosial, karena itu kurikulum humanis berusaha mengembalikan pendidikan kepada
realitas sosial dengan menanamkan nilai-nilai sosial dalam proses pendidikan, berdasarkan
teori humanistik dapat diartikan bahwa fungsi kurikulum yaitu mempersiapkan dan
mengembangkan generasi muda dalam hal ini peserta didik dengan berbagai pengalaman
naluriah yang sangat berpengaruh pada perkembangan individu. Kemudian tujuan
pendidikannya adalah suatu proses atas individu yang dinamis yang berhubungan pada
pemikiran, integritas, dan kehendak nalurinya.
10
Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam,” Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 8, no. 1
(2021), hlm. 25.
13
Dwi Setiyadi, “Kurikulum Humanistik dan Pendidikan Karakter: Sebuah Gagasan Pengembangan
Kurikulum Masa Depan,” Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran 1, no. 01 (2016), hlm.
26–39.
disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi peserta didik.14 Dengan pengertian ahli
diatas penulis dapat simpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu perangkat desain yang
dibuat oleh lembaga pendidikan yang didalamnya berbagai acuan dalam proses
pembelajaran yang dengan susunan tersebut pendidik mengajrkan kepada peserta didik.
Kurikulum merupakan unsur penting pada setiap lembaga pendidikan. Secara fisik,
kurikulum dapat berbentuk suatu dokumen berisikan berbagai komponen seperti pikiran
tentang pendidikan, tujuan yang akan dicapai oleh kurikulum tersebut, konten yang
dirancang dan harus dikuasai peserta didik untuk menguasai tujuan, proses yang dirancang
untuk menguasai konten, evaluasi yang dirancang untuk mengetahui penguasaan
kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan, serta komponen lainnya.15 Secara fisik,
kurikulum dapat juga berbentuk proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik dan guru
di sekolah sehingga dapat diamati baik secara langsung mau pun melalui alat perekam
tertentu. Pada dasarnya, kurikulum merupakan jantung suatu proses pendidikan.16 Oliva
dalam bukunya “Developing the Curriculum”, bahwa kurikulum adalah perangkat pendidikan
yang secara langsung mewakili pendidikan dalam menjawab tantangan masyarakat
rekonstruksi tersebut menyangkut berbagai dimensi kehidupan dalam jenjang-jenjang
tersebut.
Rekonstruksi itu memang sulit dan menjadi semakin sulit ketika dia harus merajut
berbagai kepentingan yang berkenaan dengan berbagai jenjang dan dimensi kehidupan.
Kesalahan yang umum terjadi adalah rekonstruksi tersebut terlalu fokus pada suatu jenjang,
tingkat nasional misalnya, dan atau pada suatu dimensi seperti suatu disiplin ilmu tertentu.
Kelemahan dalam rekonstruksi juga terjadi pada waktu menggunakan asumsi yang keliru
untuk memproyeksikan jenjang dan dimensi kehidupan. Kesalahan yang umum terjadi
adalah rekonstruksi tersebut terlalu fokus pada suatu jenjang, tingkat nasional misalnya, dan
atau pada suatu dimensi seperti suatu disiplin ilmu tertentu.17
Berdasarkan paparan di atas, maka kurikulum bisa dianggap sebagai jantungnya
pendidikan. Artinya, aktivitas edukasi antara pendidik dengan peserta didik sangat
14 Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter (Yogyakarta: pascasarjana fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan (fitk) universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018)., hlm. 32.
15
Muhammad Nasrul Waton, “Relevansi Perubahan Kurikulum 2013 Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar
Di Era Digital,” Jurnal Murobbi Ilmu Pendidikan Vol. 7, no. 1 (2023), hlm. 142.
16 Yudi Ardian, “Landasan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,” Tsaqofah Jurnal: Pendidikan Islam 2, no. 2
(2018), hlm.1-19.
17
Bakri Anwar, “Pendidikan Humanistik dalam Belajar,” Inspiratif Pendidikan 9, no. 1 (2020), hlm. 126.
dipengaruhi oleh muatan-muatan yang ada dalam krikulum. Sehingga dengan tidak adanya
kurikulum seakan-akan kegiatan pendidikan tidak mungkin terjadi.
Sedangkan pendidikan agama Islam merupakan sebagai usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia, aspek rohaniah, dan jasmaniah, juga harus berlangsung
secara bertahap. Sebab tidak ada satupun makhluk ciptaan Allah yang secara langsung
tercipta dengan sempurna tanpa melalui suatu proses Kematangan dan kesempurnaan yang
diharapkan bertitik tolak Pada pengoptimalan kemampuannya dan potensinya. Tujuan yang
diharapkan tersebut mencakup dimensi vertikal sebagai hamba Tuhan; dan dimensi
horisontal sebagai makhluk individual dan sosial. Hal ini dimaknai bahwa tujuan pendidikan
dalam pengoptimalan kemampuan atau potensi manusia terdapat keseimbangan dan
keserasian hidup dalam berbagai dimensi.18 Demikian pula yang diharapkan oleh
pendidikan agama Islam. Muhaimin berpendapat bahwa pendidikan agama Islam bermakna
upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai- nilainya agar menjadi
pandangan dan sikap hidup seseorang. Dari aktivitas mendidikkan agama Islam itu
bertujuan untuk membantu seseorang atau sekelompok anak didik dalam menanamkan dan
atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai
pandangan hidupnya.19 Sementara itu Harun Nasution yang dikutip oleh Syahidin
mengartikan tujuan PAI (secara khusus di sekolah umum) adalah untuk membentuk
manusia takwa, yaitu manusia yang patuh kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan
menekankan pembinaan kepribadian Muslim, yakni pembinaan akhlakul karimah, meski
mata pelajaran agama tidak diganti mata pelajaran akhlak dan etika.20
Menurut penulis dengan pendidikan agama Islam adalah Pendidikan Islam. Al-
Syaibani mengartikannya sebagai “usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah
laku individu dan pada kehidupan pribadinya atau pada kehidupan masyarakat dan pada
kehidupan alam sekitar pada proses kependidikan. Hal yang senada juga disampaikan
Muhammad Fadhil al- Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan
berdasarkan nilai - nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut,
18 Abdul Wafi, “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam
1, no. 2 (2017), hlm. 133–39.
19
Nurmadiah Nurmadiah, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban 2,
no. 2 (2016), hlm. 23.
20 Nur Azizah Ashari, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah,” AN NUR:
diharapkan dapat terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
21Ilham Putri Handayani dan Tasman Hamami, “Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum
PAI Pada KMA183 Tahun 2019,” Jurnal Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam Vol. 6, no. 2 (2022), hlm. 252.
KESIMPULAN
22
Sigit Tri Utomo, “Inovasi Kurikulum dalam Dimensi Tahapan Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam,” Journal of Research and Thought on Islamic Education (JRTIE) 3, no. 1 (2020), hlm. 19-
38.
23
Nailil Maslukiyah and Prasetio Rumondor, “Implementasi Konsep Belajar Humanistik Pada Siswa Dengan
Tahap Operasional Formal Di SMK Miftahul Khair,” Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi 25,
no. 1 (2020), hlm. 97–110.
dalam krikulum. Sehingga dengan tidak adanya kurikulum seakan-akan kegiatan pendidikan
tidak mungkin terjadi. Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum pendidikan
sangat relevan dikarenakan kurikulum pendidikan agama bertujuan menjadikan peserta
didik menjunjung tinggi nilai sosial seperti menghormati sesama, menolong, kurikulum
pendidikn Islam juga menekankan pada proses kognitif, afektif serta psikomotorik dalam
pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nurul, Stain Jurai, and Siwo Metro. “Pendekatan Humanistik Dalam
Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Fiqih.” Akademika: Jurnal Pemikiran
Islam 16, no. 2 (2011): 265–82.
Anwar, Bakri. “Pendidikan Humanistik Dalam Belajar.” Inspiratif Pendidikan 9, no. 1 (2020):
126.
Ardian, Yudi. “Landasan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.” TSAQOFAH JURNAL:
Pendidikan Islam 2, no. 2 (2018): 1–19.
Ashari, Nur Azizah. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Di
Madrasah.” AN NUR: Jurnal Studi Islam 13, no. 2 (2021): 153–67.
https://doi.org/10.37252/annur.v13i2.104.
Basri, Hasan. “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Pelajaran Akidah Akhlak Di
MTs Negeri 1 Yogyakarta.” Jurnal Murobbi Ilmu Pendidikan Vol. 7, no. 1 (2023): 44.
Herman, Iwan. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif. Kuningan: Hidayatul
Qur’an, 2019.
Ilham Putri Handayani dan Tasman Hamami. “Pendekatan Humanistik Dalam
Pengembangan Kurikulum PAI Pada KMA183 Tahun 2019.” Jurnal Tarbiyatuna: Kajian
Pendidikan Islam Vol. 6, no. 2 (2022): 252.
Khumaini, Fahmi, Farida Isroani, and Mamlu’ah Aya. “Kebijakan Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Islam : Kurikulum Dan Pendekatan Humanistik Di Era
Digital.” Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 8, no. 2 (2022): 680–92.
https://doi.org/10.31943/jurnalrisalah.v8i2.291.
Maragustam. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter. Yogyakarta: pascasarjana
fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan (fitk) universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2018.
Wafi, Abdul. “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam.” Edureligia; Jurnal
Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2017): 133–39.
https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.741.
Widiandari, Febri, and Tasman Hamami. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Dalam Pendekatan Humanistik Di Indonesia.” At-Ta’Dib: Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam 3, no. 1 (2022): 164–74.
https://doi.org/10.47498/tadib.v14i2.1562.