Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Novel

Novel merupakan karya fiksi dengan bentuk prosa. Salah satu novel populer di Indonesia ialah Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama
Minke yang hidup pada masa sebelum kemerdekaan. Minke mengalami berbagai masalah sosial yang
membentuk kepribadiannya. Untuk mendalami kepribadian dari Minke, perlu adanya pengkajian
kepribadian Minke melalui pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra ialah suatu kegiatan
analisis karya sastra untuk mengetahui gejala kejiwaan tokoh dalam sebuah karya sastra. Salah satu
teori psikologi yang dapat digunakan ialah teori psikologi humanistik atau teori hierarki kebutuhan
Abraham Maslow.

According to Wellek and Waren, novels refer more to high reality and deep psychology, but basically the
birth of a novel is a description of a human condition and the environment of the society around us.
From that statement, it can be interpreted that a novel can be used as a mirror to look at the human
condition and society around us.

Meanwhile, Scholes defines a novel as a story that has a connection with imaginative or fictitious or real
events. Where the story is part of the novelist's shadow. The author gets an image in the mind through
observation or experience.

Virgina Wolf defines a novel as an exploration of the chronicle of life. It also includes the process of
contemplating and describing something that is influential, destructive, a bond of results or any activity.

Based on the defininition above,a novel is a long prose composition that contains a series of stories of a
person's life with the people around him by emphasizing the character and loyal nature of the actors.
Novels are works of fiction or works of the author's imagination that are not bound to facts or history.

Therefore, the definition of a fictional novel is a novel based on the imagination of the author. The
outline of the story may be derived from a true story, but the characters, setting, and plot are based on
the imagination of the director. Thus, there is no direct connection with the facts.

Pram

Pramoedya Ananta Toer was a novelist and cultural movement activist during Indonesia's Old Era and
New Era. Pramoedya is an Indonesian writer whose existence is recognized internationally, receiving
various world literary awards but in his own country became a political prisoner who was banished away
from the center of power for almost half of his life.

Pramoedya Ananta Toer is one of the Indonesian writers and movement figures who raised national
awareness with his writings through Balai Pustaka.

Balai Pustaka is a publishing house founded by the Dutch in 1908, originally called Commissie voor de
Inlandsche School en Volkslectuur or the Commission for Native School Reading and People's Reading.
This institution has published dozens of books and magazines that were then in Malay and various
regional languages namely Javanese, Sundanese, Madurese, Batak, Aceh, Bugis, and Makassar, and
written in Malay, Latin, Javanese, and Arabic. All types of writings had the opportunity to be published in
Balai Pustaka except works that contained elements of struggle.

……………………………………….

Bumi Manusia adalah cerita roman pertama dari Tetralogi Buru yang dibuatnya pada tahun 1975 ketika
masih mendekam di Penjara pulau Buru. Tetralogi Pulau Buru adalah empat seri novel semi-fiksi
sejarah Indonesia yang menceritakan perkembangan nasionalisme Indonesia. Dalam penulisannya,
Pramoedya Ananta Toer mengalami tekanan dari pemerintah yang berusaha membasmi partai
berhaluan kiri bahkan menghanguskan karya-karya yang berbau Marxis. Beberapa karya Parmoedya juga
dianggap berlaluan kiri, Bumi Manusia merupakan salah satu novel yang selamat, karena ia membuat
salinannya.

Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah masa
munculnya pemikiran politik etis dan masa awal periode kebangkitan nasional Indonesia. Masa ini juga
menjadi awal masuknya pemikiran rasional ke Hindia-Belanda, yaitu masa awal pertumbuhan organisasi.

Tema yang diangkat dalam Bumi Manusia adalah gambaran awal dari kebangkitan nasionalisme Bangsa
Indonesia sebagai sebuah revolusi terhadap pengembalian struktur kekuasaan yang sebelumnya dimiliki
oleh penjajah harus dikembalikan kepada masyarakat Indonesia. Kemudian mencoba menggali sejarah
Indonesia akhir abad ke-19 dengan tidak mengabaikan kelas kelas sosial yang ada pada masyarakat
Indonesia.

Novel tersebut berisi tentang latar cerita hukum Eropa dan Pribumi yang bersekat antara tuan kelas atas
(Borjuis) dan kaum rendahanPribumi (Proletar).

Sejarah mencatat kaum pribumi berada pada kelas bawah, bahkan dibawah ras Cina dalam sejarah
kekuasaan Eropa. Hukum belanda yang tak berpihak pada kaum pribumi, meski kaum terdidik tetap tak
sama dengan kaum terdidik dari keturunan Eropa.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke, seorang pemuda dari kalangan bangsawan kecil
Jawa yang digambarkan sebagai seorang revolusioner, ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi
pada bangsanya. Ia juga berani membrontak atau melakukan penyimpangan terhadap kebudayaan Jawa
yang selalu membuatnya berada di bawah.

Selain itu, dijelaskan pula tentang hubungan sosial budaya masyarakat Jawa (tradisional) dan Eropa
(modern) yang tercermin melalui alur cerita dan penokohan tokoh utamanya. Alur berjalan ketika tokoh
Minke bertemu dengan seorang gundik yang bernama Sanikem atau dipanggil Nyai Ontosoroh, Nyai
yang menunjukkan kearifan dan etika Eropa di dalam sikap, ucapan, dan tingkah laku yang sama sekali
membuka mata Minke tentang sosok gundik yang dianggap nista dan berstrata sosial sangat rendah dan
tertindas dalam pandangan seorang pribumi asli dan melalui pertemuan itulah pola pikir Minke mulai
berubah dari paham tradisional ke paham modern.

………….
Pramoedya Ananta Toer lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Ia merupakan anak
pertama dari delapan bersaudara. Ayahnya bernama Mastoer sedangkan Siti Saidah merupakan ibu dari
Pram. Ayah Pram merupakan keturunan priyayi Jawa yang berasal dari Kediri Jawa Timur. Sedangkan
ibunya Saidah berasal dari keluarga santri, di Rembang Jawa Tengah.

Ayahnya adalah seorang nasionalis kiri dan berpengaruh besar terhadap sang ibu yang berasal dari kaum
feodal kemudian berbalik menjadi nasionalis kiri. Itu berarti berarti mereka sangat tidak mau bekerja
dengan penjajah, baik di masa Jepang ataupun Belanda. Hal ini sangat membuat kondisi keuangan
keluarga Pram sangat tertekan.

Pada masa ini gerakan revolusi berkembang pesat di Indonesia, dapat dilihat hampir semua lapisan
kaum intelektual berkembang, termasuk ayah Pram.

Pram menghabiskan belasan tahun duduk di bangku sekolah dasar dan menyelesaikannya pada usia 15
tahun. Minatnya pada bidang sastra mulai muncul saat ia seringkali membeli dan menyewa buku saat ia
belajar di Sekolah Taman Siswa namun harus berhenti pada kelas 3 karena sekolah itu kemudian
dibubarkan oleh Jepang.

Tahun 1945, Pram bergabung dengan tentara Siliwangi (Militer) bersama puluhan pemuda lainnya di
Cikampek. Selama tergabung di Badan Keamanan Rakyat (BKR), Pram juga giat melawan tentara Belanda
yang berkeinginan ke Indonesia lagi paska Indonesia merdeka. Karir dalam dunia militerpun
mengantarkannya hingga mempunyai pangkat letnan dua. Namun Pram merasa hal itu bukanlah
dunianya berada di dunia politik dan militer, karena menurutnya dunia itu diwarnai konflik kepentingan,
Penyuapan, permusuhan, dan segudang tindakan buruk lainnya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk
keluar dari dunia militer pada 1 Januari 1947. Pram kembali ke dunia sastra setelah mengundurkan diri
dari militer. Pada Januari 1947 Pram diangkat sebagai redaktur Majalah Sadar. Lingkungan persurat
kabaran mempertemukannya dengan H.B. Jassin yang notabene adalah sastrawan dan pakar jurnalis.

Pada 21 Juli 1947, Pram yang sedang berusia 22 tahun dijebloskan ke penjara oleh marinir Belanda di
Bukitduri Jatinegara, Jakarta karena menyebarkan pamflet-pamflet dan majalah perlawanan. Memang
pada tahun tersebut Belanda sedang melakukan Agresi Militer pertama. Pada usia yang masih muda,
kehidupan penjara membuatnya frustasi. Hingga ada satu waktu yang membuat Pram mempunyai
niatan untuk bunuh diri karena merasa frustasi. Niat untuk bunuh diri akhirnya ia urungkan setelah
mendapat kesenangan dari tulis menulis. Fasilitas penjara Bukitduri membuatnya betah, karena
disuguhkan buku-buku dan alat untuk menulis. Penjara sama sekali tidak membuat Pram terkekang.
Bahkan sampai melahirkan karya berjudul “Perburuan” yang menang dalam lomba menulis oleh Balai
Pustaka 1949.

Pada tahun 1960, Pramoedya Ananta Toer kembali dipenjara karena karyanya tentang masyarakat
minoritas Tionghoa yang berjudul “Hao Kiau di Indonesia” yang terbit pada tahun 1960. Dengan didasari
rasa kemanusiaan, Pram tetap membela orang asing Tionghoa. Sejalan dengan tumbangnya Orde Lama,
akhirnya Pram dibebaskan atas desakan dunia internasional.

Pada 13 Oktober 1965 Pram di zaman Orde Baru dituduh komunis, tetapi tuduhannya tidak diproses di
pengadilan. Pram langsung dijebloskan ke penjara Salemba dan Tanggerang sampai tahun 1969, lalu
dipindahkan lagi ke Pulau Buru sampai 12 November 1979. Di Pulau Buru Pram menjalani masa tahanan
terlama dan menyelesaikan karya tetralogi Pulau Buru yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak
Langkah dan Rumah Kaca.

Setelah bebas dari penjara, ternyata sebagai masyarakat normal dan sebagai warga negara Indonesia
tidak sama seperti dulu. Kebebasan bicara yang dibatasi dan karya-karya nya yang terus dilarang.

Di dunia internasional, Pram menjadi lambang perjuangan demi hak asasi manusia karena pemerintahan
Orde Baru tidak memperhatikan hak asasi manusia. Di Indonesia sendiri Pramoedya Ananta Toer pada
rezim Soeharto adalah simbol perlawanan dan korban kekerasan. Namun dengan begitu perlakuan
tersebut tidak membuat Pram menjelek-jelekan Indonesia dalam karya-karyanya. Justru Pram mengajak
seluruh rakyat Indonesia untuk tidak melupakan para pahlawan yang telah memberikan tenaga,
pemikiran, air mata dan nyawa nya untuk Indonesia.

Banyak sekali karya Pram yang dilarang bahkan sampai diambil dan dibakar karena sebagian besar dari
karyanya didasari oleh penindasan, ketidakadilan dan juga mengajarkan tentang perlawanan. Beberapa
diantaranya adalah Ditepi Kali Bekasi (1951), disita Nefis (organisasi intelijen tantara Belanda di
Indonesia) karena didasari oleh kejadian, percakapan, tokoh dan situasi yang sebenarnya. Kemudian
Perburuan (1950) dilarang karena mengandung unsur komunis. Panggil Aku Kartini Saja (1963) bagian III
dan IV dibakar Angkatan Darat, Bumi Manusia (1980) dilarang Jaksa Agung pada 1981 dengan tuduhan
propaganda ajaran-ajaran Marxisme-Leninisme dan Komunisme, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995)
yang disita Jaksa Agung serta sederet karya-karya lain yang dilenyapkan.

Karya yang dihasilkan Pram mendapat banyak apresiasi dari publik, bukan hanya dalam negeri tetapi
juga luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diterima Pram dari luar negeri.
Salah satunya saat Pram berhasil menerima Ramon Magsaysay Award dari Philipina pada tahun 1995. Ia
mendapat penghargaan ini untuk kategori, Journalism, Literature and Creative Communication Art
(JLCCA). Ramon Magsaysay adalah sebuah penghargaan yang dibentuk pada bulan April 1957, oleh para
amanat Rockefeller Brothers Fund (RBF) yang berpusat di Kota New York, Amerika Serikat.

Pada 30 April 2006 ia wafat dalam usia 81 tahun. Kegemarannya dalam menulis tak membuat Pram
berhenti dalam usia senjanya. Karena dalam tulis menulis Pram muncul sebagai sosok yang melegenda
atas keberaniannya, tragis dan dramatik. Hal itulah yang membuat nya dikenang oleh generasi
berikutnya.
https://katadata.co.id/agung/berita/62be84ff75772/4-rekomendasi-novel-fiksi-yang-menarik-untuk-
dibaca

https://penerbitdeepublish.com/pengertian-novel/

https://balaipustaka.co.id/?page_id=28

https://voi.id/memori/13838/sejarah-balai-pustaka-dibuat-belanda-supaya-bumiputra-lupa-merdeka

https://www.cepuraya.com/2021/03/pramoedya-ananta-toer.html

This Earth of Mankind

Novel merupakan karya fiksi dengan bentuk prosa. Salah satu novel populer di Indonesia ialah Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama
Minke yang hidup pada masa sebelum kemerdekaan

Menurut Nurgiyantoro (2005: 9) menyebutkan bahwa novel sebagai karya fiksi


menawarkan sebuah dunia. Dunia yang berisi model kehidupan yang ideal. Dunia imajinatif yang
dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan),
latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya saja bersifat iamjinatif. Dalam novel karya
fiksi, dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya mulai dari penokohan, alur, tema, amanat,
serta bahasa. Jadi, dari segala unsur pembangun novel terjadi keterjalinan unsur instrinsiknya.
Sedangkan menurut H.B. Jassin (Nurgiyantoro, 2005: 16) novel merupakan suatu cerita
yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih
banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai suatu episode.

dapat disimpulkan bahwa novel merupakan salah satu wujud cerita rekaan yang
mengisahkan salah satu bagian nyata dari kehidupan orang-orang dengan segala pergolakan
jiwanya dan melahirkan suatu konflik yang pada akhirnya dapat mengalihkan jalan kehidupan
mereka atau nasib hidup mereka. Novel sebagai karya fiksi dibangun melalui unsur intrinsiknya
seperti beberapa macam unsur antara lain penokohan, alur, tema, amanat, serta bahasa.
Dengan demikian, hakikat novel adalah suatu cerita yang menggambarkan pengalaman dan
pemikiran manusia sebagai tanggapan dan menyikapi kehidupan atau relitas yang melingkupi
diri seorang pengarang yang diuraikan bersama daya kreatif, imajinatif, dan interpretasi.
Sastra dalam kehidupan masyarakat juga memiliki kedudukan berarti, apa yang dituliskan saat ini tidak
hanya bernilai saat ini saja, akan tetapi juga memiliki nilai di kehidupan akan datang. Perihal tersebut
menunjukan bahwa di dalam karya sastra terdapat nilai sejarah yang menangkap realita dari masa ke
masa tertentu. Akan tetapi bukan menjadi keharusan bahwa karya sastra yang tercipta merupakan
pencerminan situasi kondisi pada saat karya sastra tersebut ditulis.

Sejarah merupakan salah satu objek yang dapat mempengaruhi unsur pembentuk karya sastra. Fakta
sosial masyarakat sastra dapat menggambarkan atau menceritakan sejarah yang dialami oleh seseorang
di eranya. Sejarah jika dituliskan dalam sebuah karya sastra, maka akan menjadikan karya sastra
tersebut lebih hidup dan dapat dijadikan sebagai pengetahuan di masa akan datang. Sejarah atau segala
sesuatu yang sudah terjadi tidak akan dapat diulang kembali akan tetapi dapat dijadikan pengetahuan
dan pembelajaran agar kedepannya menjadi lebih baik.

Karya sastra terbagi atas tiga, yaitu karya sastra berbentuk prosa, karya sastra berbentuk puisi, dan
karya sastra berbentuk drama (Atmazaki, 2007:28). Novel merupakan sebuah karya yang merupakan
cerminan dari masyarakat sekitarnya. Semi (2005:24) menyatakan bahwa novel adalah pengungkapan
suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang dan pemusatan pikiran yang tegas. Dalam hal
ini, novel merupakan suatu wadah dalam menyampaikan ide sesuai dengan apa yang dipikirkan atau
dirasakan sastrawan. Sastrawan yang profesional akan berusaha memahami kehidupan dan
menghasilkan karya sastra yang benar-benar bermanfaat dan terdapat pesan bagi pembacanya. Novel
juga memiliki struktur yang mendukungnya seperti penokohan, alur, latar, tema, dan amanat. Struktur
tersebut memberikan kesan hidup pada novel.

Sastra dewasa ini menjadi ajang penyampaian pesan moral kepada masyarakat atas realitas sosial. Karya
sastra tercipta dalam kurun waktu tersendiri dan menjadi penggerak tentang keadaan dan situasi yang
terjadi pada masa penciptaan karya sastra itu, baik sosial budaya, agama, politik, ekonomi, dan
pendidikan. Selain itu karya sastra dapat digunakan sebagai dokumen sejarah yang menangkap realita
dari masa ke masa tertentu. Akan tetapi bukan menjadi keharusan bahwa karya sastra yang tercipta
merupakan pencerminan situasi kondisi pada saat karya sastra ditulis. Salah satu bentuk “susastra”
sebagai penuangan ide kreatif pengarang adalah novel.

Wellek (1990: 110) menjelaskan bahwa sastra merupakan ungkapan perasaan masyarakat, yaitu
cerminan dan ekspresi hidup suatu kelompok sosial yang terjadi di sekitar kehidupan pengarang.
Pengarang tidak harus mengekspresikan kehidupanya secara keseluruhan, tetapi harus dapat
memadukan antara apa yang dialami, apa yang diketahui, dan imajinasi yang dimiliki.
Karya sastra ibarat sebuah miniatur kehidupan nyata. Persoalan-persoalan yang diangkat oleh
pengarang dalam karya sastra tidak lepas dari pengalaman nyata dan kehidupan seharihari. Tetapi,
dalam penyampaiannya pengarang memang harus menambah dan mengemasnya dengan gaya bahasa
yang berbeda sehingga mampu membuat pembaca terbawa dalam cerita tersebut.

Kehadiran tokoh dalam sebuah cerita sangatlah penting, tanpa ada tokoh dalam sebuah cerita, cerita
tidak akan hidup. Oleh karena itu, tokoh memberikan konstribusi yang sangat penting dalam karya
sastra begitu juga dengan alur, latar, tema, dan amanat. Unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi
dalam membangun sebuah karya sastra yang akan diciptakan.

Pengarang dalam menciptakan sebuah karya tentu memperhatikan unsur-unsur pembangun karya
sastra itu sendiri, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Lomme dalam Pradotokusumo (2005: 116)
menjelaskan bahwa karya sastra itu bersifat mimetik yang berarti tiruan kehidupan Manusia.

You might also like