Analisa Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia Dengan Peran Covid-19 Sebagai Variabel Moderasi
Analisa Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia Dengan Peran Covid-19 Sebagai Variabel Moderasi
Analisa Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia Dengan Peran Covid-19 Sebagai Variabel Moderasi
*Coresponding Author
ABSTRACT
This research is done to analyze the influence of fraud elements from Crowe’s fraud pentagon theory
towards the fraudulent financial reporting of a company with COVID-19 as the moderating variable. The
sample of this research is 89 manufacturing companies registered in the Indonesia Stock Exchange from
2016 to 2020 that has been selected through purposive sampling method. This research is done with
data panel analysis technique through E-Views 12 software. According to the research results, it can be
proven that nature of industry has a significant and negatif influence on fraudulent financial reporting.
Financial target, change in auditors, change in directors and CEO pictures do not have any significant
effect on fraudulent financial reporting. COVID-19 on the influence all of financial target, change in
auditors and CEO Pictures on fraudulent financial reporting. However it does not moderate the effect of
nature of industry and change in directors.
Keywords : Fraud Pentagon, Fraudulent Financial Reporting, COVID-19
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor fraud dari fraud pentagon Crowe
terhadap fraudulent financial reporting perusahaan dengan variabel moderasi berupa periode COVID-
19. Sampel penelitian merupakan 89 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
selama periode 2016 hingga 2020 yang telah diseleksi dengan metode purposive sampling. Penelitian ini
dilaksanakan dengan teknik analisa regresi panel data melalui perangkat lunak E-Views 12. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilaksanakan, dapat dibuktikan bahwa variabel nature of industry memiliki
pengaruh signifikan negatif terhadap variabel fraudulent financial reporting. Variabel financial target,
change in auditors, change in directors dan CEO pictures tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel fraudulent financial reporting. Variabel COVID-19 memoderasi financial target,
change in auditors, dan CEO Pictures terhadap fraudulent financial reporting. Namun tidak memoderasi
nature of industry dan change in directors.
Kata Kunci : Fraud Pentagon, Fraudulent Financial Reporting, COVID-19
1. Pendahuluan
Fraud merupakan sebuah tindakan yang berlawanan dengan peraturan-peraturan yang
dilaksanakan oleh pihak-pihak dari dalam dan/atau luar lingkungan perusahaan (Antawirya et
al., 2019). Menurut Hasyim et al. (2020) Fraud merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat
diukur dengan pasti dari penampilan luar perusahaan dan pada umumnya tersembunyi.
Sabrina et al. (2020) telah menyatakan bahwa kasus-kasus fraud telah terjadi pada setiap
tahun dan telah menjadi sebuah masalah pada perusahaan, dimana pelaku-pelaku tindakan
fraud ini merupakan pihak-pihak yang berkuasa dalam perusahaan tersebut.
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) Indonesia telah melaksanakan sebuah
laporan survei fraud pada perusahaan-perusahaan Indonesia yang dilaksanakan pada periode
tahun 2016. Berdasarkan survei tersebut, ditemukan bahwa jenis tindakan fraud yang paling
sering terjadi pada perusahaan-perusahaan Indonesia berupa korupsi, yang diikuti dengan
penyelewengan aset dan fraudulent financial reporting. Meskipun fraudulent financial
reporting telah tercatat sebagai jenis tindakan fraud yang paling jarang terjadi di Indonesia,
kerugian yang disebabkan oleh fraudulent financial reporting telah dinilai cukup signifikan
terhadap perusahaan, pada tingkat performa finansialnya dan juga pada tingkat performa non-
finansialnya. Berdasarkan laporan survei tersebut, kerugian yang disebabkan oleh fraudulent
financial reporting telah mencapai 10 miliar rupiah. Masalah dari fraudulent financial reporting
juga dapat merusak reputasi dan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut,
sehingga juga dapat mengurangi harga saham perusahaan tersebut (Nanda et al., 2019).
Menurut Rusmanto dan Elfia (2020), kecurangan pada laporan keuangan perusahaan
atau yang pada umumnya disebut sebagai fraudulent financial reporting, merupakan sebuah
kelalaian atau tindakan yang disengajakan pada laporan keuangan perusahaan yang telah
dilaksanakan tanpa mengikuti prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk menipu
pengguna-pengguna informasi pada laporan keuangan tersebut. Fraudulent financial reporting
juga dapat dikenal sebagai sebuah tindakan fraud yang memanipulasi laporan keuangan
sebuah perusahaan (Pratami et al., 2019). Tindakan manipulasi laporan keuangan ini
merupakan sebuah tindakan fraud yang dapat merugikan berbagai pemangku kepentingan
perusahaan (Hidayah & Devi Saptarini, 2019). Menurut Sabrina et al. (2020), manipulasi atau
pencatatan yang salah pada laporan keuangan dapat disebabkan oleh motivasi dan dorongan
dari pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan, baik berupa pihak dalam perusahaan
maupun pihak luar perusahaan tersebut. Motivasi dan dorongan tersebut berupa motivasi dan
dorongan agar laporan keuangan perusahaan dapat dipresentasikan dengan baik dan menarik
perhatian dari para investor, sehingga manajer akan melaksanakan berbagai cara agar dapat
mempresentasikan laporan keuangan perusahaan yang baik.
Menurut Meilida dan Mustikasari (2018), tindakan-tindakan fraudulent financial
reporting dapat merusak kepercayaan antar pihak manajemen perusahaan dan para investor.
Salah satu contoh dari tindakan tersebut pada perusahaan manufaktur berupa kasus PT Kimia
Farma yang berupa perusahaan farmasi yang telah go public. Berdasarkan inspeksi
Kementerian BUMN dan Bapepam, terdapat pencatatan yang berlebihan pada laba bersih
laporan keuangan PT Kimia Farma per 31 Desember 2011. Berdasarkan kasus tersebut, maka
dapat dilihat bahwa PT Kimia Farma telah menggunakan rasio ROA (Return on Asset) sebagai
sebuah alat untuk memanipulasikan laporan keuangannya. Setelah kesalahan tersebut
disebarkan kepada masyarakat umum, harga saham PT Kimia Farma telah turun dengan
drastis. Selain itu, terdapat juga kasus pada laporan keuangan PT Garuda Indonesia untuk
periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2018. PT Garuda Indonesia telah bekerja sama
dengan PT Mahata Aero Teknologi. Hasil kerja sama tersebut telah dinilai sebesar 2,98 triliun
rupiah. Dana-dana dari kerja sama tersebut masih berupa piutang pada PT Garuda Indonesia,
tetapi telah diakui sebagai pendapatan oleh PT Garuda Indonesia. Sehingga pada tahun 2018,
PT Garuda telah memperoleh laba rugi sebesar 11,33 miliar rupiah (Hasyim et al., 2020).
Pada umumnya, jika tidak terdapatnya sebuah tindakan preventif dan pendeteksian
sebelumnya, maka kejadian fraud akan selalu terjadi. Tindakan preventif dan pendeteksian
fraud juga sering berbenturan dengan faktor-faktor yang mendukung terjadinya fraud,
sebagaimana yang telah dijelaskan dari beberapa teori fraud seperti Fraud Triangle dari
Cressey, teori fraud diamond dari Wolfe dan teori fraud pentagon dari Crowe yang lebih terkini
(Sabrina et al., 2020). Menurut Maulidiana dan Triandi (2020), terdapat 5 jenis faktor atau
elemen pada fraud pentagon yang dikemukakan oleh Crowe, yakni pressure, competence,
opportunity, arrogance dan rationalization. Penelitian ini memanfaatkan 5 faktor fraud
tersebut untuk menganalisa faktor-faktor perusahaan yang dapat mempengaruhi fraudulent
financial reporting pada suatu perusahaan dengan financial target, nature of industry, change
in auditors, change in directors dan CEO pictures. Peneliti juga memutuskan untuk menambah
212
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
periode COVID-19 sebagai sebuah variabel moderasi pada penelitian ini dikarenakan dampak
pandemi COVID-19 terhadap perekonomian berbagai negara termasuk Indonesia (Devi et al.,
2020). Menurut Fu dan Shen (2020), hal ini juga menyebabkan kerugian pada perusahaan-
perusahaan yang telah terdaftar pada pasar saham yang dapat dilihat dari penurunan
pendapatan, laba bersih dan harga sahamnya.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor fraud dari fraud
pentagon Crowe terhadap fraudulent financial reporting perusahaan dengan variabel moderasi
berupa periode COVID-19. Data penelitian ini bersumber dari laporan keuangan tahunan dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) per tahun 2016 hingga
2020. Sumber data dipilih karena terdapat efek fraud yang merugikan para pemangku
perusahaan termasuk investor perusahaan yang telah go public (Hidayah & Devi Saptarini,
2019). Menurut Maulidiana dan Triandi (2020), perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar
pada pasar saham juga masih memiliki peluang untuk memanipulasikan laporan keuangannya.
2. Tinjauan Pustaka
Fraudulent Financial Reporting
Fraudulent financial reporting dapat didefinisikan sebagai sebuah kesalahan pada
kondisi finansial perusahaan yang disengaja melalui pencatatan yang salah dan kelalaian pada
jumlah yang dicatat atau pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk
menipu pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut (Sabrina et al., 2020).
Menurut Hidayah dan Saptarini, (2019), fraudulent financial reporting merupakan tidakan tidak
etis yang disengaja oleh seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah perusahaan dengan
cara menyediakan informasi keuangan yang mengadung pernyataan yang salah untuk
mengelirukan pengguna laporan keuangan tersebut. Meilida dan Mustikasari (2018) juga
menambahkan bahwa fraudulent financial reporting atau kesalahan pencatatan pada laporan
keuangan yang timbul dari fraud merupakan kesengajaan pelaku dalam melakukan pencatatan
yang salah atau menghilangkan akun-akun atau pengungkapan yang terdapat pada laporan
perusahaan untuk menipu pihak-pihak yang menggunakan laporan yang disediakan oleh
perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa fraudulent financial reporting merupakan
kesalahan pada pencatatan laporan keuangan perusahaan yang disengaja dengan tujuan untuk
menipu pengguna informasi laporan keuangan.
Financial Target
Target finansial atau financial target merupakan keberhasilan moneter yang perlu
dicapai oleh seorang manajer dalam suatu periode waktu (Hidayah & Saptarini, 2019).
Antawirya et al. (2019) juga telah menambahkan bahwa target finansial merupakan sebuah
tekanan yang besar kepada pihak manajemen untuk mencapai target yang telah ditetapkan
oleh pihak manajemen atau direktur perusahaan. Menurut hasil penelitian Hasyim et al.
(2020), target finansial yang diproksikan dengan perhitungan Return on Asset (ROA) telah
dibuktikan untuk memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap fraudulent financial
reporting, dengan alasan bahwa tekanan target finansial yang diberikan kepada pihak
manajemen dapat mendorong manajer untuk melaksanakan fraud. Kurniawati (2021) juga
mendapatkan hasil yang sama, dimana terdapat pengaruh positif dari target finansial terhadap
fraud dikarenakan tingginya target finansial yang ditetapkan perusahaan dinilai sebagai
penyebab meningkatnya tekanan yang diterima manajer. Sehingga kemungkinan terjadinya
fraud juga telah meningkat. Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian Sudaryono (2021),
dimana target finansial yang telah diproksikan menggunakan rasio ROA berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap fraudulent financial reporting.
Menurut hasil penelitian Harman dan Bernawati (2020), target finansial yang tinggi
dapat mengindikasikan bahwa perusahaan telah memiliki tingkat kinerja yang baik pada tahun
sebelumnya. Sehingga perusahaan akan mencoba untuk mempertahankan keuntungannya dan
213
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
tidak mencoba tindakan kecurangan. Hal ini juga dibuktikan oleh hasil penelitian Putra dan
Dinarjito (2021), dimana terdapatnya pengaruh finansial target yang negatif terhadap tindakan
kecurangan berupa fraud. Menurut hasil penelitian Rusmanto dan Elfia (2020), target finansial
tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap fraud dikarenakan penambahan target
finansial tidak selalu dimaksudkan sebagai sebuah tekanan kepada pihak manajemen, tetapi
dapat juga berupa hasil dari peningkatan kualitas operasional perusahaan, perekrutan
karyawan yang baik atau kebijakan direktur yang tepat. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh
Haqq dan Budiwitjaksono (2020) dan Triastuti et al. (2020) juga membuktikan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari target finansial terhadap tindakan fraud.
Nature of Industry
Menurut Haqq dan Budiwitjaksono (2020), nature of industry merupakan sifat sebuah
perusahaan, yang salah satunya dalam mengestimasi piutang perusahaan yang tidak tertagih.
Hal ini juga dapat memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk melakukan fraud
dikarenakan pihak manajemen diberikan kebebasan yang lebih luas dalam penentuan akun-
akun yang dinilai atau diestimasi secara subjektif. Salah satu cara nature of industry
menyebabkan fraud merupakan penilaian akun bad debts yang dinilai secara subjektif untuk
memanipulasi akun piutang perusahaan (Andalia et al., 2021). Hal ini juga didukung oleh hasil
penelitian Andalia et al. (2021), dimana nature of industry berpengaruh secara positif terhadap
fraudulent financial reporting.
Berdasarkan hasil penelitian Hidayah dan Saptarini (2019), Hasyim et al. (2020) dan
Putra dan Dinarjito (2021), nature of industry memiliki dampak negatif pada fraudulent
financial reporting. Sedangkan menurut Situngkir dan Triyanto (2020) dan Haqq dan
Budiwitjaksono (2020), dimana nature of industry dinilai tidak signifikan dalam mendeteksi
fraudulent financial reporting. Haqq dan Budiwitjaksono (2020) menyatakan bahwa hal ini
disebabkan oleh banyak perusahaan yang mengumpulkan piutang yang tidak tertagih
berdasarkan jumlah dan usia piutang, sehingga mereka tidak mungkin akan memanipulasi
akun piutangnya.
Change in Auditors
Perusahaan yang melakukan fraud pada umumnya mengganti auditor mereka untuk
menutupi kejadian fraud yang telah dilaksanakan oleh pihak manajemen (Situngkir & Triyanto,
2020). Menurut Rusmanto dan Elfia (2020), perusahaan yang sering melaksanakan
penggantian auditor memiliki kemungkinan untuk memiliki tindakan fraudulent financial
reporting yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tindakan ini dinilai sebagai sebuah upaya
perusahaan dalam mengeliminasikan bekas jejak kejadian fraud yang telah ditemukan oleh
auditor sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian Menurut Putra dan Dinarjito (2021) dan
Harman dan Bernawati (2020), penggantian auditor ditemukan berpengaruh secara positif
pada fraudulent financial reporting. Menurut Putra dan Dinarjito (2021), penggantian auditor
dapat menyebabkan kehilangan pengetahuan dan kemampuan auditor pada perusahaan. Hal
ini juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kegagalan audit perusahaan (Harman &
Bernawati, 2020).
Menurut Utami dan Pusparini (2019), semakin lama seorang auditor bekerja pada
suatu perusahaan, semakin besar juga risiko auditor tersebut untuk lebih mengenali kliennya
dan terlalu mempercayai klien tersebut. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Utami dan
Pusparini (2019) dan Nanda et al. (2019), dimana penggantian auditor memiliki dampak negatif
yang signifikan terhadap fraudulent financial reporting perusahaan. Sedangkan menurut hasil
Antawirya et al. (2019), penggantian auditor perusahaan memiliki dampak yang tidak signifikan
terhadap fraudulent financial reporting perusahaan. Hal ini diebabkan oleh alasan penggantian
auditor perusahaan yang tidak bertujuan untuk menutupi tindakan fraud perusahaan,
melainkan untuk mematuhi peraturan pemerintah akan batas maksimum penyediaan jasa
214
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
audit dari auditor yang sama. Hasil penelitian Yuniarti et al. (2019) dan Arum dan Wahyudi
(2020) juga menemukan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan dari penggantian
auditor terhadap fraudulent financial reporting.
Change in Directors
Menurut Uciati dan Mukhibad (2019), penggantian direktur biasanya dilaksanakan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pada saat terjadinya masa penggantian direktur,
perusahaan akan mengalami situasi periode stress atau kondisi buruk yang akan membuka
peluang terjadinya fraud. Situngkir dan Triyanto (2020) juga menambahkan bahwa
penggantian direktur juga dapat menyebabkan penggantian kebijakan direktur yang dapat
mempengaruhi hasil laporan keuangan, dimana laporan keuangan tersebut dapat memiliki
hasil yang buruk atau yang telah dimanipulasi. Berdasarkan penelitian Uciati dan Mukhibad
(2019) dan Arum dan Wahyudi (2020), didapatkan hasil bahwa penggantian direktur memiliki
dampak positif terhadap fraudulent financial reporting. Penggantian direktur dapat dipandang
sebagai sebuah upaya perusahaan dalam menggantikan direktur sebelumnya yang telah
menemukan tindakan fraud yang telah dilakukan perusahaan (Uciati & Mukhibad, 2019).
Menurut penelitian Harman dan Bernawati (2020), penggantian direktur dapat
disebabkan oleh keinginan perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajemen perusahaan.
Menurut Harman dan Bernawati (2020), peningkatan kinerja ini menyebabkan perusahaan
untuk perlu menggantikan direktur sebelumnya dengan direktur baru yang lebih kompeten.
Semakin tingginya tingkat kompetensi direktur tersebut, maka kualitas kerja akan meningkat.
Sehingga kemungkinan terjadinya fraud juga lebih rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil
penelitian Harman dan Bernawati (2020), Triastuti et al. (2020) dan Haqq dan Budiwitjaksono
(2020), yang menemukan bahwa penggantian direktur tidak memiliki dampak yang signifikan
terhadap fraudulent financial reporting.
CEO Pictures
Menurut Sudaryono (2021), tingkat arogansi dan keunggulan CEO dapat menyebabkan
CEO untuk melakukan fraud dikarenakan keyakinan CEO bahwa pengendalian internal
perusahaan tidak berlaku kepada mereka dikarenakan status dan posisinya. Tingkat arogansi
dan keunggulan CEO ini dapat diukur dengan jumlah foto CEO yang terpampang pada laporan
tahunan yang disediakan oleh perusahaan. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian Uciati
dan Mukhibad (2019), Triastuti et al. (2020) dan Sasongko et al. (2019), dimana jumlah foto
CEO dapat berdampak secara positif terhadap fraudulent financial reporting. Uciati dan
Mukhibad (2019) juga telah menambahkan bahwa jumlah foto CEO yang tinggi dapat
mengindikasikan keberanian CEO dalam melakukan tindakan fraud.
Menurut penelitian Nanda et al. (2019), jumlah foto CEO perusahaan memiliki dampak
yang negatif terhadap fraudulent financial reporting. Sedangkan pada penelitian Krismantara
dan Kamayanti (2021), Situngkir dan Triyanto (2020) dan Sudaryono (2021), ditemukan bahwa
jumlah foto CEO perusahaan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap fraudulent
financial reporting. Hal ini dikarenakan pemaparan foto CEO pada laporan tahunan perusahaan
juga dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk menunjukkan transparansi aktivitas yang
dilaksanakan perusahaan dan untuk memberikan bukti partisipasi CEO dalam aktivitas
perusahaan (Situngkir & Triyanto, 2020).
COVID-19
Menurut Devi et al. (2020), COVID-19 (coronavirus disease 2019) merupakan sebuah
pandemi yang telah merugikan perekonomian Indonesia dan menyebabkan penurunan pada
kinerja keuangan berbagai perusahaan. Fu dan Shen (2020) juga menambahkan bahwa
dampak pandemi COVID-19 ini telah dirasakan oleh banyak negara sejak bulan Januari 2020,
215
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
terutama pada perusahaannya yang terdaftar pada pasar saham yang mengalami kerugian
yang dapat dilihat dari penurunan harga saham, pendapatan, dan labanya.
Hipotesis
H1: Financial target memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting.
H2: nature of industry memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting.
H3: change in auditors memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting.
H4: change in directors memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting.
H5: CEO pictures memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial reporting.
H6: Pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting dimoderasi oleh
COVID-19.
H7: pengaruh nature of industry terhadap fraudulent financial reporting dimoderasi oleh
COVID-19.
H8: change in auditors terhadap fraudulent financial reporting dimoderasi oleh COVID-19.
H9: pengarih change in directors terhadap fraudulent financial reporting dimoderasi oleh
COVID-19.
H10: pengaruh CEO pictures terhadap fraudulent financial reporting dimoderasi oleh COVID-
19.
3. Metode Penelitian
Objek Penelitian
Objek penelitian berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI yang
dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Sampel pada penelitian ini diseleksi menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut.
1. Perusahaan telah terdaftar pada BEI selama periode 2016 hingga 2020.
2. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan tahunannya yang memuat informasi
laporan finansial yang lengkap untuk tahun sebelumnya dan tahun yang sedang
berjalan untuk periode 2015 hingga 2020 dengan mata uang Rupiah.
3. Laporan keuangan tahunan perusahaan telah memuat informasi-informasi berupa
profil dan laporan direksi, laporan komite audit, dan profil CEO perusahaan untuk
tahun 2015 hingga 2020.
Operasional Variabel
Variabel Fraudulent Financial Reporting
Pengukuran fraudulent financial reporting menggunakan perhitungan model F-Score.
Hidayah dan Saptarini (2019) juga telah menyatakan bahwa perhitungan model F-Score dapat
diperoleh dari penjumlahan 2 komponen berupa kinerja keuangan perusahaan dan kualitas
akrual perusahaan yang dapat ditentukan dari laporan keuangan perusahaan. Model F-Score
pada penelitian ini telah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
WC = (Aset Lancar - Liabilitas Lancar)
NCO = (Total Aset – Aset Lancar - Investasi dan Uang Muka) – (Total
Liabilitas – Liabilitas Lancar – Pinjaman Jangka Panjang)
216
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
Keterangan:
FP = Financial Performance
Change in Receivable =
Change in Inventories =
Change in Cash Sales =
Change in Earnings =
Sumber: Hidayah dan Saptarini (2019)
217
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
Jika terdapat sebuah penggantian direktur perusahaan selama tahun yang berjalan,
variabel dummy akan diberi kode 1
Jika tidak terdapat sebuah penggantian direktur perusahaan selama tahun yang
berjalan, variabel dummy akan diberi kode 0
Sumber: Triastuti et al. (2020)
Variabel COVID-19
Variabel COVID-19 pada penelitian ini diukur menggunakan variabel dummy berupa
periode COVID-19 atau period yang telah dirancang pada penelitian Fu dan Shen (2020),
dimana:
Jika tahun yang sedang berjalan merupakan saat setelah outbreak COVID-19, variabel
dummy akan diberi kode 1
Jika tahun yang sedang berjalan merupakan saat sebelum outbreak COVID-19, variabel
dummy akan diberi kode 0
218
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
Regresi Panel
Regresi data panel merupakan sebuah jenis pengujian regresi yang digunakan pada
penelitian yang menggunakan gabungan data cross sectional dan time series. Hasil analisis
pada jenis pengujian regresi ini menjelaskan hasil regresi data dan diuji menggunakan
persyaratan yang telah ditentukan sebagai model terbaiknya. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil uji yang sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat menjelaskan masalah
yang ingin dipecahkan penelitian. Regresi data panel diuji dengan tiga pendekatan, yaitu
common effect model, fixed effect model dan random effect model (Hidayah & Saptarini,
2019).
Uji Hausman
Uji Hausman memiliki tujuan untuk memilih pendekatan yang terbaik antara
pendekatan fixed effect model dan random effect model. Jika nilai probabilitas yang diperoleh
lebih rendah dari 0,05, maka pendekatan fixed effect model akan dipilih. Pendekatan random
effect model akan dipilih apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 0,05.
Uji Hipotesis
Uji F
Menurut Sawaka (2020), uji F dilaksanakan untuk menunjukkan seberapa besarnya
pengaruh semua variabel independen penelitian pada saat yang bersamaan dalam
menjelaskan variasi dari variabel dependen penelitian. Hasil uji F dapat diketahui dari hasil
regresi yang dilaksanakan melalui perbandingan tingkat signifikansi F dengan tingkat
kepercayaan sebesar 5%. Sehingga jika nilai signifikansi F lebih rendah dari 0,05, maka semua
variabel independen memiiki dampak yang signifikan secara simultan terhadap variabel
dependen penelitian. Begitu juga sebaliknya, dimana nilai signifikan F yang lebih tinggi dari
219
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
0,05 dapat mengindikasikan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari semua variabel
independen penelitian terhadap variabel dependen penelitian.
Uji t
Menurut Sabrina et al. (2020), uji t memiliki tujuan untuk mengindikasikan seberapa
jauhnya pengaruh dari variabel-variabel independen penelirian secara individual dalam
menjelaskan variabel dependen penelitian. Sebuah variabel independen dapat dinyatakan
untuk memiliki dampak yang signifikan terhadap variabel dependen apabila variabel tersebut
memiliki nilai signifikansi yang lebih rendah dari 0,05.
220
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
Uji Hipotesis
Hasil Uji F
Tabel 5. Hasil Uji F
Variabel Dependen Uji F Sig
FSCORE F-statistic 14300,91
Prob (F-statistic) 0,000000
Sumber: Data sekunder diolah (2022)
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel yang telah dilaksanakan menggunakan
pendekatan common effect model, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas f-statistic pada
penelitian ini adalah 0,000. Hal ini membuktikan bahwa terdapatnya dampak yang signifikan
dari semua variabel independen penelitian secara bersamaan pada variabel dependen
fraudulent financial reporting dikarenakan nilai probabilitasnya yang lebih rendah dari 0,05.
Hasil Uji t
Tabel 6. Hasil Uji t
Variabel Koefisien Prob. Kesimpulan
FTARGET 0,394 0,431 Tidak Signifikan
NATURE -6,770 0,000 Signifikan Negatif
ACHANGE 0,020 0,895 Tidak Signifikan
COD -0,039 0,780 Tidak Signifikan
CEOPIC 0,009 0,980 Tidak Signifikan
Sumber: Data sekunder diolah (2022)
Berikut merupakan rincian pembahasan hipotesis yang terdapat pada penelitian ini
berdsarkan hasil pengujian regresi yang telah dilaksanakan.
H1: financial target memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting
Berdasarkan hasil uji pada variabel FTARGET didapatkan nilai probabilitas sebesar
0,431 dengan nilai koefisien sebesar 0,394. Hal membuktikan bahwa variabel FTARGET tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap FSCORE Sehingga hipotesis H1 tidak dapat diterima.
Hal ini selaras dengan hasil penelitian Haqq dan Budiwitjaksono (2020) dan Triastuti et al.
(2020). Menurut Rusmanto dan Elfia (2020), penambahan target finansial tidak selalu
dimaksudkan sebagai sebuah tekanan kepada pihak manajemen, tetapi dapat juga berupa
hasil dari peningkatan kualitas operasional perusahaan, perekrutan karyawan yang baik atau
kebijakan direktur yang tepat.
H2: nature of industry memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting
Berdasarkan hasil uji pada variabel NATURE didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,000
dengan nilai koefisien sebesar -6,770. Hal membuktikan bahwa variabel NATURE memiliki
221
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
dampak yang signifikan secara negatif terhadap FSCORE. Sehingga hipotesis H2A tidak dapat
diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai NATURE sebuah perusahaan yang tinggi dapat
menyebabkan nilai FSCORE yang rendah. Hal ini dapat didukung oleh hasil penelitian Hidayah
dan Saptarini (2019), Hasyim et al. (2020) dan Putra dan Dinarjito (2021) yang menyatakan
bahwa terdapatnya pengaruh negatif variabel NATURE terhadap FSCORE.
H3: change in auditors memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting
Berdasarkan hasil uji pada variabel ACHANGE didapatkan nilai probabilitas sebesar
0,895 dengan nilai koefisien sebesar 0,020. Hal membuktikan bahwa variabel ACHANGE
memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap FSCORE. Sehingga hipotesis H3A tidak dapat
diterima. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Yuniarti et al. (2019) dan Arum dan Wahyudi
(2020). Menurut Antawirya et al. (2019), hal ini disebabkan oleh alasan penggantian auditor
perusahaan yang tidak bertujuan untuk menutupi tindakan fraud perusahaan, melainkan
untuk mematuhi peraturan pemerintah akan batas maksimum penyediaan jasa audit dari
auditor yang sama.
H4: change in directors memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial
reporting
Berdasarkan hasil uji pada variabel COD didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,780
dengan nilai koefisien sebesar -0,039. Hal membuktikan bahwa variabel COD memiliki dampak
yang tidak signifikan terhadap FSCORE. Sehingga hipotesis H4A tidak dapat diterima. Hal ini
selaras dengan hasil penelitian Harman dan Bernawati (2020), Triastuti et al. (2020) dan Haqq
dan Budiwitjaksono (2020). Menurut Harman dan Bernawati (2020), penggantian direktur
dapat disebabkan oleh keinginan perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajemen
perusahaan. Peningkatan kinerja ini menyebabkan perusahaan untuk perlu menggantikan
direktur sebelumnya dengan direktur baru yang lebih kompeten.
H5: CEO pictures memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial reporting
Berdasarkan hasil uji pada variabel CEOPIC didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,980
dengan nilai koefisien sebesar 0,009. Hal membuktikan bahwa variabel CEOPIC memiliki
dampak yang tidak signifikan terhadap FSCORE. Sehingga hipotesis H5A tidak dapat diterima.
Hal ini selaras dengan hasil penelitian Krismantara dan Kamayanti (2021), Situngkir dan
Triyanto (2020) dan Sudaryono (2021). Hal ini dikarenakan pemaparan foto CEO pada laporan
tahunan perusahaan juga dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk menunjukkan transparansi
aktivitas yang dilaksanakan perusahaan dan untuk memberikan bukti partisipasi CEO dalam
aktivitas perusahaan (Situngkir & Triyanto, 2020).
222
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
0,061, M3 memiliki nilai probabilitas sebesar 0,993 dan M4 memiliki nilai probabilitas 0,585.
Hal ini mengindikasikan terdapatnya pengaruh moderasi dari COVID-19 pada hubungan
FTARGET, NATURE dan CEOPIC terhadap FSCORE. Sehingga hipotesis H1B, H2, dan H5B dapat
diterima, sedangkan hipotesis H3B dan H4B tidak dapat diterima.
Berdasarkan hasil koefisien dari setiap variabel moderasi pada penelitian ini, maka
dapat dilihat bahwa variabel moderasi M1 dan M2 memiliki nilai koefisien yang negatif dengan
nilai masing-masing sebesar -22,870 dan -3,128. Hal ini mengindikasikan bahwa COVID-19
dapat memperlemah pengaruh FTARGET dan NATURE terhadap FSCORE. Sedangkan nilai
koefisien variabel M5 membuktikan bahwa COVID-19 dapat memperkuat pengaruh CEOPIC
terhadap FSCORE dengan nilai koefisiennya 2,045.
5. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa
hampir semua variabel independen pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap fraudulent financial reporting. Variabel nature of industry merupakan satu-satunya
variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fraudulent financial dengan nilai
koefisien yang negatif.
Berdasarkan hasil uji moderasi dapat dilihat juga bahwa COVID-19 sebagai variabel
moderasi pada penelitian ini memiliki dampak yang signifikan negatif pada pengaruh financial
target dan nature of industry terhadap fraudulent financial reporting. Hal ini mengindikasikan
bahwa COVID-19 dapat memperlemah pengaruh variabel-variabel tersebut pada fraudulent
financial reporting. Pengaruh COVID-19 juga telah dibuktikan untuk dapat memperkuat
pengaruh variabel CEO Picture pada fraudulent financial reporting. Namun, COVID-19 tidak
dapat memoderasi pengaruh variabel nature of industry dan Change of directors terhadap
fraudulent financial reporting.
Saran
Beberapa rekomendasi yang dapat dikonsiderasi untuk penelitian selanjutnya, yaitu
menggunakan pengukuran fraudulent financial reporting yang berbeda untuk sector industry
yang berbeda seperti industri perbankan dengan variabel mediasi.
Daftar Pustaka
Andalia, A., Amiruddin, A., & Pontoh, G. T. (2021). Analysis of Factors Affecting Fraudulent
Financial Reporting with Independent Commissioners as Moderation Variable. GATR
Accounting and Finance Review, 5(4), 01–12. https://doi.org/10.35609/afr.2021.5.4(1)
Antawirya, R. D. E. P., Putri, I. G. A. M. D., Wirajaya, I. G. A., Suaryana, I. G. N. A., & Suprasto, H.
B. (2019). Application of fraud pentagon in detecting financial statement fraud.
223
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
224
Chang dan Budiman (2023) MSEJ, 4(1) 2023: 211-225
Sasongko, N., Nurmulina, A., & Fernandez, D. (2019). Analysis of Fraud Factors in Financial
Statement Fraud. The Journal of Social Sciences Research, 54, 918–923.
https://doi.org/10.32861/jssr.54.918.923
Sawaka, I. G. N. H. (2020). Fraud pentagon theory in detecting financial perception of financial
reporting with good corporate governance as moderator variable. International
Research Journal of Management, IT and Social Sciences.
https://doi.org/10.21744/irjmis.v7n1.824
Situngkir, N. C., & Triyanto, D. N. (2020). Detecting Fraudulent Financial Reporting Using Fraud
Score Model and Fraud Pentagon Theory: Empirical Study of Companies Listed in the
LQ 45 Index. The Indonesian Journal of Accounting Research, 23(03).
https://doi.org/10.33312/ijar.486
Sudaryono, D. (2021). Application Fraud Pentagon for Detecting Symptoms of Shortful
Financial Statements. International Journal of Contemporary Accounting, 3(1), 25.
https://doi.org/10.25105/ijca.v3i1.7166
Triastuti, H., Rahayu, S., & Riana, Z. (2020). Determinants of Fraud Pentagon Theory
Perspective and Its Effects on Fraudulent Financial Statement in Mining Companies
Which Is Listed in Indonesia Stock Exchange. https://doi.org/10.33258/birci.v3i3.1127
Uciati, N., & Mukhibad, H. (2019). Accounting Analysis Journal Fraudulent Financial Statements
at Sharia Banks. Accounting Analysis Journal, 8(3), 198–206.
https://doi.org/10.15294/aaj.v8i3.33625
Utami, E. R., & Pusparini, N. O. (2019). The Analysis of Fraud Pentagon Theory and Financial
Distress for Detecting Fraudulent Financial Reporting in Banking Sector in Indonesia
(Empirical Study of Listed Banking Companies on Indonesia Stock Exchange in 2012-
2017).
Yuniarti, E., Sari, R., Kesuma, N., & Damayani, F. (2019). The Influence of Pentagon Fraud on
The Financial Statements of Infrastructure Companies Listed in Indonesia Stock
Exchange. 573–583. https://doi.org/10.5220/0008442705730583
225