DIAGNOSA +VOL +1,+NO +3+AGUSTUS+2023+Hal+74-91
DIAGNOSA +VOL +1,+NO +3+AGUSTUS+2023+Hal+74-91
Solehudin
2
Prodi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia Maju
Astrid Novita
3
Prodi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia Maju
Abstrak. Pendahuluan : Central Line Associated Blood Stream Infection (CLABSI) atau
istilah medis lainnya dikenal dengan nama flebitis didefinisikan oleh CDC sebagai infeksi
aliran darah yang dikonfirmasi oleh hasil laboratorium yang terjadi dalam 48 jam sebelum
berkembang menjadi bakteremia, dan tidak terkait dengan infeksi di bagian lain. Beberapa
hasil penelitian menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya flebitis salah
satunya ialah pemilihan tempat insersi. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh lokasi insersi
pemasangan infus dengan tingkat kejadian flebitis. Desain penelitian: Metode literature
review dengan menggunakan data base Google Scholar dan Portal Garuda (2018-2022).
Metode : kata kunci "lokasi pemasangan infus dan kejadian flebitis". Hasil : Dari total 14
artikel yang direview didapatkan hasil bahwa kejadian flebitis akibat faktor lokasi insersi
dipengaruhi oleh pemilihan vena, jarak lokasi pemasangan infus dengan persendian dan
pemilihan ekstremitas dominan (yang sering digunakan beraktivitas). Kesimpulan :
Pemasangan infus dilakukan dengan cara memilih vena yang baik (yang besar, lurus, tidak
bercabang dan sesuai dengan ukuran jarum) pilihlah vena yang jauh dari persendian (minimal
>3,5 cm jaraknya dari persendian), Hindari pemilihan vena di lokasi atau ekstremitas
dominan untuk meminimalisir pergerakan kateter intravena saat pasien beraktivitas.
Received Mei 12, 2023; Revised Juni 25, 2023; Accepted Juli 10, 2023
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
LATAR BELAKANG
Mutu pelayanan keperawatan merupakan penampilan/kinerja yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan keperawatan yang disatu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta dipihak
lain dan tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar kode etik profesi yang telah
ditetapkan. (Butar-butar & Simamora, 2016). Komponen indikator mutu pelayanan
keperawatan ditetapkan dalam beberapa referensi. Menurut Kemenkes (2012) indikator mutu
pelayanan keperawatan yaitu: 1) keselamatan pasien (kejadian infeksi, dekubitus, pasien
jatuh); 2) kenyamanan pasien dalam perawatan (insiden pulang paksa, manajemen nyeri); 3)
pengetahuan pasien terhadap informasi perawatan yang diterima; 4) kepuasan pasien terhadap
perawatan dengan standar lebih dari 90%; 5) kemampuan pasien dalam perawatan diri; dan 6)
mengurangi kecemasan pasien. Indikator tersebut bersifat objektif, terukur berdasarkan
pengalaman pasien selama menerima perawatan. (Agritubella, Arif, and Afriyanti 2017)
Kejadian infeksi menjadi salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan. Kejadian
infeksi yang dimaksud ialah kejadian infeksi nosokomial atau dikenal dengan istilah HAIs
(Healthcare Associated Infection) atau penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan, yang
dimana artinya infeksi tersebut terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lain yang inkubasi penyakit tidak terjadi saat pasien pertama masuk
rumah sakit. HAIs merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia,
termasuk Indonesia. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, jenis HAIs
yang dapat terjadi di rumah sakit dibagi menjadi Infeksi Aliran Darah Terkait Saluran Sentral
(CLABSI), Infeksi Saluran Kemih terkait Kateter (CAUTI), Infeksi Situs Bedah (SSI), dan
Ventilator-related Pneumonia (VAP). (PKIP UNAIR 2021)
Central Line Associated Blood Stream Infection (CLABSI) atau istilah medis lainnya
dikenal dengan nama flebitis didefinisikan oleh CDC sebagai infeksi aliran darah yang
dikonfirmasi oleh hasil laboratorium yang terjadi dalam 48 jam sebelum berkembang menjadi
bakteremia, dan tidak terkait dengan infeksi di bagian lain (Haddadin & Regunath, 2017).
Dalam Permenkes RI (2017) CLABSI diartikan sebagai infeksi aliran arah yang terjadi pada
pasien yang menggunakan alat kateter vena sentral dalam 48 jam dan ditemukan tanda atau
gejala infeksi yang dibuktikan dengan hasil kultur positif bakteri patogen yang tidak
berhubungan dengan infeksi ada organ tubuh yan lain serta bukan infeksi sekunder. CIabsi
atau flebitis ini menjadi indikator mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan standar
kejadian ≤1.5%. Namun pada prakteknya, angka kejadian flebitis selalu diatas angka standar
kejadian. Menurut data WHO, angka kejadian flebitis per tahun yaitu 5%. Survei prevalensi
yang dilakukan dengan bantuan WHO pada 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4
wilayah (Eropa, Mediteranian Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-
rata 8,7% pasien rumah sakit mengalami flebitis. Angka kejadian flebitis pada empat region
yaitu Eropa (7,7%), Pasifik Barat (9%), Mediterania Timur (11,8%), dan Asia Tenggara
(10%). Adapun angka kejadian flebitis di beberapa negara berkembang seperti Iran (14,20%),
Malaysia (12,70%), Filipina (10,10%), Taiwan (13,8%), Nigeria (17,5%), dan Indonesia
(9,80%) (WHO, 2016).
Berdasarkan fenomena di atas, dengan masih tingginya angka kejadian flebitis yang
berada diatas angka standar yang telah ditetapkan oleh Depkes yaitu ≤ 1,5 % maka penulis
tertarik untuk melakukan studi literatur guna menganalisis faktor lokasi insersi pemasangan
infus dengan angka kejadian flebitis.
KAJIAN TEORITIS
Beberapa hasil penelitian dan studi literatur yang ditemukan, ada beberapa faktor
mempengaruhi kejadian flebitis. Penelitian yang dilakukan di RSUD Ungaran pada tahun
2018 menunjukan angka kejadian flebitis sebanyak 416 kasus (3,4%), dan tahun 2019 bulan
Januari sampai Juli sebanyak 130 kasus (3,34%) (Rara et al. 2020).
Penelitian lain yang dilakukan di RSUD Purbalingga menunjukan bahwa dari 74
pasien yang dipasang infus, 17 pasien mengalami flebitis (22,9%). (Asrin, Triyanto, and
Upoyo 2016). Kedua hasil penelitian diatas menyimpulkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya flebitis berupa jenis, ukuran dan bahan kateter; lama waktu
pemasangan; pemilihan tempat insersi; jenis penutup tempat penusukan (dressing); teknik
insersi/penusukan; sterilitas perawatan terapi intravena; cairan intravena; obat parenteral; dan
frekuensi perawatan terapi intravena.(Asrin et al. 2016)
Kurang tepatnya pemilihan lokasi insersi merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya flebitis. Dampak dari lokasi pemasangan infus yang tidak sesuai,
misalnya infus yang dipasang pada tangan dominan atau diarea persendian, dapat
mengganggu aktifitas self care pasien. Hal ini terjadi karena tangan dominan lebih banyak
melakukan aktifitas dibanding tangan yang tidak dominan. Adanya pergerakan tangan yang
dipasang infus dapat menyebabkan terjadinya perubahan posisi kateter, jika fiksasi kateter
kurang kuat. Akibatnya dapat menimbulkan pergeseran kateter, kebocoran, atau timbulnya
sumbatan sehingga menyebabkan gangguan dalam pemberian terapi intravena dan akhirnya
meningkatkan risiko infeksi.(Wayunah, Nurachmah, and Mulyono 2013).
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan literature review dengan menggunakan dua database yaitu
data base Google Scholar dan Portal Garuda. Kata kunci yang digunakan saat pencarian
ialah "lokasi pemasangan infus dan kejadian flebitis". Analisis masalah menggunakan
metode PICOT sebagai berikut :
Tabel 1 Analisis Masalah PICOT
Population Pasien yang dirawat di rumah sakit
Intervention Pemasangan infus
Comparation -
Output Kejadian Flebitis
Time 2018-2022
Penelitian ini juga menerapkan kriteria inklusi yaitu jenis penelitian observasional
(non eksperimen), subyek penelitian ialah pasien yang dirawat di rumah sakit dan terpasang
infus perifer, merupakan naskah fulltext, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris dan literatur dengan tahun terbit 2018-2022. Sedangkan kriteria
eksklusinya ialah naskah dalam bentuk abstrak atau tidak dapat diakses, artikel yang tidak
sesuai topik penelitian, selanjutnya menyesuaikan tujuan penelitian.
Setelah melakukan pencarian dan melakukan screening penulis melakukan uji
kelayakan dengan menggunakan The Joanna Briggs Institute (JBI Critical Appraisal)
terhadap 14 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan memiliki nilai diatas 50%. Setelah
itu dari hasil uji cohen's kappa yaitu sebuah metode statistik yang digunakan untuk mengukur
tingkat kesepakatan antara dua penilai dalam melakukan klasifikasi atau pengelompokan
pada suatu variabel, menunjukan hasil 0,758, yang artinya penilaian artikel-artikel antara dua
peneliti memiliki kesepakatan yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua artikel
diterima dan layak untuk jadikan sumber referensi yang peneliti lakukan dengan metode
literature review.
Literatur yang peneliti cari melalui database Google Scholar dan Portal Garuda
dengan kata kunci dan tahun terbit di atas, didapatkan sebanyak 408 literatur yang berupa
jurnal literature review, laporan penelitian, laporan karya tulis ilmiah (laporan asuhan
keperawatan) dan buku pedoman elektronik (e-book). Dari 408 karya ilmiah yang ada,
penulis melakukan uji duplikasi, dan didapatkan 4 literatur yang merupakan data ganda.
Setelah itu peneliti melakukan seleksi jurnal sesuai dengan kriteria inklusi didapatkan 14
literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi dan 390 literatur yang masuk kedalam kriteria
ekslusi, sehingga dari 14 jurnal yang dirangkum dalam tabel dibawah ini.
Total (n)=408
Penulis
N Tipe
Judul dan Tujuan Hasil Simpulan
o. Penelitian
Tahun
1 Hubungan (Marlina Untuk Analitic Ada hubungan Distribusi
Cairan Silviawaty mengetahui Observatio lokasi frekuensi
Infus dan 2020) hubungan nal dengan pemasangan kelompok
Lokasi antara pendekatan infus kasus
Pemasanga penggunaan case (pv=0,002; (mengalami
n Infus cairan infus control OR=3,5) flebitis) pada
dengan dan lokasi dengan lokasi
Kejadian pemasangan kejadian pemasangan
Flebitis di infus dengan flebitis. berisiko
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
jika pembatas
pergelangan
tangan
dipasang.
3 Analisis (Rusnawat Menganalisis Analitic Rata-rata jarak Jarak tempat
faktor risiko i, faktor risiko Observatio tempat insersi insersi yang
terjadinya Bachtiar, terjadinya nal dengan dengan terlalu dekat
flebitis di and flebitis pendekatan persendian dengan
RSUD Puri Deswita cross pada pasien persendian
Husada 2020) sectional yang dapat
Tembilahan mengalami mengakibatk
flebitis lebih an
dekat pergerakan
dibandingkan kateter
yang tidak intravena di
flebitis dalam
(3,588±0,7946 pembuluh
: darah yang
2,773±1,246c dapat
m) dengan p < meningkatka
0,000. n risiko
terjadinya
flebitis. Jarak
tempat
insersi dari
persendian 3
–7 cm akan
menurunkan
risiko
terjadinya
flebitis
4 Faktor- (Amrullah Mengetahui Analitic Tabel silang Pemilihan
Faktor yang , Muharni, faktor-faktor Observatio vena sefalika lokasi insersi
Mempengar and yang nal dengan dan tidak kanul
uhi Christya berhubungan pendekatan flebitis sebesar intravena
Kejadian Wardhani dengan cross 33.3%, tidak pada
Flebitis di 2020) kejadian sectional terdapat penelitian ini
RSUD flebitis di kejadian diutamakan
Encik RSUD Encik flebitis pada pada vena
Mariyam Mariyam pemasangan metakarpal
Tahun 2020 tahun 2020 vena di vena terlebih
sefalika; tabel dahulu
silang vena berdasarkan
metakarpal asas
dan tidak penggunaan
flebitis sebesar vena distal
48.7%; serta dalam
vena manipulasi
metakarpal pembuluh
dan flebitis darah.
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
value> α
0.05).
(RSU IPI)
Medan
plebitis dan 16
responden
(37%) tidak
terjadi plebitis.
No Kategori n %
A. Tahun Publikasi
1. 2018 4 29
2. 2019 3 21
3. 2020 4 29
4. 2021 1 7
5. 2022 2 14
Total 14 100
B. Desain Penelitian
Cross Sectional 11 79
Case Control 2 14
Cohort Study 1 7
Total 14 100
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
C. Sampling Penelitian
Purposive sampling 6 44
Total sampling 3 21
Accindental sampling 2 14
Consecutive sampling 2 14
Proportionate random sampling 1 7
Total 14 100
D. Instrumen Penelitian
Observasi 13 93
Kuisioner 1 7
Total 14 100
E. Analisis Statistik Penelitian
Chi square 10 72
Odd's Ration 2 14
Spearmen Rho 2 14
Total 14 100
Berdasarkan literatur review, sebanyak 29% dipublikasikan pada tahun 2018 dan
tahun 2020. Desain penelitian cross sectional paling banyak digunakan dengan
persentase 79%. Sampling penelitian menggunakan purposive sampling sebanyak 44%.
Sebanyak 93% menggunakan observasi sebagai instrumen penelitian dan menggunakan
analisis penelitian Chi square sebanyak 72%.
Pada penelitian ini, penulis mendapatkan kesimpulan bahwa kejadian flebitis akibat
kesalahan lokasi insersi bukan hanya terletak dari faktor pemilihan venanya saja, namun jarak
lokasi pemasangan infus dengan persendian dan faktor pemilihan ekstremitas dominan (yang
sering digunakan beraktivitas) juga mempengaruhi terjadinya flebitis
1. Faktor Pemilihan Vena
Setelah penulis melakukan review pada 14 literatur, didapatkan sepuluh literatur yang
menyatakan bahwa faktor pemilihan vena sangat berpengaruh dengan kejadian flebitis.
Sepuluh penelitian menyatakan bahwa kejadian flebitis terjadi pada pasien yang terpasang
infus pada vena metakarpal.
Penelitian ini menunjukkan sebagian besar lokasi pemasangan infus responden
yang mengalami flebitis yaitu pada vena dorsalis (vena metakarpal). Karena letak vena
metakarpal berada di area tangan yang sering digerakkan dan mempunyai ukuran
yang kecil, serta posisinya yang tidak lurus memungkinkan terjadinya gesekan pada
dinding vena dengan kateter intravena. (Marlina Silviawaty, 2020)
Lokasi dari penempatan intravena di vena metakarpal memang memiliki
keuntungan dari memungkinkan gerakan lengan, dan mudah dilihat dan dipalpasi. Namun,
karena letak vena metakarpal berada di area tangan yang sering digerakkan dan
mempunyai ukuran yang kecil, serta posisinya yang tidak lurus, memungkinkan
terjadinya gesekan pada dinding vena dengan kateter intravena. (Sukadiono and Aziz
Alimul Hidayat 2020)
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
Sehubungan dengan ukurannya yang kecil pula, penggunaan kanul intravena ukuran
besar (diatas 20G) tidak disarankan pada vena metakarpal karena kanul yang diinsersikan
akan selalu bergesekan dengan dinding vena. Selain itu karena posisi vena metakarpal
yang lebih distal, aliran darah pada vena metakarpal akan lebih lambat dari pada vena
sefalika. Hal ini perlu diperhatikan ketika memberikan infus dengan kecepatan tinggi,
hiper/hipotonisatau darah dan produk darah, aliran darah yang lebih lambat pada vena
metakarpal mengakibatkan cairan yang diinfuskan bertahan lebih lama di sekitaran area
infus yang dapat memicu peradangan vena. (Amrullah et al. 2020)
Sebagian besar pasien yang terpasang infus dalam penelitian ini terpasang pada vena
sefalika yang terletak pada lengan bagian bawah pada posisi radial lengan (ibu jari). Vena
ini berjalan ke atas sepanjang bagian luar dari lengan bawah dalam daerah antekubiti.
Vena ini lebih kecil dan biasanya lebih melengkung dari vena basilika. Sebagian besar
memilih lokasi vena sefalika dikarenakan pada lokasi vena ini dapat menggunakan
ukuran kateter ukuran besar untuk infus yang cepat, dan menjadi pilihan yang baik untuk
infus larutan yang mudah mengiritasi atau hipertonik. Namun sebagian besar juga pasien
terpasang infus di lokasi vena dorsalis metakarpal. Dorsalis metakarpal berasal dari
gabungan vena digitalis. Pemasangan infus di lokasi vena tersebut dikarenakan pasien
menginginkan pergerakan lengan yang bebas, tetapi ukuran venanya kecil untuk dilalui
larutan cairan yang hipertonik, sehingga ini tidak cocok untuk terapi jangka panjang.
(Langingi et al. 2022)
Teori pendukung dan penelitian terkait, peneliti berpendapat bahwa faktor lokasi
pemasangan infus mempengaruhi kejadian flebitis. Karena vena-vena yang biasa
dihindari adalah vena dibawah infiltrasi atau dibawah daerah plebitis, vena yang
sklerotik atau bertrombus, lengan yang menalami cidera infeksi bekuan darah atau
kerusakan kulit. (Suswitha 2019)
Seperti yang kita ketahui daerah metakarpal sangat gampang untuk berubah karena
daerah ini adalah bagian yang sangat mudah untuk bergerak dan sebagai ekstremitas
untuk motorik. Vena basilaris (vena pergelangan tangan dan lengan) sering diabaikan
karena posisinya yang tidak menarik perhatian yaitu pada perbatasan ulnaris dan lengan
bawah. (Herlina et al. 2018)
Pada vena yang lebih besar dan sedikit cabang akan memudahkan dalam
pemasangan cairan infus, menghindari resiko pecahnya pembuluh darah dan trauma/
injury. Trauma/injury pada pemasangan infus bisa dilakukan dengan cara memilih vena
yang besar dan lurus sesuai dengan ukuran jarum. Vena tangan lebih baik daripada vena
lengan karena bila terjadi sesuatu dapat di pindahkan ke lengan dan vena lengan lebih
baik daripada vena kaki dan paha karena pemasangan divena kaki dan paha lebih
berisiko terjadinya inflamasi/ flebitis. (Anggita 2018)
Lokasi pemasangan keteter intravena pada area fleksi lebih sering menimbulkan
kejadian flebitis. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat ekstremitas digerakan, maka
keteter intravena juga ikut bergerak sehingga menyebabkan trauma pada dinding vena.
Kondisi vena metakarpal yang sempit dan berada pada area tangan yang sering
digerakan memungkinkan keteter intravena ikut bergerak dan terlipat saat tangan
digerakan sehingga mengakibatkan terjadinya gesekan pada dinding vena. (Yuniati
Fransiska Demang 2018)
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara lokasi penusukan dengan kejadian
plebitis.
DAFTAR REFERENSI
Agritubella, Syafrisar Meri, Yulastri Arif, and Esi Afriyanti. 2017. “Karakteristik Individual
Perawat Terhadap Kenyamanan Dan Kepuasan Proses Interaksi Pelayanan Keperawatan
.” NERS: Jurnal Keperawatan 13(No. 2):15–33.
Agustin, Alefiah Ayu. 2022. “Hubungan Lokasi Insersi Intravena Dengan Kejadian Plebitis
Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Sumberglagah.”
Amrullah, Sri Muharni, and Utari Christya Wardhani. 2020. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Phlebitis Di RSUD Encik Mariyam Tahun 2020. Batam.
Anggita, Sevika Dwi. 2018. “Analisa Faktor Faktor Terhadap Kejadian Plebitis Pada Pasien
Yang Mendapatkan Terapi Cairan Intravena.”
Asrin, Endang Triyanto, and Arif Setyo Upoyo. 2016. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Plebitis Di RSUD Purbalingga.” Jurnal Keperawatan
Sudirman Volume 1:43–54.
Farah, Hajar Acintya, Bambang Sarwono, and Heru Supriyatno. 2021. “The Risk Factors of
Phlebitis in The Installation of Intravent Catalysts.” MIDWIFERY AND NURSING
RESEARCH (MANR) JOURNAL 3.
Herlina, Meriani, Anggi S. Gandha Prasthyo Jafa Dosen Prodi, STIKes Imelda, and Jalan
Bilal Nomor. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Plebitis Pada
Pasien Yang Terpasang Infus Di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI)
Medan. Vol. 4. Medan. doi: DOI: 10.2411/jikeperawatan.v4i2.298.
Hubungan Lokasi Insersi Pemasangan Infus Dan Kejadian Flebitis
(Systematic Literature Review)
Langingi, Ake Royke Calvin, Grace Irene Viodyta Watung, Siska Sibua, and Finni Fitria
Tumiwa. 2022. “Hubungan Lokasi Pemasangan Dengan Kejadian Flebitis Pada Pasien
Yang Terpasang Infus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum X Manado.” Aksara:
Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 8(2):1367. doi: 10.37905/aksara.8.2.1367-
1376.2022.
Lubis, Erika, and Widiastuti. 2019. Hubungan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Phlebitis Terhadap Terjadinya Phlebitis.
Marlina Silviawaty, Dian Utama Pratiwi Putri. 2020. “Hubungan Cairan Infus Dan Lokasi
Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis Di Rumah Sakit DKT Bandar Lampung.”
MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL 2:515–24.
PKIP UNAIR. 2021. “Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit.”
Retrieved September 15, 2022 (https://www.unair.ac.id/2021/05/01/program-
pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-di-rumah-sakit/).
Rara, Dian Safitri, Defi 1, Arulita Ika Fibriana, and Info Artikel. 2020. “480 HIGEIA 4
(Special 3) (2020) HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND
DEVELOPMENT Kejadian Phlebitis Di Rumah Sakit Umum Daerah.” doi:
10.15294/higeia.v4iSpecial%203/34556.
Rizal, Alfi Ari Fakhrur. 2018. The Relationship Between The Injection Area Toward Phlebitis
Event Of The Patient In Flamboyan Room RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Vol. 6. Samarinda.
Rusnawati, Siti, Hafni Bachtiar, and Deswita Deswita. 2020. “Analisis Faktor Risiko
Terjadinya Phlebitis Di RSUD Puri Husada Tembilahan.” Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi 20(1):5. doi: 10.33087/jiubj.v20i1.846.
Saragih, Nurlela Petra, and SiraitLusiana Lusia. 2019. “Hubungan Antara Lokasi Penusukan
Kateter Intravena Dengan Kejadian Plebitis Mekanik Di Ruang Rawat Inap Cendana
RS. USU Medan.” Jurnal STIKes Siti Hajar 1(2):86–90.
Sukadiono, and A. Aziz Alimul Hidayat. 2020. “Faktor Prediktor Kejadian Plebitis Pada
Anak Di RS Swasta Sidoarjo Indonesia.”
Suswitha, Dessy. 2019. “Faktor-Faktor Yang Behubungan Dengan Kejadian Phlebitis Pada
Pasien Yang Terpasang Kateter Intravena.” Jurnal Aisyiah Medika 3:41–51.
Wayunah, Elly Nurachmah, and Sigit Mulyono. 2013. Pengetahuan Perawat Tentang Terapi
Infus Memengaruhi Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan Pasien. Vol. 16.
Yuniati Fransiska Demang. 2018. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Flebitis Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Melati BLUD RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng.”
Jurnal Wawasan Kesehatan 3(1):1–10.