Revesi 1effectiveness of Bladder Training For Elderly With Urinary Incontinence Promkes
Revesi 1effectiveness of Bladder Training For Elderly With Urinary Incontinence Promkes
Puspita Restu Mahalia1, Silviana Dewi Susilowati1,Muhammad Raffi Alauddin1, Futuwwah Sotya
Cahyani1, Sheila Anugrah Liandini1,Rahmad Nurhassan Mudzaki1, Anggun Chrissalys Y.1
ABSTRACT
Most countries in the world have experienced a lot of progress in the field of health, which of course has a positive
impact where the world's population gets a longer life expectancy. The aging process is a natural process followed by a
decrease in physical, psychological and social conditions that are interconnected with one another. Elderly or often called
elderly is the final stage of the human life cycle which experiences a process of decreasing body resistance in dealing with
internal and external stimuli, changes that occur in the elderly cover almost all organs of the body including the urinary
tract organs, weakening of the pelvic floor muscles which its function is to support the bladder, uncontrolled contractions occur
in the bladder resulting in stimulation to urinate prematurely, and incomplete emptying of the bladder occurs (Insani et al.,
2019). Urinary incontinence is a condition experienced by the body where the body experiences an inability to hold back the
release of urine so that the urine that collects in the bladder exceeds the maximum limit. One way to treat urinary incontinence
in the elderly is by doing bladder training. Bladder training or commonly referred to as the delay urination technique is an
exercise to hold back the urge to urinate which is carried out for a predetermined time so that by doing this exercise urinary
incontinence can be suppressed (Waicang, 2022). The purpose of this educational activity and bladder training is so that the
elderly are more familiar with and know what urinary incontinence is including the symptoms, causes, and how to deal with it,
and bladder training aims to train the urinary tract muscles so that urine does not come out uncontrollably by holding back
urination during the specified time, namely three hours per time allowed to urinate. The research design used in this study
was a pre-experimental design with a one group pre-post test design. Based on the results of the study, it can be seen
that there is a significant effect, namely sig (p) = 0.006 <0.05 between the development of the elderly from before and after
being given bladder training. Before bladder training there were 2 people who found changes in urinary frequency, 13
people who urinated smoothly, and 13 people who urinated completely, while after bladder training the frequency of urination
changed there were 23 people, 20 people had smooth urination and 20 people had complete urination.
Sebagian besar negara-negara didunia mengalami banyak kemajuan dibidang Kesehatan yang tentunya membawa
dampak positif dimana penduduk di dunia mendapatkan harapan hidup yang lebih lama. Proses penuaan merupakan
proses alami yang diikuti dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, dan sosial yang saling berhubungan satu sama
lain. Lansia atau kerap disebut lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia yang mengalami proses
penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun rangsangan dari luar, perubahan yang
terjadi pada lansia meliputi hampir seluruh organ tubuh termasuk organ saluran perkemihan , melemahnya otot dasar
panggul yang fungsinya untuk menopang kandung kemih, timbul kontraksi tak terkontrol pada kandung kemih sehingga
menimbulkan rangsangan berkemih sebelum waktunya, dan terjadi pengeosongan kandung kemih dengan tidak sempurna
(Insani et al., 2019). Inkontinensia urin merupakan kondisi yang dialami tubuh dimana tubuh mengalami ketidakmampuan
dalam menahan keluarnya urine sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui batas maksimal. Salah satu cara
untuk mengatasi inkontinensia urin pada lansia yakni dengan melakukan bladder training. Bladder training atau biasa
disebut dengan teknik delay urination merupakan latihan untuk menahan keinginan untuk buang air kecil yang dilakukan
selama waktu yang telah ditentukan sehingga dengan dilakukannya latihan tersebut inkontinensia urin dapat ditekan
(Waicang, 2022). Tujuan dari kegiatan edukasi dan bladder training ini yakni supaya lansia lebih mengenal dan mengetahui
apa itu inkontinensia urin meliputi gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya, dan bladder training bertujuan untuk
melatih otot saluran kemih supaya urine tidak keluar secara tidak terkontrol dengan cara menahan buang air kecil selama waktu
yang telah ditentuka yaitu tiga jam sekali waktu yang diperbolehkan untuk buang air kecil. Desain penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah pre experimental design dengan rancangan one group pre-post test design.
Berdasar pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan yaitu sig (p) = 0,006 < 0,05 antara
perkembangan lansia dari sebelum dan setelah diberikan bladder training. Sebelum bladder training yang mendapati
perubahan frekuensi berkemih terdapat 2 orang, yang berkemihnya lancer 13 orang, dan yang berkemihnya tuntas 13 orang
sedangkan setelah dilaksanakannya bladder training frekuensi berkemih berubah terdapat pada 23 orang, kelancaran
berkemih 20 orang dan ketuntasan berkemih 20 orang.
Jumlah lanjut usia di seluruh dunia saat ini yang dialami tubuh dimana tubuh mengalami
diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa yang dapat ketidakmampuan dalam menahan keluarnya urine
diartikan bahwasanya satu dari sepuluh indivisu sehingga urine yang terkumpul di buli-buli
berusia lebih dari 60 tahun, dan pada tahun 2025 melampaui batas maksimal. Penyebab dari urine
diperkirakan jumlah lanjut usia akan mencapai 1,2 yang keluar secara tidak terkendali ini antara lain
f f f
Mean N Std. Std. Eror Devation
Mean
0.00 3 6 6
Pair 1 :
Tidak 1,5% 23,1% 23,1%
Pretest 1.0769 26 .62757 .12308
1.00 23 20 20 Pair 4 :
responden mengikuti langkah – langkah yang Dalam menyelesaikan makalah ini banyak
kendala yang dihadapi penulis dan bisa
diajarkan. Lansia melakasanakan secara rutin di diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari
rumah. Manajemen konservatif inkontinensia berbagai pihak yang akhirnya penulisan ini bisa
diselesaikan sebagaimana mestinya.
urin telah diakui sebagai manajemen lini
pertama, yang meliputi terapi fisik, modifikasi 1. Kepada Dosen pengampuh mata kuliah
promosi kesehatan keperawatan
perilaku, dan intervensi farmakologis (Leong, universitas jember Ns. Niken Asih Laras
2015). Salah satu intervensi yang dapat dipakai Ati, S.Kep., M.Kep
2. Kepada orang tua kami yang selalu
yaitu bladder training yang mana menurut
mendukung dan mendoakan hinnga
penelitian (Alouini dkk, 2022) membutuhkan penulis tetap kuat untuk menyelesaikan
waktu enam minggu untuk memberikan dampak makalah ini
3. Kepada seluruh anggota kelas D
secara efektif angkatan 2022
Kesimpulan Penulis menyadari dari artikel ini masih
memeliki banyak kekurangan jika ada saran dan
Inkontinensia urin merupakan kondisi kritik kami terima untuk penyempurnaan
yang dialami tubuh dimana tubuh mengalami penulisan serupa yang akan datang. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bisa
ketidakmampuan dalam menahan keluarnya urine menjadi nilai positif.
sehingga urine yang terkumpul di buli-buli
Daftar pustaka
melampaui batas maksimal.
Agustina, A., Yuniarti, Y., & Okhtiarini, D.
(2021). Hubungan Tingkat Depresi
Dengan Kejadian Inkontinensia
Urine
Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna https://doi.org/10.1186/s12916-017-0828-2
Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru.
Jurnal Terapung : Ilmu - Ilmu Sosial,
3(2), 1.
https://doi.org/10.31602/jt.v3i2.6010
Alouini, S., Memic, S., & Couillandre, A.
(2022). Pelvic floor muscle training
for urinary incontinence with or
without biofeedback or
Electrostimulation in women: A
systematic review.
International Journal of Environmental
Research and Public Health, 19(5), 2789.
https://doi.org/10.3390/ijerph19052789
Insani, U., Supriatun, E., & Ratnaningsih, A.
(2019). Efektivitas Latihan Kegel dalam
Penurunan Kejadian Inkontinensia Urin
pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial
Lansia Purbo Yuwono Klampok Brebes.
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal
Bedah, 1(2), 21.
https://doi.org/10.32584/jikmb.v1i2.188
Leong, B.S., Mok, N.W. Effectiveness of a
new standardized Urinary Continence
Physiotherapy Program for community-
dwelling older women in Hong Kong.
Hong Kong Med. J. 2015, 21, 30–37.
Moa, H. M., Milwati, S., & Sulasmini, S. (2017).
Pengaruh Bladder Training terhadap
Inkontinensia Urin pada Lanjut Usia
di Posyandu Lansia Desa Sumberdem
Kecamatan Wonosari Malang. Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan,
2(2), 595–606.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fi
kes/article/view/450/368
Nurhasanah, T. & Hamzah, A. (2017).
Bladder Training Berpengaruh
Terhadap
Penurunan Kejadian Inkontinensia
Urine Pada Pasien Post Operasi Bph Di
Ruang Rawat Inap RSUD Soreang. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kesehatan, (5)1,79-
91.
Riemsma, R., Hagen, S., Kirschner-Hermanns,
R., Norton, C., Wijk, H., Andersson, K.,
Chapple, C., Spinks, J., Wagg, A., Hutt, E.,
Misso, K., Deshpande, S., Kleijnen, J., &
Milsom, I. (2017). Can incontinence be
cured? A systematic review of cure rates. BMC
Medicine, 15(1).
Suyanto, S. (2019). Inkontinensia Urin Pada Lansia
Perempuan. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama,
8(2), 127. https://doi.org/10.31596/jcu.v8i2.411
Smeltzer. S.C,. & Bare. B.B. (2013). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.
Waicang, R. (2022). Pengaruh Bladder Training
Terhadap Inkontinensia Urin Pada Pasien Post
Operasi : Literature Review. Jurnal Ilmu
Kesehatan Insan Sehat, 10(1), 51–59.
https://doi.org/10.54004/jikis.v10i1.62
Wilis, N. (2018). Inkontinensia, Tugas Keluarga,
TUGAS KELUARGA DALAM MENGHADAPI
INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA.
Jurnal Keperawatan Malang, 3(1), 7–15.
https://doi.org/10.36916/jkm.v3i1.53