Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

HUBUNGAN KEPATUHAN BEROBAT DENGAN KADAR GULA

DARAH SEWAKTU PENDERITA LUKA DIABETIK


Cut Asyura1, Mursal2, Feandi Putera3
1,2,3
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
*Correspondence: mursal@stikeslhokseumawe,ac.id

ABSTRACT

Success in managing blood sugar levels to prevent complications can be achieved through
compliance, by following the recommendations given in the form of diet, medication, taking
medication, and controlling blood sugar levels. This study aims to determine the relationship
between medication adherence and blood sugar levels during diabetic wounds. This study used a
cross-sectional approach. The population was all patients with diabetic wounds, with a total of 100
respondents. The sampling used is an accidental sampling technique. The study was carried out
from 03 to 06 September 2022. The data was collected using the MMAS questionnaire while the
GDS used a glucometer. The analysis was carried out by a computerized process through the chi-
square test. Based on the results, it was found that adherence to treatment for diabetic wound
patients was in the non-adherent category (28.6%), and blood sugar levels when diabetic wound
patients were in the hyperglycemia category (39.8%). The results of the p-value = 0.002 <0.05, it
can be concluded that there is a relationship between medication adherence and blood sugar levels
during diabetic wounds. It is expected that respondents checking their sugar levels should be done
regularly and improve diabetes mellitus diet compliance so that blood sugar levels can be
controlled.

Keywords : Compliance, Blood Sugar Levels, Diabetic Wounds

ABSTRAK

Keberhasilan pengelolaan kadar gula darah untuk mencegah komplikasi dapat dicapai salah satunya
melalui kepatuhan, yaitu dengan patuh sesuai anjuran yang diberikan dalam bentuk diet,
pengobatan, minum obat, maupun kontrol kadar gula darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan kepatuhan berobat dengan kadar gula darah sewaktu penderita luka diabetik. Desain
penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
penderita luka diabetik yang berjumlah 100 responden. Adapun pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 03 sampai
dengan 06 September 2022. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner MMAS sedangkan
untuk GDS menggunakan glukometer. Analisa dilakukan dengan proses komputerisasi melalui uji
chi square. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kepatuhan berobat penderita luka
diabetik berada pada kategori tidak patuh (28.6%) dan kadar gula darah sewaktu penderita luka
diabetik berada pada kategori hiperglikemia (39.8%). Hasil nilai p-value= 0.002<0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan kepatuhan berobat dengan kadar gula darah sewaktu penderita
luka diabetik. Diharapkan kepada responden untuk melakukan pemeriksaan kadar gula sebaiknya
dilakukan secara rutin dan meningkatkan kepatuhan diet diabetes mellitus agar kadar gula darah
dapat terkontrol.

Kata Kunci : Kepatuhan, Kadar Gula Darah, Luka Diabetik

PENDAHULUAN Kepatuhan (adherence) secara umum


merupakan tingkatan perilaku seseorang

1
dalam mendapatkan pengobatan, mengikuti penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada
diet, dan atau melaksanakan perubahan gaya tahun 2020 terdapat 8,4 juta orang, jumlah
hidup sesuai dengan rekomendasi yang telah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di
disetujui oleh pemberi pelayanan kesehatan. dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah
Kepatuhan pasien diabetes berkaitan dengan India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan
perilaku bagaimana pasien merawat kesehatan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan
dirinya (self-care) atau mengatur dirinya (self- jumlah penderita Diabetes mellitus akan
management), dimana pasien aktif memonitor meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4
dan merespon terhadap perubahan lingkungan juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3
dan kondisi biologis dengan cara juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah
menyesuaikan terhadap berbagai aspek penderita Diabetes Mellitus tahun 2021 di
perawatan untuk memelihara keadekuatan dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta
metabolisme dan mengurangi kemungkinan orang dan diperkirakan tahun 2030 menjadi
terjadinya komplikasi. Perilaku perawatan diri 366 juta orang (WHO, 2021).
meliputi pemantauan glukosa darah atau urin Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
di rumah, penyesuaian diet, pemberian (Riskesdas) tahun 2018 oleh Departemen
pengobatan (insulin atau obat hipoglikemik Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata
oral), keteraturan aktivitas fisik, perawatan prevalensi DM di daerah urban untuk usia di
kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil
perilaku lainnya tergantung pada jenis diabetes terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan
(Misnadiarly, 2020). terbesar di Propinsi Maluku Utara dan
Pengendalian kadar gula darah Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%.
merupakan hal yang penting dalam Sedangkan prevalensi toleransi glukosa
penanganan diabetes mellitus. Pasien diabetes terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% di
perlu memahami faktor-faktor yang Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi
berpengaruh untuk mengendalikan kadar gula Papua Barat dengan rerata sebesar 10.2%
darah, yaitu diet, aktivitas fisik, kepatuhan (Riskesdas, 2018).
minum obat, dan pengetahuan. Keberhasilan Prevalensi penderita luka diabetik di
pengelolaan kadar gula darah untuk mencegah Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
komplikasi dapat dicapai salah satunya angka mortalitas 32% dan luka diabetik
melalui kepatuhan dalam terapi farmakologi. merupakan sebab perawatan rumah sakit yang
Kepatuhan merupakan perubahan perilaku terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes
sesuai perintah yang diberikan dalam bentuk mellitus. Penderita luka diabetik di Indonesia
terapi latihan, diet, pengobatan, maupun memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta
kontrol penyakit kepada dokter (Soegondo, sampai Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5 juta
2018). per tahun untuk seorang penderita (Kemenkes,
Keadaan kadar glukosa darah 2021). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
meningkat dapat menyebabkan terjadinya Dasar (Riskesdas) tahun 2018, proporsi DM di
resiko ulkus kaki yang sukar disembuhkan Indonesia mencapai 6,9% (Riskesdas, 2018).
antara lain penurunan kemampuan pembuluh Berdasarkan hasil surveilans terpadu
darah dalam berkontraksi maupun relaksasi penyakit berbasis Puskesmas (kasus baru) di
akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun
tungkai kurang baik dan keadaan 2019 jumlah luka diabetik sebanyak 1.480
hiperglikemia merupakan lingkungan yang orang, luka diabetik menduduki ranking kedua
subur untuk berkembang biaknya kuman dari 10 penyakit berbasis Puskesmas,
patogen yang bersifat anaerob karena plasma kemudian pada tahun 2020 terjadinya
darah penderita diabetes yang tidak terkontrol penurunan jumlah luka diabetik yaitu 1.240
baik dan memiliki kekentalan (viskositas) orang, dan pada tahun 2021 terjadinya
yang tinggi akibatnya aliran darah melambat peningkatan jumlah luka diabetik sebanyak
dan suplai oksigen berkurang (Maryunani, 3.555 orang (Dinkes Aceh, 2021).
2017). Hasil Dinas Kesehatan Kabupaten
Menurut survei yang di lakukan oleh Bireuen menyatakan bahwa prevalensi orang
organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah dengan luka diabetik di Kabupaten Bireuen

2
pada tahun 2019 sebesar 2,1% berdasarkan peneliti, yang menjadi sampel dalam
hasil diagnosis dokter/tenaga kesehatan, tahun penelitian ini adalah seluruh penderita luka
2020 prevalensi orang dengan luka diabetik di diabetik pada bulan Januari sampai dengan
Kabupaten Bireuen sebesar 3,8% berdasarkan Desember 2021 yang berjumlah 98 orang.
hasil diagnosis dokter/tenaga kesehatan. Analisa data dalam penelitian ini, yaitu
Tahun 2021 prevalensi orang dengan luka analisis univariat yang bertujuan untuk
diabetik di Kabupaten Bireuen sebesar 2,28% menjelaskan atau mendeskripsikan setiap
berdasarkan hasil diagnosis dokter/tenaga variabel penelitian. Analisis bivariat adalah
kesehatan (Dinkes Bireuen, 2021). analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
Berdasarkan data awal penderita luka yang diduga berhubungan atau berkolerasi.
diabetik pada bulan Januari sampai dengan Dilakukan uji chi-square dengan tingkat
Desember 2021 yang berjumlah 98 orang, kemaknaan 95% (α = 0,05).
kemudian peneliti melakukan wawancara
dengan 10 orang penderita luka diabetik, HASIL PENELITIAN
didapatkan 7 penderita kurang patuh dalam 1. Analisa Univariat
berobat seperti pemantauan glukosa darah atau a. Karakteristik Responden
urin di rumah, penyesuaian diet, pemberian, Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
keteraturan aktivitas fisik, perawatan kaki, Responden (n=98)
keteraturan kunjungan berobat, serta perilaku
lainnya sehingga menyebabkan kadar gula No Umur Frekuensi Persentase
darahnya tidak terkontrol. Sedangkan 5 (%)
penderita patuh dalam berobat karena mereka 1 46-55 tahun 28 28.6
takut akan kakinya di amputasi sehingga 2 56-65 tahun 39 39.8
selalu patuh akan segala perintah yang 3 >65 tahun 31 31.6
diberikan oleh dokter. Jumlah 98 100
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Berdasarkan latar belakang dan
1 Laki-Laki 45 45.9
penelitian terkait diatas maka yang menjadi 2 Perempuan 53 54.1
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Jumlah 98 100
bagaimana hubungan kepatuhan berobat No Pendidikan Frekuensi Persentase
dengan kadar gula darah sewaktu penderita (%)
luka diabetik. 1 SD 15 15.3
2 SMP 22 22.4
METODELOGI 3 SMA 37 37.8
Desain penelitian ini bersifat kuantitatif 4 DIII 13 13.3
dengan pendekatan cross sectional. Desain 5 PT 11 11.2
penelitian cross sectional merupakan suatu Jumlah 98 100
penelitian yang mempelajari korelasi antara No Pekerjaan Frekuensi Persentase
paparan atau faktor risiko (independen) (%)
dengan akibat atau efek (dependen), dengan 1 Petani 35 35.7
pengumpulan data dilakukan bersamaan 2 PNS 11 11.2
3 Pedagang 14 14.3
secara serentak dalam satu waktu antara faktor
4 Pekerja Swasta 18 18.4
risiko dengan efeknya (point time approach), 5 IRT 20 20.4
artinya semua variabel baik variabel Jumlah 98 100
independen maupun variabel dependen
diobservasi pada waktu yang sama (Masturoh, Berdasarkan tabel 1 diatas, didapatkan
2018). bahwa umur responden berada pada umur 56-
Populasi dalam penelitian adalah 65 tahun yang berjumlah sebanyak 39
seluruh penderita luka diabetik pada bulan responden (39.8%), jenis kelamin mayoritas
Januari sampai dengan Desember 2021 yang berada pada perempuan yang berjumlah
berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sebanyak 53 responden (54.1%), pendidikan
sampel dalam penelitian ini menggunakan responden mayoritas berada pada pendidikan
teknik accidental sampling yaitu siapa saja SMA yang berjumlah sebanyak 37 responden
yang secara kebetulan bertemu dengan

3
(37.8%) dan pekerjaan responden mayoritas 51.3% 25.6% 23.1% 100%
berada pada petani yang berjumlah sebanyak 31 28 39 98
Jumlah
35 responden (35.7%). 31.6% 28.6% 39.8% 100%

b. Kepatuhan Berobat Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan bahwa responden yang tidak patuh dalam
Berobat (n=98) berobat lebih banyak yang hiperglikemia
sebanyak 30 responden (50.8%), dibandingkan
No Kepatuhan Frekuensi Persentase responden yang patuh dalam berobat lebih
Berobat (%) banyak yang hipoglikemia sebanyak 20
1 Tidak Patuh 59 60.2 responden (51.3%). Hasil uji statistik
2 Patuh 39 39.8 menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,002,
Jumlah 98 100 sehingga p-value = 0,002 < α= 0,05 hal ini
terbukti bahwa ada hubungan kepatuhan
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat berobat dengan kadar gula darah sewaktu
disimpulkan bahwa kepatuhan berobat penderita luka diabetik.
penderita luka diabetik responden yang berada
pada kategori tidak patuh lebih tinggi PEMBAHASAN
sebanyak 59 responden (60.2%), dibandingkan 1. Kepatuhan Berobat
dengan kategori patuh sebanyak 39 responden Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
(39.8%). bahwa kepatuhan berobat penderita luka
diabetik di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
c. Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Luka Juli-2 Kabupaten Bireuen responden yang
Diabetik berada pada kategori tidak patuh lebih tinggi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kadar Gula sebanyak 59 responden (60.2%), dibandingkan
Darah Sewaktu (n=98) dengan kategori patuh sebanyak 39 responden
(39.8%).
No Kadar Gula Frekuensi Persentase Menurut Taylor (2019), kepatuhan
Darah (%) adalah memenuhi permintaan orang lain,
1 Hipoglikemia 31 31.6 didefinisikan sebagai suatu tindakan atau
2 Normal 28 28.6 perbuatan yang dilakukan berdasarkan
3 Hiperglikemia 39 39.8
keinginan orang lain atau melakukan apa-apa
Jumlah 98 100
yang diminta oleh orang lain, kepatuhan
mengacu pada perilaku yang terjadi sebagai
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat
respons terhadap permintaan langsung dan
disimpulkan bahwa kadar gula darah sewaktu
berasal dari pihak lain.
penderita luka diabetik responden yang
Menurut asumsi peneliti pasien berhenti
hiperglikemia lebih tinggi sebanyak 39
meminum obat diabetes jika merasa kondisi
responden (39.8%), dibandingkan dengan
kesehatan lebih baik atau lebih buruk. Selain
yang normal sebanyak 28 responden (28.6%),
itu, pasien seringkali lupa meminum obat dan
sedangkan hipoglikemia sebanyak 31
membawa obat saat berpergian. Hal ini
responden (31.6%).
menunjukkan kurangnya pengetahuan pasien
terkait pentingnya menggunakan obat diabetes
2. Analisa Bivariat
secara teratur berdasarkan regimen terapi yang
Tabel 4. Hubungan Kepatuhan Berobat
diberikan.
Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu
Hasil penelitian maka dapat
Penderita Luka Diabetik (n=98)
disimpulkan kepatuhan berobat penderita luka
diabetik di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kepatu Kadar Gula Darah
han Hipogli Hipergli
Tot P Juli-2 Kabupaten Bireuen responden yang
Normal al Value berada pada kategori tidak patuh, hal ini
Berobat kemia kemia
Tidak 11 18 30 59 0.002 disebabkan oleh masih ada responden yang
Patuh 18.6% 30.5% 50.8% 100% pendidikan rendah sehingga kurangnya
Patuh 20 10 9 39 pemahaman dalam bagaimana tata cara

4
mengontrol kadar gula darah sewaktu responden yang patuh dalam berobat lebih
penderita luka diabetik. banyak yang hipoglikemia sebanyak 20
responden (51.3%). Hasil uji statistik
2. Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,002,
Luka Diabetik sehingga p-value = 0,002 < α= 0,05 hal ini
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan terbukti bahwa ada hubungan kepatuhan
bahwa kadar gula darah sewaktu penderita berobat dengan kadar gula darah sewaktu
luka diabetik di Wilayah Kerja UPTD penderita luka diabetik di Wilayah Kerja
Puskesmas Juli-2 Kabupaten Bireuen UPTD Puskesmas Juli-2 Kabupaten Bireuen.
responden yang hiperglikemia lebih tinggi Luka kaki diabetik berkontribusi
sebanyak 39 responden (39.8%), dibandingkan terhadap >50% luka kaki penderita diabetes
dengan yang normal sebanyak 28 responden dan sering tidak menimbulkan rasa nyeri
(28.6%), sedangkan hipoglikemia sebanyak 31 disertai lebam. Luka diabetik kalau tidak
responden (31.6%). segera mendapatkan pengobatan dan
Kadar gula darah merupakan sejumlah perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi
glukosa yang terdapat di plasma darah yang segera meluas dan dalam keadaan lebih
(Misnadiarly, 2020). Pemantauan kadar gula lanjut memerlukan tindakan amputasi. Luka
darah sangat dibutuhkan dalam menegakkan diabetik merupakan komplikasi menahun yang
sebuah diagnosa terutama untuk penyakit paling ditakuti dan mengesalkan bagi
diabetes melitus (DM), kadar glukosa darah penderita DM, baik ditinjau dari lamanya
dapat di periksa saat pasien sedang dalam perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk
kondisi puasa atau bisa juga saat pasien datang pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali
untuk periksa, dengan hasil pemeriksaan kadar lebih banyak dibandingkan tanpa luka
glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl, sedang (Djokomoeljanto, 2018).
untuk hasil kadar glukosa saat puasa > 126 Kepatuhan (adherence) secara umum
mg/dl (Soegondo, 2017). merupakan tingkatan perilaku seseorang
Menurut asumsi peneliti keberhasilan dalam mendapatkan pengobatan, mengikuti
pengelolaan kadar gula darah untuk mencegah diet, dan atau melaksanakan perubahan gaya
komplikasi dapat dicapai salah satunya hidup sesuai dengan rekomendasi yang telah
melalui kepatuhan dalam terapi farmakologi. disetujui oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Kepatuhan merupakan perubahan perilaku Kepatuhan pasien diabetes berkaitan dengan
sesuai perintah yang diberikan dalam bentuk perilaku bagaimana pasien merawat kesehatan
terapi latihan, diet, pengobatan, maupun dirinya (self-care) atau mengatur dirinya (self-
kontrol penyakit kepada dokter. management), dimana pasien aktif memonitor
Hasil penelitian maka dapat dan merespon terhadap perubahan lingkungan
disimpulkan kadar gula darah sewaktu dan kondisi biologis dengan cara
penderita luka diabetik di Wilayah Kerja menyesuaikan terhadap berbagai aspek
UPTD Puskesmas Juli-2 Kabupaten Bireuen perawatan untuk memelihara keadekuatan
responden yang hiperglikemia, hal ini metabolisme dan mengurangi kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya kepatuhan terjadinya komplikasi. Perilaku perawatan diri
penderita luka diabetik dalam kepatuhan meliputi pemantauan glukosa darah atau urin
berobat sehingga kadar gula penderita luka di rumah, penyesuaian diet, pemberian
diabetik tidak terkontrol. pengobatan (insulin atau obat hipoglikemik
oral), keteraturan aktivitas fisik, perawatan
kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta
perilaku lainnya tergantung pada jenis diabetes
3. Hubungan Kepatuhan Berobat Dengan (Misnadiarly, 2020).
Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Keadaan kadar glukosa darah
Luka Diabetik meningkat dapat menyebabkan terjadinya
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan resiko ulkus kaki yang sukar disembuhkan
bahwa responden yang tidak patuh dalam antara lain penurunan kemampuan pembuluh
berobat lebih banyak yang hiperglikemia darah dalam berkontraksi maupun relaksasi
sebanyak 30 responden (50.8%), dibandingkan akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari

5
tungkai kurang baik dan keadaan patuh dalam berobat lebih banyak yang
hiperglikemia merupakan lingkungan yang hipoglikemia sebanyak 20 responden (51.3%),
subur untuk berkembang biaknya kuman dikarenakan responden patuh dan memahami
patogen yang bersifat anaerob karena plasma pengelolaan kadar gula darah untuk mencegah
darah penderita diabetes yang tidak terkontrol komplikasi dapat dicapai salah satunya
baik dan memiliki kekentalan (viskositas) melalui kepatuhan dalam terapi farmakologi
yang tinggi akibatnya aliran darah melambat dan responden patuh sesuai perintah yang
dan suplai oksigen berkurang (Maryunani, diberikan dalam bentuk terapi latihan, diet,
2017). pengobatan, maupun kontrol penyakit kepada
Pengendalian kadar gula darah dokter.
merupakan hal yang penting dalam Hasil penelitian maka dapat
penanganan diabetes mellitus. Pasien diabetes disimpulkan ada hubungan kepatuhan berobat
perlu memahami faktor-faktor yang dengan kadar gula darah sewaktu penderita
berpengaruh untuk mengendalikan kadar gula luka diabetik di Wilayah Kerja UPTD
darah, yaitu diet, aktivitas fisik, kepatuhan Puskesmas Juli-2 Kabupaten Bireuen,
minum obat, dan pengetahuan. Keberhasilan kepatuhan berobat sangat mempengaruhi
pengelolaan kadar gula darah untuk mencegah dalam kadar gula darah sewaktu penderita
komplikasi dapat dicapai salah satunya luka diabetik, jika penderita luka diabetik
melalui kepatuhan dalam terapi farmakologi. tidak patuh dalam berobat maka kadar gula
Kepatuhan merupakan perubahan perilaku darah kadar gula darah tidak akan terkontrol.
sesuai perintah yang diberikan dalam bentuk Diharapkan kepada responden untuk
terapi latihan, diet, pengobatan, maupun melakukan pemeriksaan kadar gula sebaiknya
kontrol penyakit kepada dokter (Soegondo, dilakukan secara rutin, pengaturan pola makan
2018). lebih diperketat, melakukan kegiatan berolah
Hasil penelitian Oryza (2018), dengan raga secara rutin dan penderita luka diabetik
judul Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti sebaiknya minum obat sesuai anjuran dokter
Diabetik dengan Regulasi Kadar Gula Darah dan tepat waktu, sehingga kadar gula darah
pada Pasien Perempuan Diabetes Mellitus. dapat terkontrol.
Hasil: Pasien dengan gula darah tidak
teregulasi menunjukkan sebanyak 46,2% KESIMPULAN
patuh dan 53,8% tidak patuh dalam minum Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
obat anti diabetik. Pasien dengan gula darah bahwa kepatuhan berobat penderita luka
teregulasi menunjukkan sebanyak 92,3% diabetik berada pada kategori tidak patuh
patuh dan 7,7% tidak patuh dalam minum obat (28.6%) dan kadar gula darah sewaktu
anti diabetik. Uji chi square menunjukkan penderita luka diabetik berada pada kategori
terdapat hubungan antara kepatuhan minum hiperglikemia (39.8%). Hasil nilai p-value=
obat anti diabetik dengan regulasi kadar gula 0.002<0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
darah pada pasien diabetes melitus dengan ada hubungan kepatuhan berobat dengan kadar
nilai p=0,015 dan nilai OR sebesar 14 dengan gula darah sewaktu penderita luka diabetik.
CI 95% (1,385-141,485) yang berarti
responden yang tidak patuh minum obat anti UCAPAN TERIMA KASIH
diabetik berisiko 14 kali mengalami regulasi Peneliti mengucapkan terimakasih
gula darah yang buruk dibandingkan dengan kepada seluruh pihak Puskesmas Juli-2 yang
pasien yang patuh dalam minum obat anti telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
diabetik.
Menurut asumsi peneliti responden DAFTAR PUSTAKA
yang tidak patuh dalam berobat lebih banyak
yang hiperglikemia sebanyak 30 responden American Diabetes Association. (2021).
(50.8%), hal ini disebabkan oleh responden Standards of Medical Care in
memahami faktor-faktor yang berpengaruh Diabetes 2014. USA.
untuk mengendalikan kadar gula darah, yaitu Bustan, M. (2017). Epidemiologi Penyakit
diet, aktivitas fisik, kepatuhan minum obat, Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
dan pengetahuan. Sedangkan responden yang

6
Dinkes Aceh, (2021). Angka Kejadian wnload/general/Hasil%20Riskesdas
Diabetes Melitus di Aceh. Banda %20 2016.pdf.
Aceh: Provinsi Aceh. Riyadi, S. M. (2017). Buku Keperawatan
Dinkes Bireuen, (2021). Angka Kejadian Medikal Bedah. Pustaka Pelajar:
Diabetes Melitus di Kabupaten Yogyakarta.
Bireuen. Kota Juang: Kabupaten Slamet, (2017). Kiat Meningkatkan Kinerja.
Bireuen. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka
Djokomoeljanto. (2019). Hypothyroidi di Cipta.
Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Smeltzer & Bare. (2020). Buku Ajar
Naskah Simposium GAKI: 35-46. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Semarang: Badan Penerbit Undip. dan. Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta
Hendra, M. (2019). Neuromuscular : EGC.
Facilitation Pada Ulkus Diabetikum Soegondo S. (2017). Diabetes Mellitus
the Effectiveness of Low Power Laser Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta:
Therapy and Proprioceptive FKUI.
Neuromuscular Facilitation on Grade Soegondo S. (2018). Diabetes Mellitus
2 Diabetic Foot Ulcers. 43–50. Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta:
Kemenkes R.I, (2021). Buku Angka Kejadian FKUI.
Diabetes Melitus di Indonesia. Soewondo, S. (2019). Penatalaksanaan
Jakarta: Ditjen Kesehatan Indonesia. Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
Masturoh, I. (2018). Metodologi Penelitian PT. Rineka Cipta.
Kesehatan. Kementerian Kesehatan Sulistyaningsih, (2018). Metodelogi
RI. Jakarta. Penelitian Kuantatif-Kualitatif.
Muhammad, I (2018). Pemanfaatan SPSS Yogyakarta : Graha Ilmu.
Dalam Penelitian Bidang Kesehatan Susanti, M.L. (2017). Dukungan Keluarga
dan Umum. Bandung: Citapustaka Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien
Media Perintis. DM di Ruang Rawat Inap RS. Baptis
Mariam, T. G. et al. (2017). Prevalence of Kediri. Jurnal STIKES.Vol.6, No.1.(1-
Diabetic Foot Ulcer and Associated 10).
Factors among Adult Diabetic Taylor E, Shelley. (2019). Psikologi Sosial
Patients Who Attend the Diabetic Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana.
Follow-Up Clinic at the University of Umami & Hani. (2018). Manajemen
Gondar Referral Hospital , North Personalia dan Sumber Daya
West Ethiopia, 2016 : Institutional- Manusia. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Based Cross-Sectional Study, Journal WHO. (2021). Progres toward achieving the
of Diabetes Research, 2017. fight millennium development
Misnadiarly (2020). Diabetes Melitus goals.http://www.who.int.com.
Pengenalan, Faktor Risiko, Waspadji, S. (2020). Gambaran klinis
Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta diabetes melitus, dalam Buku Ajar
: Permata Puri Media. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi
Maryunani, A. (2017). Step by Step Luka ke-3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. h.
Diabetes dengan Metode Perawatan 586 – 589.
Luka Modern. Bogor: In Media. Wijayakusuma H. (2019). Bebas Diabetes
Mellitus Ala Hembing. Puspa Swara.
PERKENI. (2018). Konsensus Pengelolaan Jakarta.
dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
PERKENI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun
2018. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/do

You might also like