Perempuan Quotes

Quotes tagged as "perempuan" Showing 1-30 of 61
Helvy Tiana Rosa
“Aku ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami?”
Helvy Tiana Rosa

Eka Kurniawan
“Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada.”
Eka Kurniawan, Beauty Is a Wound

Pramoedya Ananta Toer
“Jangan panggil aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki...
Namun bukan berarti aku tak butuh lelaki untuk aku cintai...”
Pramoedya A. Toer, Bumi Manusia

“Sebagai perempuan Indonesia yang lama tinggal di Jerman, mendiang Ibu Ainun merupakan inspirasi bagi saya, juga bagi banyak perempuan Indonesia di Eropa. Penampilannya sederhana namun sempurna. Mengurus rumah tangga sendiri, masak sendiri, mendorong suami berkarier, bahkan kadang menyopiri ke kantor, mengantar anak-anak sekolah, merawat ketika sakit, membesarkan mereka hingga mengantarkan mereka menjadi orang-orang sukses.”
A. Makmur Makka, dkk., Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat

“Anak-anak muda jaman sekarang itu lucu dan agak susah dimengerti. Mereka cukup bersemangat membuat berbagai macam proposal untuk kegiatan organisasi yang mereka ikuti. Tapi proposal hidup yang berisi visi dan strateginya meraih mimpi, justru lupa mereka buat sendiri.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

M. Quraish Shihab
“Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi laki-laki, demikian pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat masing-masing.”
M. Quraish Shihab, Perempuan

“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

“Hijab adalah pembebasan dari ketergantungan kosmetik dan topeng. Hijab adalah pembebasan untuk jujur pada hatimu. Hijab adalah pembebas jiwamu dari rantai-rantai duniawi.”
Mahdavi, Ratu yang Bersujud

Titon Rahmawan
“Kalau kalian ingin tahu karakter seorang pria baik yang tahu bagaimana memuliakan perempuan, lihatlah pada bagaimana cara dia memuliakan ibunya.”
Titon Rahmawan

“Perempuan
tunjangmu dari syurga
nafasmu dari neraka.”
Mohamad Saleeh Rahamad, Puisi Orang Bertujuh

Dian Nafi
“Memang laki–laki yang tergoda perempuan hampir pasti sudah tidak punya otak lagi.”
Dian Nafi, Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku

Titon Rahmawan
“Acapkali, pria tidak melihat kita perempuan dalam kapasitas yang setara. Banyak dari perempuan yang disepelekan, tidak dianggap dan bahkan dipandang sebelah mata. Mereka tidak tahu, bahwa dalam banyak hal perempuan bisa lebih tangkas, lebih cekatan, lebih tanggap dan lebih cerdas dari mereka. Coba kasih mereka tantangan untuk memasak, mencuci, mengasuh anak, menonton sinetron dan menjawab pesan sekaligus. Dianggapnya kita cuma paham urusan domestik. Cuma ngerti urusan dapur dan kasur. Wanita cuma disejajarkan sebagai konco wingking alias pelengkap penderita. Kita dianggap buta politik dan nggak ngerti urusan ekonomi. Mereka yang masih menilai perempuan dengan sudut pandang seperti itu pastilah jenis laki laki yang tidak tahu bagaimana menghargai dan menghormati ibunya.”
Titon Rahmawan

Dian Nafi
“ibu kuatir kamu memilih perempuan sembarangan.”
Dian Nafi, BANU Pewaris Trah Pesantren

“Seharusnya perjuangan perempuan di dalam memperoleh hak-haknya, tidak lantas untuk diterjemahkan sebagai langkah oposisi perlawanan terhadap kekuasaan. Sebab, merdeka bukanlah jenis kelamin.”
Ilham Gunawan

“Tidak perlu menjadi perempuan yang mampu mengatur lelaki. Jadilah perempuan yang tidak bisa didikte oleh lelaki.”
Jarar Siahaan

Nh. Dini
“Aku tidak pernah dididik buat menjadi seorang gadis yang bisa bersolek, yang dapat memikat pandang. Seperti tanaman yang tumbuh di dalam rumah, aku terlalu biasa dengan pemberian air dan sinar secukupnya.”
Nh. Dini, Keberangkatan

Ayu Welirang
“Kupikir sendiri itu niscaya. Aku memang selalu iri pada orang yang berdua. Lebih iri lagi pada orang yang mendua, karena kurasa, aku telah bersetia pada orang yang salah. Mereka bisa berdua, bahkan mendua. Sedangkan perempuan, ia diciptakan untuk bersetia sampai mampus.”
Ayu Welirang, Rumah Kremasi: Kumpulan Cerita Pendek

Sinta Yudisia
“Segala kemajuan zaman, segala tinjauan fiqih yang mengizinkan perempuan berperan lebih, apakah telah disalahartikan?”
Sinta Yudisia, Single in Love

“Percayalah!
Perempuanmu lebih suka mendengar kata “Maaf” dari bibir lelakinya, daripada harus disuapi kata “Nanti”.”
Ilham Gunawan

Lee Risar
“Kadang perempuan bertanya banyak hal, sebelum pertanyaan pertama selesai ia akan menanyakan hal yang lain dan membuat komentar tentang itu dan ini. Saat seperti itu kau tidak usah menjawab pertanyaan dan komentar mereka. Mereka tidak membutuhkan jawaban tetapi membutuhkan telinga yang tabah untuk mendengar.”
Lee Risar

Sapta Arif N.W.
“Perempuan adalah kota yang sepi, tetapi tidak mati. Ia memiliki banyak persimpangan, mobil tua yang kadang terparkir rapi, tidak jarang pula sembarangan di sudutsudut
jalan. Gedung-gedung yang menjulur tinggi, pemukiman, jalan yang lengang, lampu merah hijau di perempatan, sangat sepi. Namun tidak mati. Dia hanya menunggu, seseorang tinggal di dalamnya. Maka jangan pernah meninggalkan seorang perempuan dalam
kesepian.”
Sapta Arif N.W., Di Hari Kelahiran Puisi

“Tidak! Saya tidak setuju!
Wanita tidak melulu
perihal ranjang dan dapur.”
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)

Nukila Amal
“Jika kau lupa apa jenis kelaminmu, berjalan-jalanlah keliling kota, atau naiklah bis kota, dan jika tubuhmu seperti bukan milikmu, tapi sebuah properti publik, berarti kau perempuan.”
Nukila Amal, The Original Dream

Nh. Dini
“Barangkali kami wanita juga memiliki cara untuk mengirim isyarat, sesuai dengan dasar kemestian dan adat yang ditentukan oleh "masyarakat" lelaki.”
Nh. Dini, Keberangkatan

“Perempuan harus berani menolak di hadapan "cinta" dan "sayang". Jika tidak ia akan dieksploitasi.”
M Faiz Azhar

Nailal Fahmi
“Fatamorgana bagi Abe adalah melakukan banyak kegiatan untuk melupakan seseorang, sementara ia menyadari bahwa di ujung hari ia akan kembali dikepung kerinduan. Seseorang bisa saja pergi sejauh mungkin sampai ke ujung dunia, namun itu tidak membuatnya lepas dari pikirannya sendiri. Lebih menyiksa lagi karena ketika sendiri, Abe tidak menemukan dirinya, tapi orang lain. Perempuan yang tidak mau dilupakan.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin

Titon Rahmawan
“Pornografi jelas bukan refleksi dari kehidupan nyata. Diterima atau ditolak ia akan selalu berada dalam posisi berseberangan. Bagaimanapun ekspresi seksual dalam pornografi adalah perayaan atas penyangkalan harkat perempuan. Bagi pria, ini adalah pengukuhan dari mitos maskulinitas untuk mendominasi, untuk berkuasa dan untuk menunjukkan keperkasaannya. Sebaliknya, bagi seorang wanita, seks harus diterima sebagai bentuk kesediaan untuk patuh, untuk takluk pada penghancuran harkat dan martabatnya sendiri.
Dalam pornografi tak ada cinta, tak ada penghayatan atau drama. Yang ada hanyalah manipulasi atas tubuh, pikiran dan hasrat rendah manusia yang selalu ingin dipuaskan. Bahwa manusia tak bisa dilepaskan dari nafsu kebinatangan.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Bagi perempuan, cinta selalu merupakan bentuk pengorbanan diri dan integritas. Kesediaan untuk menerima konsekuensi dari pengharapan yang dibangunnya atas nama cinta. Kesediaan untuk selalu patuh, untuk menuruti kehendak, untuk tidak menolak dalam situasi apapun atas dominasi dan hegemoni laki-laki. Karena bagi wanita itu adalah wujud pembuktian dari cintanya.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Perempuan dan Seekor Ular

Tidak ada orang yang akan menghubungkan perasaanmu dengan apa yang mereka lihat, Jen. Tak seorang pun peduli! Semua hanyalah pengingkaran dari kata-kata rayuan yang terselip dari lidahmu. Mereka hanya melihat seekor ular berbisa dan bukan bunga mawar liar yang mekar di tengah hutan belantara, atau buah yang kepadanya kau jatuh cinta.

Dunia ini terlalu jalang untuk kau nikahi. Ia terlanjur terkutuk sejak pertama kali Adam menjejakkan kakinya ke bumi. Jadi tak ada lagi yang perlu kau tangisi selain nasibmu sendiri. Sudah terlalu lama kau mengasah pisau nafsumu di atas batang leher yang telanjang itu. Tidakkah kau dengar dengus nafasnya saat mereka sekarat? Tidakkah kau dengar suara ajal meronta-ronta minta dikasihani?”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Perempuan Bernama Jen

Waktu kau ijinkan aku masuk ke dalam pikiranmu, ada yang tiba-tiba terlintas; mengapa laut dan awan dan hujan diciptakan hanya untuk mengekalkan kepedihan?

Semacam kontradiksi yang sulit untuk dimengerti. Tapi barangkali, dari lirik lagu yang pelan-pelan kau nyanyikan aku bisa menafsirkannya sedikit, bahwa semua yang hadir dalam dirimu tak lain adalah upaya untuk melawan takdir.

Kau hanya berusaha untuk bisa memberi makna pada diri sendiri. Agar engkau bisa dengan mudah menitikkan air mata yang akan melepaskan penderitaanmu dari semua rahasia yang terkunci. Hulu mata air di mana sengsaramu mengalir.

Walau tak kutahu mengapa seseorang menganggap dirimu sebagai jelmaan iblis dan bukannya malaikat? Hanya karena kau berikan semacam kenikmatan kepada semua orang yang nyaris mati karena rasa hausnya atas makna kebahagiaan yang ternyata sia-sia belaka.

Tapi bukankah semua orang menanggung dosanya sendiri? Dari sejak mula pertama kutahu namamu, kau tak menyembunyikan apa-apa selain perasaan yang berlebihan kepada dunia ini. Sedangkan aku tak ingin membenci ataupun mencintaimu, Jen. Dan biarlah selamanya demikian.”
Titon Rahmawan

« previous 1 3